Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»“PTDI  dan Bayang-Bayang KAAN Ketika Turki Menyalip  Jalur Cepat”
    Article

    “PTDI  dan Bayang-Bayang KAAN Ketika Turki Menyalip  Jalur Cepat”

    Chappy HakimBy Chappy Hakim08/12/2025No Comments6 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh ; Chappy Hakim

    Pesawat tempur KAAN adalah tonggak baru dalam sejarah industri pertahanan Turki, lahir dari ambisi besar negeri itu untuk meraih kemandirian penuh di bidang teknologi kedirgantaraan.   Proyek ini digarap oleh Turkish Aerospace Industries (TAI) dengan melibatkan berbagai perusahaan teknologi strategis dalam negeri seperti Aselsan yang mengembangkan radar AESA dan sistem peperangan elektronik, HAVELSAN yang membangun perangkat lunak misi dan simulasi, serta Roketsan yang merancang persenjataan canggih. Pada awalnya, program ini dikenal dengan nama TF-X atau Turkish Fighter  Experimental, sebelum akhirnya secara resmi diberi nama KAAN pada Maret 2023. Dalam bahasa Turki, “Kaan” bermakna pemimpin agung atau raja, sebuah simbol dari cita-cita besar untuk menempatkannya sejajar dengan pesawat tempur terbaik kelas dunia.

    Gagasan untuk membangun KAAN mulai mengemuka pada 2010, ketika pemerintah Turki menyadari bahwa armada F-16 yang menjadi tulang punggung Angkatan Udaranya akan memasuki masa pensiun pada dekade 2030-an. Setahun kemudian, TAI menerima mandat resmi untuk memulai studi desain. Model awal pesawat ini diperkenalkan kepada publik di Paris Air Show 2015, menampilkan siluet yang menggabungkan kesan F-35 dengan sentuhan khas sesuai kebutuhan strategis Turki. Pada 2017, kerja sama dengan BAE Systems dari Inggris memberi dorongan signifikan, terutama pada optimalisasi desain aerodinamika dan integrasi teknologi. Namun, perkembangan yang menentukan terjadi pada 2019, saat Turki dikeluarkan dari program F-35 setelah ketegangan politik dengan Amerika Serikat akibat pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Situasi ini membuat pengembangan KAAN tidak lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan strategis yang harus dipercepat.

    Sejak 2021, proses pembangunan prototipe dijalankan secara intensif. Uji darat dilakukan untuk memastikan kekuatan struktur, keandalan sistem kontrol penerbangan, dan performa avionik. Tahun 2023 menjadi momentum penting ketika pesawat ini resmi diperkenalkan kepada publik dengan nama KAAN, disusul roll-out perdana yang memperlihatkan wujud fisiknya secara utuh. Pada 2024, KAAN menorehkan sejarah dengan sukses melakukan penerbangan perdananya. Meski untuk tahap awal masih menggunakan mesin General Electric F110 buatan Amerika Serikat, rencana besar telah disusun untuk menggantinya dengan mesin buatan dalam negeri sendiri.

    Jika dibandingkan dengan pesawat tempur generasi kelima lainnya, KAAN memiliki posisi unik. Dari sisi kemampuan stealth, ia berada di kelas yang sama dengan F-35, tetapi mengusung filosofi operasional yang lebih fleksibel karena tidak terikat secara kaku pada ekosistem senjata NATO. Hal ini memberi peluang besar bagi negara pembeli untuk mengintegrasikannya dengan berbagai sistem senjata yang berbeda. Dibandingkan dengan Su-57 Rusia, KAAN menawarkan pendekatan teknologi bergaya Barat dengan avionik modern, radar AESA, dan sistem perangkat lunak misi yang adaptif, sementara Su-57 mengandalkan kelincahan ekstrem dan mesin vektor dorong. Jika disejajarkan dengan J-20 Tiongkok, KAAN tampil lebih ringkas dan lincah, cocok untuk beroperasi di pangkalan dengan infrastruktur terbatas, namun tetap mampu membawa persenjataan dalam jumlah signifikan. Sementara itu, dibandingkan dengan KF-21 Boramae buatan Korea Selatan, KAAN sudah dibidik sebagai jet generasi kelima penuh sejak awal, sedangkan KF-21 masih berada pada kategori 4,5+ dan baru akan menuju standar stealth penuh di fase berikutnya.

    Kehadiran KAAN menjadi bukti bahwa Turki mampu memadukan visi jangka panjang, keberanian mengambil risiko, dan ketangguhan industri dalam negeri untuk menembus lapisan teratas teknologi pertahanan udara. Ia bukan sekadar pengganti F-16, melainkan pernyataan kedaulatan dan kepercayaan diri di panggung global. Bagi negara-negara yang kesulitan mengakses F-35 karena hambatan politik atau aliansi, KAAN menawarkan alternatif strategis yang menggiurkan. Dalam lanskap persaingan global yang semakin ketat, pesawat ini adalah kartu truf Turki untuk membuktikan bahwa kemandirian teknologi militer bukan lagi angan-angan, melainkan kenyataan yang siap mengubah peta kekuatan udara dunia.

    Jika dibandingkan secara sederhana dengan F-35 Lightning II, KAAN memiliki banyak kemiripan dalam konsep stealth dan penempatan senjata di ruang internal untuk meminimalkan jejak radar. Keduanya sama-sama dilengkapi radar AESA, sistem peperangan elektronik canggih, dan kemampuan serangan presisi jarak jauh. Namun, F-35 dirancang sebagai pesawat tempur multirole dengan fokus pada network centric warfare, sangat bergantung pada jaringan sensor dan data link NATO. KAAN, sebaliknya, dirancang dengan fleksibilitas integrasi yang lebih luas, sehingga dapat dipadukan dengan berbagai platform senjata dan sistem komando yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dan politik pertahanan negara pembelinya. Dari sisi biaya, KAAN juga diproyeksikan lebih murah dibandingkan F-35, yang sering dikritik karena biaya pengadaan dan operasional yang sangat tinggi.

