Saat saya menulis ini, jam telah menunjukkan pukul 2104 atau jam 9 malam lewat 4 menit dihari Sabtu tanggal 13 April 2019, dengan “time signal” dari satelit terlihat bahwa Jakarta di waktu yang sama jam telah berada pada pukul 0204 alias 4 menit setelah jam 2 pagi hari Minggu tanggal 14 April 2019.
Keberadaan saya di Belanda sebenarnya adalah dalam rangka mengembangkan “net working” Pusat Studi Air Power Indonesia atas “bimbingan” , keperdulian serta budi baik Professor Supancana, Guru Besar Air and Space Law, ke Fakultas Hukum Leiden University di Leiden. Memanfaatkan kesempatan itu, maka saya harus memindahkan lokasi pencoblosan untuk ikut Pemilu ke Den Haag, yang menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang warga negara Indonesia.
(Gambar : bersama dengan Pak Dubes)
Pagi tadi, saya sudah meninggalkan Amsterdam dan tiba di Den Haag sebelum pukul pukul 0830 tepatnya di Sekolah Indonesia Den Haag ,yang terletak di Rijksstraatweg 679, 2245 CB, Wassenaar. Beruntung sekali masyarakat Indonesia yang berhak memilih yang tinggal di se antero Belanda dengan jumlah lebih dari 11.000 orang itu, lebih kurang 9000 diantaranya di fasilitasi untuk mencoblos di Den Haag.
Dengan demikian maka terjadilah “kumpul-kumpul” orang Indonesia di Belanda pada pagi hari Sabtu 13 April 2019. Pihak KBRI Den Haag tidak hanya memfasilitasi tempat pencoblosan Pemilu akan tetapi juga terlihat tenda-tenda tersebar di halaman sekolah tempat ibu-ibu orang Indonesia di Belanda menjual aneka makanan Nusantara. Hari Pencoblosan di Den Haag pagi hari tadi, telah menjadi ajang Re-Union bagi banyak masyarakat Indonesia yang tersebar di pelosok negeri Kincir Angin itu untuk dapat berjumpa sambil mencoblos.
Ajang silaturahmi ini benar-benar terlihat sebagai arena persaudaraan antar warga Indonesia di Belanda. Tampak Bapak Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja, seorang Diplomat Senior Kementrian Luar Negeri dengan wajah berseri , sambil mengenakan Jaket Tebal untuk melawan hawa dingin, mondar mandir turut serta langsung ke lapangan dan tenda-tenda pencoblosan untuk mengecheck persiapan akhir (final check) dari acara pencoblosan Pemilu di Belanda.
Demikian pula Ibu Dubes beserta segenap jajaran staf KBRI beserta Ibu, antara lain Atase Pertahanan RI Kolonel Laut (E) Novera B. Lesmana dan juga Atase Kepolisian RI telah berada di lokasi beberapa saat sebelum acara pencoblosan di mulai.
(Gambar: bersama Ibu Dubes di depan Tenda TPS)
Walau matahari cerah bersinar dan langit terang benderang dan bersih nyaris tanpa awan, namun temperatur udara yang berkisar antara 3 sampai 4 derajat Celsius dan berangin, telah membuat khalayak kedinginan saat dimulainya acara pencoblosan pukul 9 waktu setempat.
Saya sendiri beserta isteri setelah memperlihatkan surat “pindah coblos” yang dibawa dari Jakarta, langsung sudah tercantum dalam daftar pemilih yang terdapat di panitia penyelenggara (salut untuk unjuk kerja KPU). Pagi tadi saya memperoleh nomor urut 13 (kebetulan sama dengan tanggal pencoblosan 13 April) untuk mencoblos di TPS nomor 4 yang juga kebetulan sekali sama dengan nomor rumah saya di Jakarta.
Yang sangat istimewa saya alami pagi tadi adalah betapa akrabnya rasa persaudaraan masyarakat Indonesia di Negeri Belanda yang tengah bersama-sama mengikuti pemilu di Den Haag. Tampak beberapa kerabat yang sudah demikian lama tidak berjumpa walau sama-sama tinggal di Belanda bercengkerama dengan asiknya.
Saya sendiri sempat bertemu dengan “klasgenoot” waktu di SMA yang sudah lama tinggal di Negeri Belanda, demikian pula dengan beberapa teman lama yang sudah jarang berjumpa, benar-benar Pemilu kali ini di Belanda terlihat juga sebagai ajang Re-Uni bagi banyak orang.
Mereka terdengar berbicara akrab sekali ditengah canda dan gurauan menggunakan Bahasa Indonesia, yang bercampur aduk dengan Bahasa Belanda serta Bahasa Inggris. Tidak tampak sama sekali mereka merasa kedinginan dalam temperatur udara disekitar 4 derajat Celsius.
Selain Tenda TPS yang disediakan Panitia, tersebar pula Tenda – tenda Aneka Menu Nusantara, terlihat diantaranya Sate Ayam, Sate Kambing, Ikan Bakar, Gado-gado, Pempek, aneka sambal dan banyak lagi lainnya lengkap dengan kerupuk udang, emping serta rempeyek kacang. Kesemua itu menambah “hangat” nya suasana ditengah udara yang dingin sekali.
Menurut penjelasan panitia , acara pencoblosan pagi hari tadi dimulai pukul 9 pagi dan akan berlangsung hingga pukul 7 malam, karena besarnya jumlah pengunjung yang akan antri di TPS yang jumlahnya sangat terbatas, dan juga kebetulan sang matahari baru akan tenggelam pada lebih kurang pukul 9 malam.
Dari berkeliling di sekitar lapangan tempat pencoblosan dan bazar makanan aneka menu nusantara itu, saya tidak mendengar sama sekali pembicaraan tentang siapa memilih siapa apalagi perdebatan tentang Paslon Presiden Republik Indonesia. Mereka semua “hanyut” dengan pembicaraan akrab yang penuh canda tawa cekikikan riuh rendah serta sangat bersahabat dalam lingkar persaudaraan Indonesia.
(gambar : Jumpa Kerabat Lama)
Suasana pemilihan umum di Belanda ini sama sekali terlihat jauh dari hiruk pikuk yang terjadi dalam social media akhir-akhir ini yang diselimuti dengan “caci maki” jelang siapa memilih siapa dan tentang kenapa harus memilih siapa. Ajang yang telah memecah belah tidak hanya pertemanan bahkan juga persaudaraan menjadi suasana bermusuhan yang sangat mendalam. Suasana yang sangat menyedihkan.
Saya dan isteri benar-benar sangat berbahagia, walau badan merasa kedinginan sekali, telah berada di tengah-tengah suasana akrab penuh persaudaraan pada pagi hari tadi Sabtu 13 April 2019 di Sekolah Indonesia di Den Haag Negeri Belanda. Pemilu yang akan diselenggarakan nanti pada tanggal 17 April 2019 di Indonesia telah dimulai dengan baik di Negeri Belanda. Orang Belanda bilang : “goed begonnen is half gewonnen“, memulai dengan baik berarti sudah setengah mencapai kemenangan.
Semoga Pemilu kali ini benar-benar dapat membawa kedamaian bagi kita semua, Amin YRA.
Amsterdam 13 April 2019
Chappy Hakim