Dalam gelombang kemajuan teknologi, terutama teknologi yang digunakan dalam dan untuk keperluan militer orang akan menjumpai terminologi bernama Hipersonik. Keperluan militer dalam hal ini sudah pasti akan berkutat dengan beraneka upaya untuk dapat memenangkan perang. Hipersonik terutama dalam pembahasan di bidang aerodinamika akan bermakna sebagai sebuah kecepatan yang mampu bergerak mencapai 5 kali lebih cepat dari pada kecepatan suara. Sekedar gambaran saja kecepatan suara yang satuannya disebut sebagai Mach adalah sebuah gerak yang kecepatannya mampu mencapai 1234.8 kilometer per jam atau Kilometer Per Hour (KPH).
Sejak udara dapat juga digunakan sebagai sarana dalam upaya memenangkan perang, maka disanalah terjadi sebuah perlombaan kecepatan yang sangat ketat. Kecepatan disini adalah kecepatan yang dapat diterapkan dalam hal penggunaan sistem senjata berkekuatan besar dan sekaligus mematikan. Demikianlah maka kita dapat sama sama menyaksikannya tentang bagaimana kemajuan teknologi militer dalam perang yang terjadi sepanjang sejarah. Itu pula sebabnya, maka penggunaan peluru kendali sekarang ini sudah mencapai bentuknya yang sangat canggih. Peluru kendali tidak hanya dapat dikendalikan dengan akurasi tinggi, akan tetapi sudah mencapai kemampuan mencapai jarak jangkau yang sangat jauh berkat teknologi yang sudah mampu mencapai kecepatan lebih dari 5 kali kecepatan suara.
Untuk memberikan gambaran yang mudah tentang bagaimana hebatnya kecepatan berperan dalam mencapai sasaran dari sebuah peluru kendali dapat dilihat dari kemampuan sebuah ICBM (Inter Continental Ballistic Missile). ICBM atau Peluru Kendali Antar Benua dengan teknologi mutakhir diketahui sekarang ini sudah mampu mencapai jarak ribuan Kilometer. Belum lagi ICBM dengan kepala Nuklir, selain jarak jangkau yang ribuan kilometer juga memiliki kecepatan yang mampu melampaui lebih dari 4 atau 5 kali kecepatan suara. Dalam buku FEAR – Trump in the White House yang ditulis oleh Bob Woodward yang terkenal itu terungkap bahwa Korea Utara memiliki daya tawar tinggi dalam hal menghadapi Korea Selatan dan bahkan Amerika Serikat. Satu diantara daya tawar yang ampuh itu adalah bahwa Korea Utara telah memiliki ICBM dengan Nuclear Warhead. Rudal berkepala Nuklir ini memiliki kemampuan luar biasa. Rudal dengan kepala nuklir milik Korea Utara ternyata sudah mampu mencapai Los Angeles dalam waktu “hanya” 38 menit saja. Itu sebabnya, maka Amerika Serikat dalam menghadapi Korea Utara tidak mampu untuk bersikap seenaknya sebagaimana saat berhadapan dengan Iran, Irak, Syria dan Afghanistan. Itulah salah satu kehebatan senjata nuklir yang berteknologi hipersonik.
Bagaimana dengan teknologi kecepatan pesawat terbang dalam hubungannya dengan hipersonik. Sampai sekarang ini pesawat terbang North American X-15 adalah merupakan pesawat terbang tercepat yang berkemampuan melesat 6.7 Mach (satuan kecepatan suara). Pencapaian ini adalah merupakan kecepatan yang melampaui dua kali dari kecepatan pesawat spionase SR-71 yang mampu terbang 3.3 Mach.
Dapat dibayangkan bila teknologi kecepatan hipersonik nantinya dapat juga dimanfaatkan bagi sebuah pesawat terbang penumpang komersial. Dengan standar kecepatan hipersonik, maka orang dapat bepergian dari London ke NewYork dengan pesawat terbang dalam waktu hanya sedikit dibawah 1 jam. Demikian pula orang dapat bepergian dari Benua Eropa ke Australia dalam rentang waktu kurang dari 4 jam. Terdengar sangat fantastis, akan tetapi hal tersebut bukanlah sebuah realita yang mustahil terjadi di kemudian hari. Manusia yang tidak mustahil nantinya akan dapat bergerak cepat secepat kecepatan peluru. Teknologi memang telah mengantar manusia kepada sebuah tatanan peradaban baru, sebuah peradaban manusia super modern yang hingga kini tidak seorangpun mampu meramal atau membayangkannya.
Gambaran nyata dari proses fenomena perkembangan teknologi hipersonik ternyata terus mengalir. Perkembangan yang setidaknya terus bergulir pada kegiatan Penelitian dan Pengembangan teknologi kedirgantaraan atau R & D dibidang Aviaton. Industri penerbangan terutama yang berkait dengan penggunaanya di bidang militer, secara berkala, nyaris pada setiap 10 tahun selalu menghadirkan produk produk terbarunya. Produk teknologi mutakhir yang sayangnya hingga kini masih menjadi monopoli negara negara maju. Negara yang memang telah memiliki kemampuan untuk melakukannya. Dalam hal ini tidak semata tentang ketersediaan biaya akan tetapi lebih dari itu mengenai kualitas dan kemampuan SDM. Inilah sebenarnya yang menjadi tantangan negara negara berkembang termasuk Indonesia.
Pada akhirnya memang faktor SDM juga yang akan menjadi lebih dominan dari waktu ke waktu. SDM selalu berkait dengan kepemimpinan atau leadership dan tentu saja tentang perkembangan pengetahuan tatakelola atau manajemen yang menyertainya.
Jakarta 13 Maret 2023
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia.