Sejarahnya , Konflik udara antara India dan Pakistan terutama dipicu oleh sengketa wilayah di Kashmir, yang telah berlangsung sejak kedua negara merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Ketegangan ini telah meletus dalam beberapa perang besar dan insiden militer, termasuk pertempuran udara.
Perang Udara 1965 dan 1971
- 1965: Dalam Perang India–Pakistan 1965, PAF mengejutkan IAF dengan serangan awal yang terkoordinasi. PAF saat itu menggunakan F-86 Sabre dan F-104 Starfighter, sedangkan IAF mengandalkan pesawat buatan Uni Soviet seperti MiG-21 dan Hawker Hunter. Kedua pihak mengklaim keunggulan udara.
- 1971: Perang yang lebih besar dan lebih menentukan, terkait kemerdekaan Bangladesh. India meraih kemenangan strategis. PAF mengalami kerugian besar, termasuk hilangnya sejumlah besar pesawat akibat serangan pre-emptive IAF.
Insiden Kargil dan Tahun 1999
Konflik terbatas di wilayah Kargil memperlihatkan penggunaan IAF dalam mendukung pasukan darat India. Meskipun tidak terjadi dogfight skala besar, IAF kehilangan pesawat MiG-21 dan Mi-17 akibat rudal darat-ke-udara Pakistan.
Konflik Udara 2019 (Insiden Balakot)
- 26 Februari 2019: IAF melakukan serangan udara terhadap dugaan kamp militan di Balakot, Pakistan, sebagai balasan atas serangan teroris Pulwama.
- 27 Februari 2019: PAF melakukan serangan balik. Dalam dogfight yang terjadi, satu MiG-21 Bison India ditembak jatuh dan pilotnya (Abhinandan Varthaman) ditangkap. Ia kemudian dibebaskan sebagai “gestur perdamaian”.
- Pakistan mengklaim menembak dua pesawat India; India mengklaim menembak jatuh satu F-16, meski klaim itu masih diperdebatkan.
Pertempuran Udara 2025
- 2025 (Mei): Terjadi eskalasi besar-besaran, disebut-sebut sebagai perang udara terbesar sejak Perang Dunia II, melibatkan lebih dari 120 jet tempur. PAF, dengan armada J-10C buatan China, dilaporkan berhasil menembak jatuh beberapa Rafale India, yang merupakan jet tempur tercanggih IAF. Teknologi radar AESA dan rudal PL-15 jarak jauh memberi keunggulan awal bagi PAF.
Ini menandai pertama kalinya Rafale ditembak jatuh dalam pertempuran udara nyata.Business Insider+2The US Sun+2Wikipedia+2Wikipedia+3TRT Global+3Wikipedia+3
Bagaimana J-10C Pakistan Menjatuhkan Rafale India
Jet tempur J-10C milik Pakistan, buatan China, memainkan peran kunci dalam keberhasilan ini. Beberapa faktor yang berkontribusi antara lain: (Financial Times+2Business Insider+2Startup Pakistan+2)
- Rudal PL-15 dengan Jangkauan Jauh: J-10C dilengkapi dengan rudal udara-ke-udara PL-15 yang memiliki jangkauan lebih dari 200 km. Rudal ini memungkinkan J-10C menyerang target dari jarak jauh sebelum Rafale dapat merespons secara efektif. (The National Interest)
- Radar AESA dan Sistem Perang Elektronik: J-10C menggunakan radar AESA (Active Electronically Scanned Array) dan sistem perang elektronik canggih yang dapat mengganggu radar dan komunikasi Rafale, mengurangi keunggulan teknologi Rafale dalam pertempuran. (Business Insider+1The National Interest+1)
- Strategi dan Taktik yang Efektif: PAF menerapkan strategi serangan jarak jauh dan manuver yang efektif, memanfaatkan keunggulan rudal dan sistem avionik J-10C untuk menghindari pertempuran jarak dekat yang dapat menguntungkan Rafale.
