Oleh: Chappy Hakim
Dalam lembar sejarah dunia Islam dan geopolitik modern, nama Mustafa Kemal Atatürk berdiri sebagai tokoh kontroversial sekaligus monumental. Ia bukan hanya seorang jenderal tangguh, tetapi juga seorang reformis radikal yang mengubah wajah Kekhalifahan Ottoman menjadi Republik Turki yang sekuler dan modern. Di tengah reruntuhan kekaisaran Islam terakhir, Atatürk tampil bukan sebagai pelanjut, melainkan sebagai pemutus mata rantai lama dan penggagas babak baru yang menggemparkan dunia. Perjalanan Atatürk dimulai dalam latar belakang yang penuh gejolak. Lahir pada tahun 1881 di kota Salonika, wilayah Kekaisaran Ottoman yang kini masuk Yunani, ia tumbuh besar di tengah kemunduran politik, ekonomi, dan militer kekaisaran. Dunia Islam saat itu tengah berada dalam tekanan dari Barat, dan Kekaisaran Ottoman sudah kehilangan banyak wilayah serta otoritasnya akibat Perang Dunia I. Perjanjian Sevres tahun 1920 yang dirancang Sekutu berisi pasal-pasal yang secara terang-terangan akan memecah-belah sisa wilayah Ottoman, bahkan menghapus eksistensi Turki sebagai bangsa merdeka. Itulah pemicu utama yang membangkitkan semangat perlawanan Mustafa Kemal.
Dalam situasi tersebut, Atatürk memimpin Perang Kemerdekaan Turki melawan pasukan Sekutu dan kolaboratornya di dalam negeri. Ia menyatukan sisa-sisa pasukan Ottoman dan rakyat yang tersisa, membentuk Majelis Nasional Agung di Ankara, dan melancarkan perlawanan bersenjata yang pada akhirnya sukses menyingkirkan pasukan asing dan membatalkan Perjanjian Sevres. Sebagai gantinya, pada tahun 1923, ia memaksa Sekutu untuk menandatangani Perjanjian Lausanne yang mengakui kedaulatan penuh Republik Turki. Di tahun yang sama, Kekhalifahan Ottoman secara resmi dibubarkan, dan Mustafa Kemal dinyatakan sebagai presiden pertama Republik Turki.
Apa yang dilakukan Atatürk setelah berkuasa bukan sekadar transisi kekuasaan, melainkan revolusi peradaban. Ia menghapus sistem kekhalifahan dan menggantinya dengan republik sekuler. Pengaruh agama secara sistematis dipisahkan dari pemerintahan. Hukum Islam digantikan oleh hukum sipil model Eropa, pengadilan syariah ditutup, dan jabatan khalifah dihapus total. Atatürk juga mengganti huruf Arab dengan alfabet Latin, mewajibkan sekolah sekuler bagi seluruh warga negara, dan melarang simbol-simbol agama di ruang publik. Ia memperkenalkan sistem pendidikan Barat, hak pilih bagi perempuan, dan bahkan memaksa rakyat mengganti pakaian tradisional Ottoman dengan gaya busana Eropa sebagai simbol modernitas. Reformasi tersebut bukan tanpa penolakan. Banyak kalangan religius yang menganggap Atatürk telah “mengkafirkan” Turki dan memutus akar sejarah Islamnya. Namun bagi Atatürk, perubahan itu mutlak diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dari Barat dan menghindari kolonialisasi lebih jauh. Ia percaya bahwa hanya dengan cara itulah Turki bisa sejajar dengan bangsa-bangsa maju. Dalam pandangannya, kejayaan masa lalu tidak akan terulang jika tetap bergantung pada sistem feodal dan agama yang sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Salah satu kebijakan paling simbolik dari Atatürk adalah pembentukan Directorate of Religious Affairs (Diyanet), lembaga negara yang bertugas mengawasi agama agar tidak keluar dari garis negara. Dengan cara itu, ia menjinakkan institusi keagamaan tanpa membasminya, sambil tetap menjaga prinsip negara sekuler. Atatürk juga melarang penggunaan gelar keagamaan di ruang publik dan mengganti hukum warisan dan pernikahan yang sebelumnya berdasarkan syariat menjadi hukum sipil. Semua langkah itu merupakan bentuk revolusi kultural, sosial, dan politik yang sangat mendalam.
