Taman Bersejarah di Jantung Kota Paris
Tuileries Garden, atau dalam bahasa Prancis disebut Jardin des Tuileries, adalah sebuah taman klasik nan megah yang terletak di jantung kota Paris. Ia membentang anggun di antara Istana Louvre di satu sisi dan Place de la Concorde di sisi lainnya, membentuk koridor hijau yang menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap kota. Nama Tuileries sendiri berasal dari kata tuile, yang berarti genteng, karena pada abad pertengahan kawasan ini adalah lokasi pabrik genteng sebelum diubah menjadi taman kerajaan. Kini, Tuileries bukan hanya sekadar ruang hijau, melainkan juga sebuah saksi bisu perjalanan panjang sejarah Prancis, dari masa monarki hingga zaman republik modern. Ketika Ratu Catherine de’ Medici memerintahkan pembangunan taman ini pada tahun 1564, yang ada di benaknya adalah menghadirkan suasana taman bergaya Italia yang penuh dengan simbol-simbol kekuasaan sekaligus kenyamanan. Dengan sentuhan arsitektur lanskap Renaissance, Tuileries pada awalnya dipenuhi jalur-jalur geometris, kolam kecil, dan ornamen hias yang menggambarkan kebesaran sang ratu. Namun seiring waktu, wajah taman berubah mengikuti dinamika sejarah. Louis XIV, sang Raja Matahari, menyerahkannya kepada André Le Nôtre, arsitek lanskap legendaris yang juga menciptakan taman Versailles. Le Nôtre mengubah Tuileries menjadi mahakarya simetri dan perspektif, memperluas jalur hingga ke arah barat yang kelak berkembang menjadi Champs-Élysées. Sejak itu, Tuileries menjadi model bagi taman-taman publik Eropa, sebuah contoh nyata bagaimana estetika dapat berpadu dengan kekuasaan.
Namun Tuileries sendiri bukan hanya panggung keindahan. Ia juga menjadi saksi pergolakan politik Prancis. Pada masa Revolusi, taman ini dipenuhi massa rakyat yang menuntut perubahan, sementara keluarga kerajaan tinggal di Istana Tuileries yang menempel di sisi timur taman. Di sinilah Louis XVI dan Marie Antoinette mengalami hari-hari terakhir kebesaran mereka, sebelum akhirnya sejarah membawa mereka menuju takdir di guillotine. Pada abad ke-19, taman ini kembali memainkan peran penting ketika istana dibakar oleh Komune Paris dan akhirnya dihancurkan, meninggalkan jejak sejarah yang pahit. Tuileries pun bertransformasi menjadi ruang publik sepenuhnya, menjadi milik rakyat, bukan lagi milik eksklusif para bangsawan. Seiring berkembangnya Paris sebagai kota modern, Tuileries beradaptasi dengan zaman. Pada era Napoleon III, orangerie dibangun sebagai ruang pameran, yang kemudian menjadi museum bersejarah menyimpan karya Claude Monet dan para pelukis impresionis. Patung-patung klasik bercampur dengan karya modern menghiasi jalur-jalur taman, menghadirkan dialog abadi antara masa lalu dan masa kini. Restorasi besar pada abad ke-20 memastikan taman ini tetap terawat, namun tetap setia pada rancangannya yang klasik. Bagi warga Paris, Tuileries adalah tempat pertemuan, ruang rekreasi, dan sekaligus galeri terbuka. Anak-anak bermain di sekitar kolam bundar sambil mendorong perahu kecil kayu, para seniman duduk di kursi besi hijau melukis suasana, sementara turis berbaur menikmati lanskap yang begitu ikonik. Dari sisi Louvre hingga ke arah Concorde, jalur panjang taman ini terasa seperti koridor sejarah, di mana setiap langkah mengingatkan kita pada jejak raja, revolusi, perang, hingga pesta rakyat. Tidak berhenti di masa lalu, Tuileries juga terus hidup di era kontemporer. Pada Olimpiade Paris 2024, taman ini menjadi lokasi penempatan obor Olimpiade, menandai dirinya sebagai simbol keberlanjutan sejarah dan modernitas. Paris seolah ingin mengatakan kepada dunia bahwa ruang publik bukan sekadar tempat bersantai, melainkan juga panggung kebanggaan nasional.
