Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»RUU TNI dan Demokrasi
    Article

    RUU TNI dan Demokrasi

    Chappy HakimBy Chappy Hakim03/18/2025Updated:03/18/2025No Comments4 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Interaksi Sipil-Militer dan Kepemimpinan dalam Konteks Perubahan Sosial

    Abstrak

    Perdebatan mengenai revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) mencerminkan dinamika hubungan sipil-militer yang terus berkembang dalam sistem demokrasi di Indonesia. Tulisan ini membahas interaksi antara kalangan sipil dan militer, menyoroti aspek kepemimpinan dalam proses perubahan sosial. Argumen bahwa militer ingin memperluas pengaruhnya perlu dipahami antara lain dalam konteks ketidakpercayaan diri sebagian kalangan sipil, yang cenderung mengandalkan figur militer untuk berbagai peran di masyarakat. Kajian ini menegaskan pentingnya peran think tank sebagai penyedia analisis akademik yang objektif sebelum kebijakan strategis diputuskan.

    Pendahuluan

    Reformasi TNI pada akhir abad ke-20 menandai perubahan signifikan dalam peran militer di Indonesia, khususnya dengan dihapuskannya dwifungsi ABRI.

    Namun, dalam perkembangannya, interaksi antara kalangan sipil dan militer masih menunjukkan pola ketergantungan yang menarik untuk dikaji. Permasalahan yang muncul dalam diskursus mengenai RUU TNI bukan sekadar isu dominasi militer, tetapi juga refleksi dari karakter kepemimpinan dan proses pengambilan kebijakan di tingkat elite.

    Salah satu faktor utama yang menyebabkan figur militer masih diandalkan oleh kalangan sipil adalah tingkat disiplin yang telah menjadi trade mark seorang militer. Disiplin ini meliputi ketegasan dalam pengambilan keputusan, kepatuhan terhadap hierarki, serta efisiensi dalam menjalankan tugas. Dalam banyak kasus, kalangan sipil secara terbuka mengakui kelemahan mereka dalam hal disiplin, baik secara pribadi maupun dalam organisasi. Kelemahan ini sering kali menghambat efektivitas pemerintahan sipil, yang pada akhirnya mendorong kepercayaan yang lebih besar kepada figur-figur militer dalam kepemimpinan nasional maupun lokal. Hal ini kerap membuat kalangan militer terkadang menjadi overconfident, seolah mampu mengerjakan apa saja, termasuk dalam sektor yang seharusnya menjadi ranah sipil. Fenomena ini mencerminkan kompleksitas hubungan sipil-militer yang terus berkembang dalam sistem demokrasi.

    Interaksi Sipil-Militer dalam Konteks Demokrasi

    Dalam sistem demokrasi, interaksi antara sipil dan militer idealnya bersifat komplementer, bukan kompetitif. Namun, fenomena di Indonesia menunjukkan bahwa banyak pihak sipil masih merasa lebih percaya diri dengan kehadiran figur militer, baik dalam sektor pemerintahan maupun kehidupan sosial. Hal ini tercermin dari banyaknya purnawirawan TNI yang dipercaya untuk mengisi jabatan strategis, termasuk di lingkungan sipil bahkan seperti ketua rukun tetangga (RT) misalnya dan atau pada lembaga negara lainnya. Selain itu, munculnya tren penggunaan pakaian seragam dengan atribut mirip militer dalam institusi sipil menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengadopsi simbol-simbol otoritas dan disiplin yang melekat pada institusi militer.

    Kepemimpinan sebagai Faktor Kunci

    Dalam analisis khusunya tentang hubungan sipil-militer, kepemimpinan memainkan peran sentral dalam menentukan arah interaksi yang sehat dan konstruktif. Kepemimpinan yang kuat, baik di kalangan sipil maupun militer, harus dilandasi oleh visi yang jelas, legitimasi yang kuat, dan pemahaman yang mendalam terhadap dinamika sosial. Pemimpin yang baik tidak hanya memahami kebutuhan masyarakat, tetapi juga mampu mengelola hubungan antara institusi sipil dan militer secara seimbang tanpa menciptakan ketergantungan yang berlebihan satu dengan lainnya.

    Peran Think Tank dalam Pengambilan Kebijakan

    Dalam proses perubahan tatanan sosial dan kebijakan strategis, penting untuk melibatkan lembaga kajian independen atau think tank yang memiliki otoritas akademik dalam menyusun analisis berbasis data dan perspektif multidisipliner. Keputusan yang diambil tanpa kajian akademik yang mendalam cenderung menghasilkan kebijakan yang tidak matang dan berpotensi menimbulkan kegaduhan alias ketidakstabilan. Oleh karena itu, sebelum kebijakan strategis seperti revisi RUU TNI dibahas di DPR, diperlukan studi komprehensif terlebih dahulu yang dapat memberikan gambaran holistik terhadap dampak yang mungkin akan timbul.

    Demikianlah, interaksi antara sipil dan militer di Indonesia bukanlah sekadar perdebatan mengenai dominasi salah satu pihak, melainkan bagian dari proses adaptasi sistem demokrasi dalam konteks sosial-politik yang unik. Kepercayaan diri kalangan sipil dalam membangun sistem pemerintahan yang efektif tanpa ketergantungan terhadap militer merupakan aspek yang harus terus diperkuat. Dalam menghadapi perubahan sosial, kepemimpinan yang berbasis visi strategis dan pemikiran akademik sangat diperlukan guna menghindari kegaduhan alias ketidakstabilan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, peran think tank dalam menyediakan kajian yang objektif dan mendalam menjadi krusial agar pengambilan keputusan berjalan berdasarkan prinsip keilmuan dan kepentingan nasional jangka panjang secara komprehensif.

    Referensi

    • Cottey, A., Edmunds, T., & Forster, A. (2002). Civil-Military Relations in the Twenty-First Century: Europe, USA and Russia. Oxford University Press.
    • Feaver, P. D. (2003). Armed Servants: Agency, Oversight, and Civil-Military Relations. Harvard University Press.
    • Huntington, S. P. (1957). The Soldier and the State: The Theory and Politics of Civil-Military Relations. Harvard University Press.
    • Kammen, D., & Chandra, S. (2010). A Tour of Duty: Changing Patterns of Military Politics in Indonesia. Cornell University Press.
    • Mietzner, M. (2009). Military Politics, Islam, and the State in Indonesia: From Turbulent Transition to Democratic Consolidation. ISEAS Publishing.
    • Sundhaussen, U. (1982). The Road to Power: Indonesian Military Politics 1945–1967. Oxford University Press.
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleThe Importance of Maintaining National Air Sovereignty
    Next Article Peran Pilot dalam Kepemimpinan Airnav Indonesia: Transformasi Menuju Regulasi Penerbangan yang Lebih Profesional
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Kasus McChrystal dan Retaknya Strategi Global Amerika

    06/17/2025
    Article

    Bagaimana Hanud RI ?

    06/17/2025
    Article

    Upaya AS Menjaga Balance of Power di Pasifik

    06/17/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.