Dampak dan Implikasi
Keberhasilan J-10C dalam menembak jatuh Rafale memiliki dampak signifikan:
- Peningkatan Reputasi J-10C: Keberhasilan ini meningkatkan reputasi J-10C sebagai jet tempur yang kompetitif di pasar internasional, menunjukkan bahwa teknologi militer China dapat menyaingi teknologi Barat. (Business Insider)
- Evaluasi Kembali Strategi Pertahanan: India mungkin perlu mengevaluasi kembali strategi pertahanan udaranya, termasuk integrasi sistem peringatan dini dan pertahanan udara yang lebih efektif untuk menghadapi ancaman dari rudal jarak jauh seperti PL-15.
- Perhatian Global terhadap Teknologi Militer China: Keberhasilan ini menarik perhatian global terhadap kemajuan teknologi militer China dan potensinya dalam mengubah dinamika kekuatan udara di kawasan dan dunia. (Financial Times)
Meskipun India belum secara resmi mengakui kehilangan pesawat tempurnya, laporan dari berbagai sumber independen dan pengamat internasional mendukung klaim Pakistan mengenai keberhasilan J-10C dalam pertempuran ini. Pertempuran ini menjadi studi kasus penting dalam evolusi pertempuran udara modern dan persaingan teknologi militer global.
Secara umum, Dassault Rafale asal Prancis dan Chengdu J-10C asal Tiongkok berada di kelas berbeda, namun perkembangan teknologi baru menjadikan keduanya cukup sebanding di medan tempur tertentu. Berikut simpulan sementara dari berbagai aspek:
1. Avionik dan Radar
- Rafale menggunakan radar RBE2 AESA generasi maju, sistem peperangan elektronik Spectra yang sangat canggih.
- J-10C juga telah mengadopsi radar AESA dan sistem ECM modern, namun masih dianggap sedikit di bawah Rafale dalam hal integrasi sistem dan reliabilitas.
Kesimpulan sementara yang dapat dipetik adalah Rafale unggul dalam kemampuan avionik dan electronic warfare secara keseluruhan.
2. Rudal dan Senjata
- J-10C memiliki PL-15, rudal BVR (Beyond Visual Range) dengan jangkauan lebih dari 200 km, dianggap unggul dari rudal Meteor Rafale dalam jangkauan maksimal.
- Namun, Meteor milik Rafale lebih unggul dalam kemampuan no-escape zone dan terminal guidance.
Kesimpulan: PL-15 memberi keunggulan J-10C dalam serangan awal jarak jauh, namun Meteor lebih unggul dalam ketepatan dan penetrasi pertahanan.
3. Kinerja Mesin dan Manuver
- Rafale memiliki dua mesin dan mampu melakukan supercruise, manuver tinggi dengan efisiensi bahan bakar.
- J-10C menggunakan satu mesin WS-10B, dan meski memiliki thrust vectoring pada beberapa varian, daya dorong dan daya tahan masih di bawah Rafale.
Kesimpulan: Rafale lebih unggul dalam daya dorong, stabilitas, dan fleksibilitas di berbagai ketinggian dan kecepatan.
4. Performa Tempur (Empirik 2025)
- Dalam konflik udara 2025, J-10C PAF berhasil menjatuhkan Rafale IAF, membuktikan bahwa kombinasi rudal PL-15 + radar AESA dapat mengalahkan jet yang secara teori lebih superior.
Kesimpulan: Dalam skenario tertentu, terutama dalam pertempuran BVR (jarak jauh) dan dukungan strategi yang tepat, J-10C bisa mengalahkan Rafale.
Kesimpulan akhir adalah :
- Secara teknis, Rafale masih lebih unggul sebagai platform tempur multirole, terutama untuk superioritas udara dan serangan darat presisi.
- Namun J-10C telah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi China dalam rudal dan sensor menjadikannya lawan serius—dengan rasio biaya vs performa yang leboh menguntungkan.
Jakarta 11 Mei 2025
Chappy Hakim = Pusat Studi Air Power Indonesia