Siapa sebenarnya yang membangun Kebun Raya Bogor ? Pendiri pertama Kebun Raya Bogor secara resmi adalah Dr. Caspar Georg Carl Reinwardt, seorang ahli botani dan kimia asal Jerman yang bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda. Ia mendirikan kebun tersebut pada tahun 1817 atas instruksi dari pemerintah Hindia Belanda. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa Sir Thomas Stamford Raffles, yang merupakan Letnan Gubernur Inggris di Jawa (1811–1816), juga memiliki peran penting sebagai pemrakarsa awal dalam membangun konsep taman botani di kawasan Istana Bogor (Buitenzorg Palace) selama masa pendudukan Inggris di Hindia Belanda. Ringkasnya adalah Raffles (Orang Inggris) Menggagas penggunaan kawasan sekitar Istana Buitenzorg untuk kepentingan ilmiah dan estetika. Ia sangat tertarik pada alam dan botani, dan semasa pemerintahannya, ia mulai merancang taman tropis di sekitar istana. Setelah Inggris menyerahkan kembali Jawa kepada Belanda pada tahun 1816, pemerintah Hindia Belanda menunjuk Reinwardt untuk merealisasikan pendirian kebun botani secara ilmiah dan formal, yang dilakukan pada tahun 1817. Dengan demikian maka Raffles bisa disebut penggagas awal ide taman botani di Bogor, tetapi pendiri resmi dan ilmiah Kebun Raya Bogor adalah Reinwardt di bawah pemerintahan Belanda.
Kebun Raya Bogor sendiri bukan hanya sebuah taman botani, tetapi juga merupakan saksi bisu sejarah panjang Indonesia sejak masa kolonial hingga era kemerdekaan. Terletak di jantung Kota Bogor, Jawa Barat, Kebun Raya Bogor adalah salah satu kebun botani tertua dan terpenting di Asia Tenggara. Keberadaannya mencerminkan perpaduan antara ilmu pengetahuan, kekuasaan kolonial, dan kecintaan terhadap alam tropis Indonesia.
Dari Istana ke Kebun Ilmiah
Cikal bakal Kebun Raya Bogor dapat ditelusuri hingga abad ke-18, ketika daerah ini menjadi bagian dari kompleks Buitenzorg, kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Pada tahun 1817, atas prakarsa Dr. Caspar Georg Carl Reinwardt seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda. Kebun Raya Bogor secara resmi didirikan dengan nama ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg (Kebun Tanaman Negara di Buitenzorg). Tujuan awal pendirian kebun ini adalah untuk mengumpulkan, meneliti, dan membudidayakan berbagai tanaman tropis dari seluruh Nusantara serta wilayah tropis lainnya. Reinwardt dibantu oleh ahli botani dan hortikultura lainnya, termasuk James Hooper dan Johannes Elias Teijsmann, yang memperluas koleksi tanaman dan menjadikan kebun ini pusat penelitian botani yang disegani.
Pusat Penelitian Kolonial

Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, Kebun Raya Bogor berkembang menjadi pusat studi botani, pertanian, dan kehutanan yang sangat penting di kawasan Asia-Pasifik. Banyak spesies tanaman ekonomis seperti karet (Hevea brasiliensis), kina (Cinchona), dan kelapa sawit diteliti dan dikembangkan di sini sebelum akhirnya disebarkan ke berbagai penjuru Hindia Belanda. Pada masa itu pula, Kebun Raya menjadi bagian dari jaringan pengetahuan global yang menghubungkan para ilmuwan Belanda dengan lembaga-lembaga ilmiah di Eropa. Di sekelilingnya berdiri lembaga-lembaga penting seperti Herbarium Bogoriense dan Museum Zoologicum Bogoriense, yang memperkaya nilai akademik kawasan ini.
Masa Kemerdekaan dan Modernisasi
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Kebun Raya Bogor dikelola oleh lembaga-lembaga ilmiah nasional, yang kini berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selain tetap menjadi pusat penelitian botani, Kebun Raya juga dibuka untuk umum dan berkembang sebagai destinasi wisata edukatif, konservasi, dan rekreasi yang populer. Koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor kini mencakup lebih dari 15.000 spesimen, termasuk pohon raksasa, tanaman langka, dan spesies endemik Indonesia. Di antara yang paling terkenal adalah bunga bangkai (Amorphophallus titanum), yang menjadi ikon kebun karena ukurannya yang luar biasa dan aromanya yang unik.
Simbol Keberlanjutan dan Identitas Bangsa
Kebun Raya Bogor tidak hanya menjadi tempat konservasi hayati, tetapi juga simbol penting dari keberlanjutan dan semangat ilmiah Indonesia. Ia mencerminkan tekad bangsa ini untuk menjaga kekayaan alam tropis sekaligus menjadikannya bagian dari warisan ilmu pengetahuan global. Sebagai salah satu kebun botani tertua di dunia, Kebun Raya Bogor mengajarkan pentingnya menghargai alam, mempelajari keanekaragaman hayati, dan menjembatani masa lalu kolonial dengan masa depan yang berkelanjutan.
Untuk diketahui, Orang Indonesia pertama yang menjadi Kepala Kebun Raya Bogor adalah Prof. Dr. Kusnoto Setyodiwiryo. Ia menjabat pada tahun 1959, setelah Indonesia merdeka dan pengelolaan Kebun Raya Bogor dialihkan dari tangan Belanda kepada bangsa Indonesia. Beliau adalah seorang ahli botani dan dokter, serta pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada era Presiden Soekarno. Patut dicernati pula bahwa di bawah kepemimpinannya, Kebun Raya Bogor mulai mengalami proses nasionalisasi secara penuh, tidak hanya sebagai pusat riset botani tetapi juga sebagai simbol ilmu pengetahuan dan kedaulatan bangsa Indonesia di bidang keanekaragaman hayati. Kepemimpinan Kusnoto dapat dusebut sebagai menandai babak baru dalam sejarah Kebun Raya Bogor, dari institusi ilmiah kolonial menjadi pusat riset botani nasional yang dikelola oleh putra bangsa sendiri.
Referensi:
- van Steenis, C.G.G.J. History of the Bogor Botanical Gardens. LIPI, 1957.
- Whitten, T., Soeriaatmadja, R.E., & Afiff, S.A. The Ecology of Java and Bali. Oxford University Press, 1996.
- Kebun Raya Bogor. Situs Resmi https://kebunraya.id
Jakarta 25 Juni 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia