counter create hit
LifePeople

Perhatikan Tanggal 22 Oktober !

Suatu sore saya sms ke Pak Prayitno Ramelan menanyakan tanggal berapa sih hari ulang tahunnya “Kompasiana”?   Tidak berapa lama, dapat jawaban bahwa ulang tahun Kompasiana adalah tanggal 22 Oktober, dengan penjelasan tambahan bahwa tanggal 21 Oktober lebih penting dari pada tanggal 22 .   Waktu saya cari tahu ternyata tanggal 21 Oktober itu adalah  hari ulang tahunnya Prayitno Ramelan, wah tentu saja menjadi lebih penting bagi beliau ! Selamat Ulang Tahun Pak ! Sehat selalu, Many Happy Return ! Salam hormat untuk keluarga.

Kembali ke Kompasiana, karena kabarnya tanggal 22 Oktober ini genap satu tahun umurnya, maka dapat dipastikan Kompasiana lahir pada tanggal 22 Oktober 2008.   Apabila dicermati,  maka tanggal 22 Oktober adalah merupakan hari ke 295 dari tahun yang berjalan.   Tercatat ada beberapa peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 22 Oktober :

Tanggal 22 Oktober di tahun 1583, adalah merupakan hari lahir nya Laurens Reael.   Dia adalah Kepala VOC di Jakarta pada masa tahun 1615 sampai dengan tahun 1619.

Tanggal 22 Oktober 1955, Republik Vietnam atau juga dikenal sebagai Vietnam Selatan di proklamirkan di Saigon oleh Ngo Dinh Diem sesaat setelah menggulingkan Kaisar Bao Dai.

Tanggal 22 Oktober tahun 2007, Dodo Zakaria, musikus/pianis/komposer Indonesia menghembuskan napas nya yang terakhir.   Saya kebetulan sempat melayatnya ke Rumah Sakit Cinere pada siang hari itu beserta istreri saya.   Dodo adalah pencipta banyak lagu, diantaranya adalah “Didadaku ada Kamu” yang terkenal dibawakan oleh Vina Panduwinata.   Dodo juga adalah pemain Piano yang “jago” terutama pada akustik piano.   Bila kita mendengar lagu Ebiet G Ade, yang berjudul “berita kepada kawan”, maka dentingan piano akustik itu adalah keluar dari jemarinya Dodo Zakaria.

Nah , pada tanggal 22 Oktober 2008, lahirlah Kompasiana.   Disitu ada Taufik, Pepih dan Kandar serta lainnya.   Tentu saja kehadiran Kompasiana ini tidak terlepas dari penanganan Manajemen Kompas Gramedia pastinya.

Atas pengaruh dari Pak Prayitno Ramelan, saya menurunkan tulisan pertama saya di Kompasiana pada tanggal 3 Nopember 2008 dengan judul “Lalu Lintas Kita” yang dibaca oleh 280 pembaca dan memperoleh 14 komentar.   Tanggal 4 Nopember, turunlah satu tulisan khusus dari Pepih Nugraha yang berjudul :   “Welcome to Kompasiana, Pak Chappy Hakim”, yang isinya antara lain sebagai berikut :

TADI malam saat saya berbincang-bincang dengan Prof Tim Lindsey, Ketua Dewan Institut Indonesia-Australia (AII) di Hotel Four Seasons, Jakarta, ponsel saya bergetar. O, sebuah sandek (pesan pendek/SMS) dari Pak Prayitno Ramelan, mengabarkan bahwa Pak Chappy Hakim hendak bergabung di Kompasiana. Beliau mau menulis secara rutin  pandangannya mengenai berbagai hal. Bukan itu saja, Pak Chappy bahkan sudah menitipkan artikelnya melalui alamat Jappri saya. Saya lihat sejenak ponsel saya, well… tulisannya sudah dilampirkan dan saya membuka lalu membacanya selintas. Okay, tulisan itu akan saya unggah sesampainya di rumah!

Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim adalah KSAU periode 25 April 2002 hingga 18 Februari 2005. Lahir di Yogyakarta 61 tahun silam. Sejumlah tulisannya kerap dimuat di sejumlah media massa mainstream. Kini, beliau ingin menulis di media indie, media interaktif alternatif, yang kebetulan bernama Kompasiana. Di media indie ini Pak Chappy ingin berbagi (share) dan bertukar pikiran dengan pembaca Kompasiana lainnya. Bisa dihitung jari marsekal (di angkatan darat disebut jenderal) bintang empat yang bersedia mencurahkan pikiran dan pendapatnya dalam bentuk tulisan. Postingan pertamanya di Kompasiana berjudul “Lalu Lintas Kita”.