Dalam satu generasi, wajah Turki berubah total. Ia tidak lagi menjadi pusat dunia Islam, tetapi negara nasionalis yang berbicara dalam bahasa Turki modern, berpakaian Eropa, dan berorientasi pada modernisasi industri serta pendidikan. Atatürk menciptakan identitas baru bangsa Turki, sebuah entitas yang tidak lagi bersandar pada agama, melainkan pada semangat kebangsaan dan rasionalitas. Ia tidak hanya meruntuhkan Kekaisaran Ottoman, tetapi juga mencabut akar-akar teokrasi yang telah berabad-abad membentuk masyarakat. Namun seperti semua tokoh besar dalam sejarah, warisan Atatürk pun menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, ia dipuja sebagai pembebas dan arsitek modernisasi. Di sisi lain, ia dikritik karena pendekatannya yang otoriter dan represif terhadap kelompok religius. Tetapi yang tak terbantahkan adalah bahwa ia berhasil mengarahkan Turki keluar dari status negara pecundang pasca-Perang Dunia I menjadi kekuatan regional yang berdaulat dan dihormati.
Mustafa Kemal Atatürk adalah contoh nyata bagaimana krisis besar bisa melahirkan pemimpin besar. Ia membaca tanda zaman dan mengambil langkah-langkah radikal yang tidak semua orang berani ambil. Atatürk menunjukkan bahwa reformasi sejati sering kali lahir dari keputusasaan, dan keberanian politik adalah syarat mutlak bagi perubahan. Dalam konteks bangsa-bangsa yang sedang mencari bentuk dan arah di tengah dunia yang berubah cepat, warisan Atatürk tetap relevan sebagai pelajaran tentang pentingnya visi, ketegasan, dan keberanian untuk memutuskan sesuatu demi masa depan bangsanya.
Bagi Indonesia, pelajaran dari Atatürk mungkin tidak terletak pada isi reformasinya, tetapi pada semangatnya: membebaskan bangsa dari belenggu masa lalu, berdiri dengan identitas baru yang lebih rasional, dan menatap masa depan dengan keberanian penuh. Kita tidak harus meniru Turki, tetapi harus berani mengambil langkah strategis seperti yang dilakukan Atatürk ketika saatnya menuntut demikian. Sebab dalam politik, yang abadi bukanlah masa lalu, melainkan kemampuan untuk menjawab tantangan zaman dengan keputusan besar.
REFERENSI BERITA DAN LITERATUR PENDUKUNG
- BBC News Indonesia. (2017, 10 November). Mustafa Kemal Ataturk: Pemimpin Turki Modern yang Sekuler dan Kontroversial.
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-41927032 - Kompas.com. (2021, 29 Oktober). Atatürk, Tokoh Reformasi Turki yang Menghapus Kekhalifahan Ottoman.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/29/200000879/ataturk-tokoh-reformasi-turki-yang-menghapus-kekhalifahan-ottoman - Historia.id. (2020, 1 Maret). Atatürk: Revolusi Modern Turki.
https://historia.id/politik/articles/ataturk-revolusi-modern-turki-DwE3a - Tirto.id. (2022, 2 Mei). Mustafa Kemal Atatürk: Jenderal yang Menghapus Kekhalifahan.
https://tirto.id/mustafa-kemal-ataturk-jenderal-yang-menghapus-kekhalifahan-gkRS - Encyclopaedia Britannica. (2023). Mustafa Kemal Atatürk: Biography, Reforms, & Facts.
https://www.britannica.com/biography/Kemal-Ataturk - Mango, Andrew. (2000). Atatürk: The Biography of the Founder of Modern Turkey. London: John Murray Publishers.
- Kinross, Lord Patrick Balfour. (1964). Atatürk: The Rebirth of a Nation. London: Weidenfeld & Nicolson.
- Zürcher, Erik J. (2004). Turkey: A Modern History (3rd ed.). London: I.B. Tauris.
- The New York Times Archive. (1923). Kemal Ataturk Declares Republic, Ends Ottoman Empire.
https://timesmachine.nytimes.com
Jakarta 6 Agustus 2025
Chappy Hakim