Hari ini, Tuileries Garden tetap menjadi jantung yang berdenyut di antara Louvre dan Champs-Élysées. Ia menyatukan seni, sejarah, dan kehidupan sehari-hari warga Paris dalam satu kesatuan ruang. Keindahan geometrinya memang menawan, tetapi lebih dari itu, Tuileries adalah cermin perjalanan bangsa Prancis yang kompleks, penuh drama, sekaligus sarat kebesaran. Dalam setiap derap langkah di jalurnya, kita seakan berjalan berdampingan dengan bayang-bayang para raja, revolusioner, seniman, dan rakyat biasa yang pernah melewati taman ini. Bagi Indonesia, Tuileries Garden bisa menjadi cermin penting tentang bagaimana ruang publik dipelihara dan dimaknai. Paris tidak hanya menjaga taman ini sebagai situs sejarah, tetapi juga menjadikannya ruang hidup yang terbuka bagi semua orang. Indonesia, dengan kekayaan alam dan sejarahnya, seharusnya bisa belajar bagaimana menghadirkan ruang publik yang menyatukan estetika, budaya, dan rakyatnya. Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, misalnya, sesungguhnya bisa berperan seperti Tuileries bila dirawat, dikelola, dan dihidupkan sebagai ruang pertemuan rakyat, bukan sekadar kawasan administratif atau tempat upacara kenegaraan. Begitu pula alun-alun di Jawa yang sejak lama menjadi simbol ruang publik, tempat rakyat berkumpul, berdialog, dan merayakan kehidupan. Lapangan Merdeka di berbagai kota juga menyimpan potensi serupa bila diberi sentuhan perawatan dan visi kebudayaan yang jelas. Seperti pernah diungkapkan Bung Karno, kota adalah “etalase peradaban” dan Monumen Nasional bukan hanya monumen fisik, melainkan lambang kebesaran bangsa sekaligus ruang bersama rakyat. Bila Paris bisa menjadikan Tuileries sebagai simbol kontinuitas antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, maka Indonesia pun mampu menjadikan ruang-ruang publiknya sebagai refleksi jiwa bangsa yang merdeka dan berdaulat. Dengan semangat itu, Tuileries Garden bukan hanya taman di Paris, melainkan juga inspirasi universal bagi bangsa-bangsa lain, termasuk Indonesia, tentang bagaimana sejarah, seni, dan kehidupan rakyat dapat berpadu indah dalam ruang bersama.
Referensi
- Louvre Museum. “From Royal Garden to Public Park: The Tuileries Garden.” Louvre.fr. Diakses Agustus 2025. https://www.louvre.fr/en/explore/the-palace/from-royal-garden-to-public-park
- Wikipedia. “Tuileries Garden.” Wikipedia. Diakses Agustus 2025. https://en.wikipedia.org/wiki/Tuileries_Garden
- French Moments. “Jardin des Tuileries Paris.” French Moments. Diakses Agustus 2025. https://frenchmoments.eu/jardin-des-tuileries-paris/
- Paris Insiders Guide. “Jardin des Tuileries in Paris.” Parisinsidersguide.com. Diakses Agustus 2025. https://www.parisinsidersguide.com/jardin-des-tuileries-paris.html
- CuddlyNest. “A Complete Guide to Tuileries Garden, Paris.” Cuddlynest.com. Diakses Agustus 2025. https://www.cuddlynest.com/blog/tuileries-garden/
- Le Monde. “The Long Purgatory of a Monumental Richard Serra Sculpture in Paris.” LeMonde.fr, 7 April 2024. https://www.lemonde.fr/en/m-le-mag/article/2024/04/07/the-long-purgatory-of-a-monumental-richard-serra-sculpture-in-paris_6667614_117.html
- Wikipedia. “2024 Summer Olympics and Paralympics Cauldron.” Wikipedia. Diakses Agustus 2025. https://en.wikipedia.org/wiki/2024_Summer_Olympics_and_Paralympics_cauldron
Jakarta 20 Agustus 2025
Chappy Hakim