Bagi mereka yang pernah berkunjung ke Wamena, atau yang mengikuti perkembangan daerah di Lembah Baliem ini, agaknya tidak akan pernah membayangkan, bagaimana daerah tersebut dapat berkembang, keluar dari isolasi yang mengurung lokasinya yang saat itu, ditahun 1970-an terkendala dengan infra struktur sarana trasnportasi. Bagus juga menyimak kutipan dari tulisan dibawah ini yang merupakan tulisan dari Mantan Kasau Marsekal Purn Sukardi.
Ada yang bilang, bacalah banyak tulisan orang lain sehingga kita memperoleh manfaat dari tulisan tersebut. Dengan membaca, maka tidak hanya keinginan tahu seseorang akan terpenuhi akan tetapi juga keinginan untuk berbagi akan tumbuh ! Berikut ini tulisannya :
Pengembangan landasan di Wamena, ditulis secara khusus oleh mantan Kasau Marsekal Sukardi di dalam buku biografi beliau yang berjudul “Saatnya berbagi pengalaman dan rasa”. Berikut ini saya kutipkan sebagian isinya :
Untuk Irian Barat, kota Wamena yang terletak dilembah Baliem mempunyai arti yang sangat strategis untuk penyelenggaraan jalannya pemerintahan di daerah pedalaman. Kota kecamatan yang terletak ditengah-tengah Irian Barat ini mempunyai peranan penting untuk penyediaan dan penyaluran bahan-bahan kebutuhan pokok rakyat serta bahan-bahan material untuk keperluan pembangunan fasilitas pemerintahan dan masyarakat. Bahan-bahan kebutuhan secara keseluruhan yang praktis harus didatangkan dari kota-kota pesisir seperti Biak, Kotabaru dan Nabire melalui udara.
Pada tahun 1971, pemerintah pusat memutuskan untuk mengembangkan lapangan terbang Wamena yang selama ini adalah sebuah airstrip kecil sebagai cikal bakal lapangan terbang besar yang selama ini hanya dapat didarati oleh pesawat-pesawat kecil dan ringan semacam Cessna dan Twin Otter.
Setahu saya ini adalah pembangunan lapangan terbang yang unik yang pertamakalinya dilaksanakan di Indonesia. Seluruh kegiatan pembangunan dilakukan melalui udara, dengan mempergunakan pesawat-pesawat C-130 B Hercules dan Cessna 402 B sebagai tulang punggungnya. Saya menilai bahwa kerja sama yang terjadi itu antara pemda Irian Barat, pihak TNI-AD dengan unsur Batalyon Zeni tempur, Kopatdara (Komando Paduan Tempur Udara) dan Kodau VII sangatlah padu. Bagi saya merupakan sebuah pengalaman yang berharga karena saya harus mengkoordinasikan dan men-sinkronisasikan sekaligus melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Pada tahap pertama, para prajurit dari Yon Zipur Kostrad diterjunkan dengan pesawat C-130B Hercules ke lokasi di Wamena. Setelah itu peralatan-peralatan kerja awal menyusul diterjunkan ditempat yang sama. Alat-alat itu meliputi alat pemecah batu, kendaraan kecil seperti Jeep yang dipereteli dulu, mesin giling kecil sampai kepada alat-alat kecil seperti pacul dan ganco. Dengan peralatan itulah, pasukan Kostrad tersebut memulai tahap awal dari perpanjangan dan perkerasan lapangan terbang Wamena.
Berkat perencanaan yang matang serta penahapan yang cermat, pembangunan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Diperlukan waktu kurang lebih satu tahun sebelum pesawat jenis C-130 B Hercules dapat mendarat di landasan yang masih sederhana, tetapi cukup kuat dan panjang. Setelah itu giliran pesawat angkut raksasa itu datang sambil membawa alat-alat berat seperti Grader, Bulldozer, mesin giling, aspal dan alat-alat berat lainnya. Dengan peralatan tersebut maka pengerjaan pembangunan lapangan terbang itu dapat dilakukan secara penuh hingga betul-betul memenuhi persyaratan yang ditentukan sehingga mampu didarati pesawat C-130 B Hercules.
Baru pada tahun 1972, pembangunan lapangan terbang Wamena yang terletak di lembah Baliem dapat diselesaikan, dan sejak itulah distribusi bahan-bahan pokok keperluan masyarakat di pedalaman dapat dilakukan secara lebih lancar karena barang-barang itu bisa dibawa oleh pesawat-pesawat dengan kapasitas angkut yang lebih besar seperti C-130 B Hercules, C-47 Dakota atau F-27 Fokker. Ini sangat berpengaruh pada kelancaran administrasi pemerintahan di wilayah pedalaman. Dampaknya, komunikasi menjadi semakin lancar dan kehidupan masyarakat di wilayah itu semakin terbuka dan hidup. ( Kutipan dari Buku “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa” oleh Sukardi, Marsekal TNI (Purn) cetakan Kata Hasta)
Jakarta 2 September 2011
Chappy Hakim