counter create hit
ArticleAviationDefense and Security

Introduction to Air Power

Mengenal Kekuatan Dirgantara

Mengenal Kekuatan Dirgantara

          Kekuatan Dirgantara untuk sementara dapat digunakan sebagai padanan kata Air Power.   Walaupun sebenarnya kata Dirgantara sudah mewakili terminologi Udara, Ruang Angkasa, Antariksa dan Angkasa Luar.   Udara dapat saja dianggap sebagai ruang yang mencapai ketinggian atmosfer atau wilayah yang masih mengandung oksigen.   Lebih tinggi dari itu disebut sebagai ruang angkasa.   Ruang Udara dan Ruang angkasa disebut sebagai Antariksa dan ruang diatasnya lagi dikenal sebagai Luar Angkasa.   Keseluruhan ruang udara, ruang angkasa, antariksa dan luar angkasa disebut sebagai Dirgantara.   Dengan demikian maka mungkin lebih tepat Kekuatan Dirgantara disebut sebagai  air and outerspace power , populer disebut Air and Space Power.   Belakangan ini memang istilah Air Power sudah berkembang menjadi Air and Space Power.   Perkembangan terminologi tersebut mengikuti perkembangan teknologi yang saat ini merambah jauh ke angkasa luar.

FILE PHOTO: Russian Sukhoi Su-35 jet fighters fire missiles during the Aviadarts competition, as part of the International Army Games 2021, at the Dubrovichi range outside Ryazan, Russia August 27, 2021. REUTERS/Maxim Shemetov/File Photo

          Kembali pada istilah Air Power, pada awalnya ketika kekuatan udara telah mulai  banyak digunakan dalam medan perang, maka banyak orang mencari definisi yang tepat tentang apa yang dimaksud dengan Air Power.   Banyak bermunculan definisi dari terminologi Air Power dan perkembangannya.   Sampai sekarang tidak ada satu definisi yang baku mengenai apa itu Air Power.  Banyak yang mendefinisikan Air Power sesuai dengan persepsi atau opini masing masing.   Pengertian baku tentang Air Power dan perkembangnnya menjadi menarik bila kita coba ikuti sejak era awal penggunaan kekuatan udara dalam perang atau keperluan militer.

          Perdana Menteri Inggris Winston Churchil yang berkuasa saat berlangsungnya Battle of Britain di tahun 1940, perang udara legendaris antara Jerman dan Inggris yang dimenangkan Inggris mengatakan bahwa : Air Power is the most difficult of all forms of military force to measure, or even express in precise term.   Terjemahan bebasnya kira kira :   Kekuatan Udara adalah yang paling sulit dari semua bentuk kekuatan militer untuk diukur, atau bahkan diungkapkan dalam istilah yang tepat.   Dapat dipahami karena Churchil adalah seorang politisi dan ketika itu Inggris baru saja memenangkan perang udara melawan Jerman pada ketika teknologi penerbangan masih berada pada tahap awal perkembangnnya.  

Jauh sebelum itu Jenderal Billy Mitchell bapak Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1930-an telah mempromosikan sebuah definisi sederhana tentang Air Power yang disebutnya sebagai  The Ability to do something in the air.   Tentu saja pemahaman ini berangkat dari disiplin yang digelutinya disertai dengan banyak ide Billy Mitchell sebagai pemikir dalam penggunaan kekuatan udara bagi kepentingan militer.

Berikutnya Jenderal Henry Harley Arnold, seorang Jenderal Bintang 5 Angkatan Darat sekaligus Angkatan Udara Amerika mendefinisikan Air Power dalam konteks yang lebih mengarah kepada National Air Power, sebagai berikut :

Air Power includes a nation’s ability to deliver cargo, people, destructive missiles, and war making potential through the air to the desired destination to accomplish the desired goal.   Air Power is not composed alone of the war making componned of aviation.   It is the total aviation activity – civilian and military, commercial and private, potential as well as existing.

Demikianlah dalam perkembangannya kemudian US Air University merumuskan Air Power dalam format sedikit berbeda namun masih dalam pengertian yang relative sama.   US Air University menyebut Air Power has been force Change not only in the employment of military forces, but also in the political, economic and social structure of the world.   Menjadi menyolok disini adalah disebutkannya faktor diluar ranah militer yaitu sisi politik, ekonomi dan struktur sosial masyarakat.