Demikianlah selama dua sampai tiga bulan, saya menikmati wadah Kompasiana ini untuk menuangkan tulisan-tulisan saya.   Disaat itu saya masih ingat sekali bahwa tulisan saya bisa bertahan sampai lebih kurang satu minggu bertengger di “headlines” banner nya kompasiana.   Karena masih jarang penulis yang menurunkan tulisannya di Kompasiana.   Namun bandingkan, hari ini, belum genap 1 tahun berlalu , bila saya menurunkan tulisan,maka tidak ada dalam 1 atau 2 jam sudah hilang dari “headlines” banner kompasiana.   Demikian pula, tulisan saya kerap masuk dalam kategori tulisan terpopuler pada waktu itu, baik top of the day maupun top of the week.   Sekarang sudah sulit sekali.   Tidak jadi mengapa, karena memang bukan itu sasaran dari tujuan saya menulis.   Saya justru merasa bahagia, dalam waktu yang relatif singkat, sekarang ini, kompasiana telah dikunjungi banyak sekali penulis-penulis pendatang baru yang jauh lebih hebat dan berkualitas serta tentu saja lebih banyak lagi pembacanya  serta pemberi komentar.

Agustus lalu, Sukur alhamdullilah,  dengan kerjasama banyak pihak, tentu saja dengan support dari jajaran pimpinan Kompasiana, bantuan editor saudara Pepih, jajaran manajemen Penerbit Buku Kompas, dan respect dari Bapak Jakob Oetama, pimpinan Kompas Gramedia, dalam memberikan kata pengantar, maka telah bergulir buku “CROY”, Cat Rambut Orang Yahudi (kumpulan tulisan saya di blog kompasiana) yang meraih sukses di pasaran dan sampai bulan lalu telah dicetak edisi kedua nya.   Saya sangat berharap, akan segera disusul oleh para penulis kompasiana  lainnya !

Saya sungguh berbahagia dan bersukur dengan semua itu.   Tadinya, di bulan Agustus itu saya ingin secara bertahap berhenti menulis di Kompasiana (sekedar informasi saja, sampai dengan hari ini tulisan saya di kompasiana telah berjumlah  lebih dari 250 judul !), untuk memberi kesempatan pada orang lain yang telah berbondong-bondong bergabung disini sembari juga agar dapat lebih  berkonsentrasi dalam menyiapkan 2 buah buku yang tengah saya kerjakan saat ini yaitu tentang Penerbangan Nasional dan Pertahanan Negara Kepulauan.

Akan tetapi saya harus jujur mengatakan bahwa saya curiga di Kompasiana ini ternyata telah diberi atau “mengandung” zat “addictive”, yang telah membuat saya ketagihan yang tidak bisa dihindari.   Perasaan yang sama saya percaya telah juga melanda banyak penulis disini.   Makin banyak orang menulis, saya percaya akan membuat semakin banyak pula orang yang membaca, mudah-mudahan.   Paling tidak upaya mencerdaskan bangsa, secara realita, bukan fatamorgana  dan dalam bentuk yang tidak muluk-muluk, telah berhasil disediakan lahannya oleh Manajemen Kompas.

Terimakasih saya ucapkan untuk semua pihak yang telah memberikan andil disini.

Untuk itu semua  tolong : Perhatikan Tanggal 22 Oktober !  Kompasiana akan genap berumur 1 tahun.

Saya harus menganjurkan untuk memperhatikan tanggal tersebut, karena bulan oktober memang penuh makna, Ibu saya almarhum, hari ulang tahunnya tanggal 11 Oktober, cucu saya tercinta , Cleantha Haziqa Andries, juga akan berulang tahun untuk pertamakalinya ,nanti pada tepat hari sumpah pemuda tanggal 28 Oktober, dan tentu saja kolega saya Prayitno Ramelan akan berulang tahun tanggal 21 Oktober, dan sekali lagi sebagai fokus dari tulisan ini : Kompasiana yang akan berulang  tahun pada tanggal 22 Oktober !

Perkenankan juga dalam kesempatan ini saya menyampaikan kepada seluruh Manajemen Kompasiana beserta keluarga besarnya : Selamat ! Selamat Ulang Tahun, semoga sukses selalu ! Dirgahayu Kompasiana !.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button