    Sementara itu, jika disejajarkan dengan F-22 Raptor, KAAN berada pada level kemampuan yang berbeda. F-22 adalah pesawat tempur superioritas udara murni yang sejak awal dibangun untuk mendominasi langit, dengan kemampuan manuver luar biasa, supercruise tanpa pendorong tambahan, serta sistem sensor dan stealth yang masih menjadi tolok ukur hingga kini. KAAN memang dirancang untuk mendekati sebagian besar kemampuan itu, namun dengan misi yang lebih serbaguna yakni menggabungkan peran superioritas udara dan serangan darat seperti halnya F-35. Dalam hal manuver dan kecepatan, F-22 masih berada di atas KAAN, tetapi KAAN menawarkan keunggulan dari sisi fleksibilitas misi, keterbukaan integrasi teknologi, dan potensi biaya yang lebih bersahabat. Perbedaan filosofi desain ini menunjukkan bahwa KAAN bukan sekadar meniru, tetapi mencoba mengisi celah di antara dua ikon pesawat tempur generasi kelima tersebut.

    Kisah lahirnya KAAN dari tangan Turkish Aerospace Industries memberi pelajaran berharga bagi Indonesia, khususnya bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). PTDI sudah berdiri jauh lebih lama, bahkan sejak era Nurtanio di tahun 1970-an telah menorehkan sejarah dalam industri pesawat terbang nasional. Namun, setelah puluhan tahun, capaian PTDI masih berkutat pada produksi pesawat turboprop ringan seperti N219 atau CN235 hasil kerja sama, tanpa lompatan signifikan menuju teknologi kelas dunia seperti jet tempur generasi kelima. Sebaliknya, TAI yang baru muncul pada 1984 justru mampu berkembang pesat dan kini menempatkan Turki dalam jajaran elit industri pertahanan udara global. Perbedaan ini menunjukkan bahwa keberhasilan bukan semata diukur dari lamanya berdiri sebuah industri, melainkan dari visi jangka panjang, konsistensi investasi riset, dukungan politik nasional yang total, serta keberanian untuk mengambil risiko strategis. Tanpa semua itu, pengalaman panjang hanya akan menjadi sejarah yang diam di tempat, sementara negara lain berlari meninggalkan kita jauh di belakang.

    Industri penerbangan adalah bidang yang menuntut biaya investasi sangat besar dan membutuhkan rentang waktu pengembangan yang panjang, sehingga tidak bisa bergantung pada siklus politik lima tahunan semata. Ia membutuhkan perencanaan strategis jangka panjang yang konsisten lintas rezim.  Di sisi lain ia juga  butuh komitmen berkelanjutan dari negara untuk memastikan visi besar yang tidak terhenti hanya karena pergantian kepemimpinan. Tanpa keberlanjutan tersebut, setiap langkah maju akan terhenti di tengah jalan, sementara kompetitor yang memiliki arah jelas akan terus melaju meninggalkan kita.

    Daftar Pustaka

    1. Turkish Aerospace Industries. (2024). KAAN – Türkiye’s National Combat Aircraft. Ankara: Turkish Aerospace Industries.
    2. Presidency of Defence Industries. (2023). TF-X KAAN Project Overview. Ankara: SSB Defence Industry Reports.
    3. BAE Systems. (2017, January 28). Collaboration on Turkey’s next generation fighter. BAE Systems Press Release. https://www.baesystems.com/en/article/collaboration-on-turkeys-next-generation-fighter
    4. Defense News. (2023, March 1). Turkey names indigenous fighter jet ‘KAAN’. Defense News. https://www.defensenews.com
    5. Aviation Week Network. (2024, June). Inside Turkey’s KAAN fighter jet program. Aviation Week & Space Technology. https://aviationweek.com
    6. Rogoway, T. (2024, February 21). Turkey’s KAAN fighter takes to the sky for the first time. The War Zone. https://www.thedrive.com/the-war-zone
    7. Global Security. (2025). TF-X Turkish Fighter. GlobalSecurity.org. https://www.globalsecurity.org/military/world/europe/tf-x.htm
    8. Jane’s Defence Weekly. (2024, May). Turkey’s indigenous KAAN fighter: Capabilities and market prospects. Jane’s Defence Weekly. https://www.janes.com
    9. Hurriyet Daily News. (2023, March). KAAN: The national combat aircraft of Türkiye. Hurriyet Daily News. https://www.hurriyetdailynews.com
    10. Sweetman, B. (2024, July). Stealth and sovereignty: Lessons from Turkey’s KAAN. Aerospace Review, 112(7), 44–52.

    Jakarta 12 Agustus 2025

    Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePesawat terbang tempur AS Vs China
    Next Article KAAN dan Kedaulatan Udara Indonesia
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Hidup Tenang, Santai, dan Bermanfaat bagi Orang Lain

    08/13/2025
    Article

    Pesawat Tempur Termutakhir China dan Refleksi Strategis untuk Indonesia

    08/13/2025
    Article

    KAJIAN TEORITIS DAN STUDI KASUS PERJANJIAN  INDONESIA–SINGAPURA 2022 DALAM PERSPEKTIF ILMU POLITIK

    08/13/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.