Menjelang 1 tahun telah berlalu sejak Rusia memulai invasi besar-besaran ke Ukraina. Perang ini adalah wujud dari konflik paling intens dan berskala besar dalam beberapa dekade terakhir. Konflik yang demikian tajam yang menumbangkan banyak harapan bagi sebuah perdamaian di benua Eropa. Belakangan ini banyak muncul laporan dan analisis menarik yang menyelidiki berbagai detail khususnya dari kampanye udara yang dilakukan baik oleh Rusia maupun Ukraina.
Penggunaan kekuatan udara adalah merupakan inti dari doktrin militer NATO. Hal ini jelas terlihat sejak Perang Dingin dimana AS dan banyak sekutunya berkonsentrasi penuh dalam menciptakan keunggulan udara baik kuantitatif maupun kualitatif. Model inilah yang selalu menjadi andalan utama dan berperan sebagai ujung tombak dalam setiap kampanye militer yang mereka lakukan. Gambaran tentang hal ini sangat jelas terlihat pada keterlibatan NATO dalam berbagai konflik di Timur Tengah, antara lain Perang Teluk di masa lalu.
Selama hari-hari awal invasi Rusia ke Ukraina, yang terjadi adalah perang antar pasukan artileri Rusia dan Ukraina. Tentara Rusia bergerak maju memasuki wilayah teritori Ukraina mengungguli satuan Artileri Ukraina pada berbagai wilayah perbatasan kedua negara. Sebuah ajang pertempuran yang bisa saja dilihat sebagai sebuah laboratorium lapangan bagi berbagai produk senjata hasil dari military industry. Ukraina mendapat suplai berbagai persenjataan dari Amerika Serikat dan sekutunya yang berhadapan dengan sistem persenjataan Uni Soviet yang digunakan Rusia. Masalahnya adalah dunia ini sudah terlanjur pecah menjadi dua bagian sejak berlangsungnya perang dingin pada 12 Maret 1947 sampai dengan 26 Desember 1991. Sebuah era dimana perlombaan memproduksi senjata berlangsung secara intensif dan menumbuh suburkan industri mliter. Ajang persaingan sengit persenjataan militer bergeser ke wilayah udara dan antariksa setelah Uni Soviet berhasil dengan sukses mengorbitkan satelit buatan pertama di dunia pada tanggal 4 Oktober 1957. Sejak itulah peperangan banyak terjadi dengan perebutan supermasi di wilayah udara. Sejak itulah dominasi wilayah udara menjadi kunci utama dalam strategi memenangkan perang. Perbedaan prinsip dari disain kekuatan udara antara Nato dan Pakta Warsawa adalah Nato lebih berpikir untuk menyerang melalui udara dalam prioritas melumpuhkan sistem komando lawan dan pusat pertahanan udaranya pada awal peperangan. Sedangkan negara negara pakta warsawa terlihat lebih membangun sistem pertahanan udara yang kuat dalam menjaga serbuan musuh yang datang dari udara. Dengan kondisi seperi itulah maka wujud perang Rusia dan Ukraina terlihat sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada perang perang pertempuran udara yang dilakukan oleh Nato.
Sistem Pertahanan Udara Rusia dan Ukraina terbangun dalam sebuah disain yang sama dan sebangun , karena dulunya kedua negara adalah satu , yaitu Uni Soviet dalam pakta Warsawa yang berhadapan dengan Nato. Itu sebabnya maka Rusia dan Ukraina sama sama memiliki disain kekuatan udara yang berbasis darat atau Ground Base Air Defence System yang sangat Tangguh. Itu pula sebabnya tidak terjadi sebuah serangan besar besaran dari pihak Rusia melalui udara terhadap kedudukan penting dan strategis di Ukraina.
Disamping terlalu mahal bagi Rusia untuk melakukannya , sistem pertahanan udara Ukraina juga cukup kuat untuk menangkis serangan udara lawan. Angkatan Udara Rusia juga tidak didisain khusus dan juga tidak terlatih untuk melakukan serangan udara offensif besar besaran sebagai pembuka medan perang seperti yang ditunjukkan oleh kekuatan udara Nato terhadap kedudukan musuhnya. Pada badai gurun misalnya, yang dilakukan Nato sebagai pembuka medan perang adalah dengan melakukan Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) dan Destruction of Enemy Air Defenses (DEAD). Sasaran utama adalah menghancurkan terlebih dahulu instalasi pertahanan udara musuh dan pusat komando dan pengendalian unsur tempur musuh. Sebuah operasi udara yang sangat mahal dan membutuhkan koordinasi dan sistem komunikasi yang canggih untuk melakukannya. Sebuah operasi udara yang membutuhkan banyak sekali pesawat terbang intai , tempur, pembom, angkut strategis, SAR dan juga pesawat Tanker sebagai pom bensin terbang di wilayah udara depan. Sebuah operasi udara yang rumit dan sangat berbahaya serta membutuhkan latihan khusus untuk dapat melakukannya. Itu sebabnya kesemua operasi udara seperti yang dilakukan Nato selama ini, tidak hadir dalam perang Rusia Ukraina. Operasi serangan udara yang kerap dilakukan Nato adalah sebuah operasi udara yang melibatkan ratusan pesawat terbang berbagai jenis juga membutuhkan rantai komando dan pengendalian yang bersifat gabungan dibawah komando yang tunggal terpadu.
Pada jaringan komando dan pengendalian yang berbentuk gabungan , sangat tidak mungkin dilakukan tanpa latihan intensif dan familiarization antar satuan yang terlibat. Menggerakkan kekuatan gabungan antara Angkatan Darat dan Angkatan Udara bukanlah sesuatu yang mudah seperti yang dibayangkan banyak orang. Mulai dari jenis peralatan komunikasi yang digunakan sampai prosedur standar dalam menggerakkan satuan masing masing sudah harus mulai di lebur terlebih dahulu jauh sebelum perang dimulai.
Demikianlah, maka perang Rusia Ukraina akan menjadi sebuah ajang peperangan yang berlarut larut dan mungkin saja dapat diterjemahkan sebagai pagelaran laboratorium lapangan bagi industri militer yang memang sangat dibutuhkan. Belakangan bahkan terdengar pula sebuah fenomena dari pengembangan penggunaan drone dalam perang Rusia Ukraina. Drone yang dipandang sebagai sistem senjata yang canggih dan murah meriah serta sangat efektif tentu saja memerlukan jam terbang tertentu untuk dapat digunakan sesuai keinginan masing masing pengguna di medan pertempuran. Teknologi Drone dengan anatomi terpadu dalam dunia baru bernama cyber dengan ciri Articial Inteligence dan Autonomous system yang mengiringinya relative masih merupakan barang baru dalam medan perang. Demikian pula halnya dengan pengembangan teknologi dalam pengelolaan satellite base command and control system pada penggunaan drone di medan pertempuran. Tidak pernah ada sebuah sistem senjata ampuh dan dapat diandalkan yang datang secara tiba tiba.
Kedepan akan banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dari berlangsungnya perang Rusia Ukraina khususnya dalam tata kelola sistem pertahanan keamanan nasional yang berkait dengan Natonal Security. Akan banyak pula muncul bahan untuk lesson learned bagi pengembangan defence studies dan juga Air Power Studies tentunya.
Jakarta 16 Januari 2023
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia
.