Awal tahun 2009 dibuka dengan kejadian yang sangat memprihatinkan, yaitu peristiwa terbakarnya Depo Pertamina Plumpang. Hal ini terjadi di hari Minggu 18 Januari 2009. Tanki nomor 24 dengan kapasitas 10.000 KL dan tanki nomor 22 dilalap api yang berkobar besar sekali. Kejadian yang berlangsung di akhir minggu ini benar-benar telah memberikan gambaran terang benderang dari betapa rapuhnya sistem pengamanan obyek yang sangat vital ini. Dua tanki terbakar, berkobar dilalap api, tidak ada korban jiwa selain satu orang yang bernama Zaenudin yang disebutkan sebagai satpam Pertamina, berlangsung di akhir pekan. Satpam Zaenudin, ditemukan 50 meter jaraknya dari lokasi tempat tanki nomor 24 berada. Disebutkan bahwa yang bersangkutan baru saja melaksanakan kontrol terakhir, yang kemudian terjadi kebakaran serta setelah itu sang satpam diberitakan menghilang.
Dari data yang ada ini, sebenarnya dapat berkembang banyak pertanyaan yang sangat menggoda. Diakhir pekan, saatnya orang berlibur, ada tanki di Depo Pertamina terbesar di kota Jakarta terbakar dan korbannya satu orang satpam yang hangus dan tidak dapat dikenali secara visual. Kabarnya pihak yang berwajib akan melaksanakan test DNA untuk meyakinkan siapa sebenarnya identitas korban tersebut.
Hanya berselang satu dua hari saja, sudah ada pernyataan dari Kepolisian yaitu pada tanggal 20 Januari 2009 yang mengatakan bahwa : Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, bukan akibat serangan teroris atau sabotase. Kebakaran terjadi disebabkan masalah teknis yaitu tidak berfungsinya sistem pengaman tanki.
Muncul pertanyaan disini, kalau memang terjadinya kecelakaan disebabkan oleh faktor teknis, mengapa bukan pihak Pertamina yang sangat menguasai aspek teknis dari sebuah Depo BBM yang menerangkannya kepada masyarakat.
Sebelum itu, yakni pada hari senin 19 Januari, Menko Polhukam mengatakan kepada wartawan, bahwa Dari aspek pengamanan, tidak ada indikasi adanya sabotase atau kesengajaan dalam peristiwa kebakaran depo plumpang itu.
Disini kemudian terlihat bahwa ada kekhawatiran yang sangat mendalam dari pemerintah terhadap persepsi masyarakat yang kemungkinan besar akan melihat peristiwa tersebut sebagai sabotase, mengingat kasus BBM yang tengah bergulir belakangan ini, yaitu diturunkannya harga BBM yang diikuti dengan menghilangnya beberapa jenis BBM di pasaran. Sehingga , hari senin Menkopolhukam segera mengeluarkan pernyataan, sebelum dilakukannya langkah penyelidikan, bahwa tidak ada sabotase. Diikuti dengan keesokan harinya, pihak kepolisian menyatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah karena maasalah teknis. Sementara itu, pihak yang memiliki depo dalam hal ini Pertamina ternyata belum mengeluarkan pernyataan apa-apa. Bisa dimaklumi, tentu saja Pertamina belum memiliki bahan yang pantas untuk diumumkan ke publik, mengingat waktu yang hanya beberapa hari, dapat dipastikan mereka tidak atau belum bisa menemukan perkiraan penyebab terjadinya kebakaran tersebut.
Sementara itu, keluar penjelasan dari Kapuspen TNI pada tanggal 20 Januari 2009 yang mengatakan bahwa Pasca Reformasi, sesuai dengan Undang Undang TNI, maka pengamanan obyek vital nasional tidak lagi menjadi tanggung jawab TNI, serta menggaris bawahi dengan pernyataan bahwa Plumpang tidak ada hubungannya dengan TNI.
Sampai disini, kita semua kemudian menyadari bahwa Depo Pertamina Plumpang adalah satu Obyek Vital yang pengamanannya tidak dilaksanakan dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan TNI.
Berikutnya, marilah kita ikuti pula beberapa pernyataan dari Pertamina. Ternyata dari pihak Pertamina secara resmi belum memberikan penjelasan terhadap penyebab dari terjadinya kebakaran depo plumpang. Yang kemudian tersebar ke media adalah beberapa penjelasan dari pihak Corporate Secretary Pertamina saudara Toharsa, yang mengatakan bahwa Pertamina menginginkan agar lahan disekeliling depo plumpang harus segera dibebaskan dari penduduk penghuni liar. Seperti diketahui ternyata ada pemukiman penduduk di sekitar 5 kilo meter dari depo tersebut. Ditambahkan , bahwa Pertamina tidak mau memberikan uang pengganti karena tanah tersebut adalah milik Pertamina. Ditambahkan pula bahwa Pertamina akan membangun selokan disekeliling depo plumpang, agar para penduduk sekitar depo tidak dapat memanjat pagar lagi untuk masuk ke area depo plumpang.
Kesimpulannya menjadi sangat sederhana, yaitu disekitar depo terdapat pemukiman liar dan ternyata sering kali orang-orang yang tidak berhak masuk ke depo, acap kali dengan jalan memanjat pagar pembatas depo untuk masuk ke area tanki depo plumpang yang seharusnya merupakan daerah terlarang. Jadi dengan demikian sangat mudah bila ada orang yang berniat untuk meledakkan tanki BBM di Depo Pertamina Plumpang.
Saya pikir, tidak usah seseorang itu belajar tentang masalah “pengamanan obyek vital” dan “aspek intelijen” yang berkait dengan pengamanan , dalam masalah terbakarnya depo plumpang ini. Cukup dengan membaca uraian diatas ini, perkiraan penyebab terjadinya kebakaran sudah dapat diuraikan dengan jelas untuk kemudian dirangkai dengan sedikit penyelidikan yang pasti akan segera dapat diketahui “apa penyebab” kebakaran itu. Paling tidak, sekarang saja sudah dapat diketahui, “most probable cause” nya, penyebab yang paling mungkin terjadi sebagai pemicu terjadinya kecelakaan. Inilah teka teki nya ! Kecuali pihak Pertamina sendiri dan atau pihak yang berkompeten dengan “security” , maka dapat dipastikan pula tidak ada pihak atau institusi lain yang paling tepat dan dapat menjawab teka-teki yang tidak berhadiah ini.