KP, Kiroyan Partners, konsultan Corporate Communications dan Public Affairs memiliki beberapa acara rutin yang digelar dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan sekaligus peningkatan kualitas personil pendukungnya. Salah satu acara rutinnya adalah berjudul atau dinamakan KEMs (Knowledges Experience and Meal sharing). Sebuah ajang gathering, silaturahmi membahas tentang topik-topik yang mencerahkan dengan pakar-pakar untuk memperluas wawasan, dilanjutkan dengan ramah tamah sambil bersantap siang bersama.
Siang tadi , Senin tanggal 1 Juli 2019, saya mendapat kesempatan mengisi acara KEMs di KP. Materi yang saya sampaikan adalah seputar mahalnya harga tiket pesawat terbang dan beredarnya isu tentang akan masuknya Maskapai Penerbangan Asing ke Indonesia melayani rute domestik. Hal tersebut adalah dalam rangka upaya menurunkan harga tiket pesawat terbang rute dalam negeri. Pemaparan yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan para anggota KP yang rata-rata berusia muda dan berbakat serta memiliki semangat tinggi itu tentu saja menjadikan momen KEMs siang tadi menjadi sangat hidup dan menarik.
Perhatian masyarakat luas terhadap naiknya harga tiket pesawat terbang yang terjadi belakangan ini jelas menjadi sorotan tajam dalam diskusi yang berkembang. Demikian pula pembahasan mengenai ide didatangkannya Maskapai Asing dalam upaya mencari solusi untuk mengembalikan lagi harga tiket murah membawa perbincangan cukup jauh kepada bidang-bidang lainnya yang terkait.
Seperti halnya dalam setiap kesempatan memberikan presentasi tentang dunia penerbangan pada umumnya, maka dipastikan pemahaman mengenai seluk beluk dunia penerbangan sipil komersial yang masih banyak terselubung misteri itu akan mengundang banyak pertanyaan. Beberapa diantaranya adalah tentang bagaimana terminologi Low Cost yang berkembang selama ini telah memberikan kesan berbeda dari low cost di negara lain dengan low cost di Indonesia.
Pertanyaan yang muncul merupakan respon yang sangat wajar dari mereka yang cukup jeli melihat betapa penerbangan low cost di tanah air ternyata juga diiringi pula dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi. Logika berpikir tentang low cost carrier sebagai sebuah model bisnis dan strategi marketing seharusnya tidak berhubungan sama sekali dengan aman atau tidaknya sebuah operasi penerbangan yang dilakukan oleh sebuah Maskapai Penerbangan manapun. Demikian pula pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa begitu banyak Maskapai Penerbangan kawakan menjadi punah dengan mudah pada saat datangnya Maskapai pendatang baru.
Diskusipun tidak bisa terelakkan dengan pembahasan tentang mengapa Maskapai Penerbangan milik negara, yang seharusnya memperoleh banyak kemudahan dalam beroperasi bisa takluk dalam bersaing dengan Maskapai swasta pendatang baru. Lebih parah lagi sebuah Maskapai Penerbangan Perintis yang seharusnya menjadi tulang punggung Pemerintah, terutama Pemerintah Daerah bisa gulung tikar dan kemudian perannya tergantikan oleh Maskapai Penerbangan Swasta. Banyak lagi diskusi menarik yang membuka wawasan para peserta dan saya sendiri, karena topik penerbangan ternyata dapat melebar kepada masalah-masalah tentang manajemen nasional yang memang berhadapan dengan sekian banyak tantangan.
Dari pengalaman berdiskusi dengan anak-anak muda cerdas dalam membahas sebuah topik, apapun topiknya pasti akan membawa visi dan membuka wawasan yang lebih luas dan pasti berakhir kepada pembahasan situasi kondisi nasional pada umumnya. Pada titik ini maka pembahasan akan sampai juga kepada masalah-masalah yang berkait dengan praktek-praktek salah urus dan korupsi.
Diskusi siang tadi ditutup dengan canda-tawa khas anak muda dengan selorohan menarik bahwa belakangan ini kita memang tengah berhadapan dengan membanjirnya para MBA yaitu Master of Bad Attitude dan Master of Business misAdminsitration. Khusus dalam pembicaraan tentang masalah Korupsi menjadi menarik kutipan dari pernyataan Wilfried Mbappe, ayah dari pemain bola kondang kesebelasan nasional Perancis asal Kamerun yang banyak dikecam karena anaknya tidak memperkuat Kamerun akan tetapi justru membawa kesebelasan Perancis menjadi Juara dunia. Wilfried Mbappe mengatakan : “ At First, I wanted my son to play for Cameroon, but someone at the Cameroon Football Federation charged a sum of money that I didn’t have to make him play. The French didn’t charge me anything”…….Corruption Kills the Dreams of a Nation.
KEMs siang tadi telah benar-benar menambah dan memperluas wawasan bersama. Terimakasih semuanya !
Jakarta 1 Juli 2019
Chappy Hakim