Untuk lebih mudah menyelami lagi tentang Air Power , maka dapat kita tinjau 3 peristiwa yang telah menjadi catatan sejarah sebagai kejadian yang berkait langsung dengan penggunaan Air Power.   Ketiga peristiwa tersebut adalah Battle of Britain, Pearl Harbor dan tragedi 9/11.

Battle of Britain.   Merupakan catatan sejarah karena Angkatan Udara Inggris  RAF yang berada dalam posisi bertahan diserang oleh Luftwaffe Angkatan Udara Jerman dan berhasil memenangkan perang udara ketika itu.  Philip S. Milinger, Colonel USAF Dean Department of the Air Force – Air University menyebutnya sebagai “It is well to remember that the Battle of Britain was, I believe, the only clear-cut victory of defensive counter air in history.”

Pearl Harbor.   Serangan mendadak armada udara Angkatan Laut Kerajaan Jepang ke Pangkalan AL Amerika Serikat di Pearl Harbor Hawaii.   Amerika masih berhubungan diplomatic dengan Jepang, tidak ada pernyataan perang dari pihak Jepang.   Teknologi ketika itu belum mampu memproduksi  pesawat terbang yang dapat terbang dari Jepang ke Hawaii.   Amerika baru sadar bahwa ternyata perang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.

Tragedi 9/11.   Tanggal 11 September 2001, teroris Al Qaeda menyerang Amerika Serikat dari dalam negeri sendiri dengan cara membajak pesawat terbang sipil komersial.   World Trade Center , Menara kembar kembanggaan Amerika berhasil diruntuhkan.   Setelah kejadian 9/11 Amerika Serikat membentuk Department of Homeland Security, Transportation Security Administration dan merestrukturisasi pelayanan lalu lintas penerbangan dengan membentuk Civil Military Air Traffic Flow Menagement System.

          Dari ketiga peristiwa penggunaan Air Power yang mengukir sejarah itu, apa saja yang dapat Indonesia peroleh sebagai pelajaran.   Setidaknya Indonesia bisa melihat ulang beberapa kejadian yang pernah dialami dan permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan Air Power di Indonesia.

          Peristiwa Aru.   Kejadian serangan rahasia oleh Angkatan Laut RI dalam rangka perebutan Irian Barat adalah sebuah pengalaman pahit yang harus dibayar mahal sebagai akibat operasi laut yang tidak menyertakan unsur kekuatan udara Angkatan Laut dan juga apalagi kekuatan Angkatan Udara.

          Insiden Bawean.   Masuknya penerbangan tanpa ijin oleh pesawat pesawat terbang Angkatan Laut Amerika Serikat yang di intersep oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.   Wilayah Udara kedaulatan RI selama ini memang rawan terhadap ancaman penerbangan tanpa ijin.   Penyebab utama tentu saja peralatan alutsista Angkatan Udara Indonesia yang sangat terbatas.   Kekuatan Udara belum memperoleh perhatian yang cukup dalam pelaksanaan tugasnya menjaga kedaulatan negara di udara.

          FIR Singapura.   Pengelolaan wilayah udara territorial NKRI yang berlokasi di daerah kritis justru didelegasikan kepada pihak asing.   Sebuah kebijakan yang sangat fatal dalam perspektif pertahanan keamanan negara pada tugas tugas menjaga kedaulatan negara di udara.   Pada tugas tugas berkait dengan National Security.

          Industri Penerbangan.   Penataan dan pengelolaan industri penerbangan Indonesia masih memerlukan banyak langkah penyempurnaan.   Tidak saja dalam hal upaya memproduksi pesawat terbang sendiri, akan tetapi juga dalam sisi pengelolaan wilayah udara  termasuk manajemen jejaring perhubungan udara nasional sebagai bagian utuh dari upaya mendukung sisi pertahanan keamanan negara, disamping peran sebagai agen pembangunan.

Masalah masalah tersebut diatas adalah merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian serius dalam kerangka Indonesia membangun kekuatan dirgantara, membangun National Air Power.   Tidak mudah memang untuk membangun kekuatan dirgantara bagi sebuah negara sebesar Indonesia yang berbentuk kepulauan dan sebagian besar berpegunungan.   Namun setidaknya sudah harus muncul pemikiran pemikiran untuk memulainya yang bisa dilakukan dengan antara lain membuat perencanaan jangka Panjang strategis bagi pengelolaan National Air Power di Indonesia.

 

Jakarta 3 Januari 2023

Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

 

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Check Also
Close
Back to top button