Antara Fakta, Data, dan Teori Konspirasi
Tanggal 8 Maret 2014 telah menjadi titik awal dari salah satu misteri penerbangan terbesar di abad ke-21: hilangnya Malaysia Airlines Penerbangan MH370. Pesawat Boeing 777-200ER ini mengangkut 239 orang dari Kuala Lumpur menuju Beijing sebelum menghilang dari radar sipil tanpa jejak yang jelas. Sejak saat itu, berbagai investigasi dilakukan oleh otoritas penerbangan internasional dan pemerintah, namun hingga kini tidak ada kepastian menyeluruh tentang apa yang sebenarnya terjadi. Terdapat dua pendekatan besar dalam menjelaskan tragedi ini: pendekatan berbasis fakta dan data, serta pendekatan teori konspirasi.
Pendekatan Fakta dan Data: Penjelasan Resmi
Investigasi utama terhadap hilangnya MH370 dipimpin oleh Air Accidents Investigation Branch (AAIB) dari Inggris, bekerja sama dengan Australian Transport Safety Bureau (ATSB), serta pihak berwenang Malaysia dan beberapa negara lain. Berdasarkan analisis sinyal satelit dari perusahaan Inmarsat, diketahui bahwa MH370 terbang selama berjam-jam setelah kehilangan kontak dan berakhir di samudra Hindia bagian selatan, jauh dari rute awal ke Beijing. Posisi terakhir pesawat diperkirakan berada di perairan barat Perth, Australia, yang merupakan kawasan terpencil dan sangat sulit diakses oleh pencarian laut dalam.¹
Pihak ATSB dan Inmarsat menggunakan metode analisis “handshake” sinyal satelit (ping burst timing offset dan burst frequency offset) untuk menentukan kemungkinan lintasan pesawat setelah transponder dan komunikasi ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) dinonaktifkan. Berdasarkan analisis ini, wilayah pencarian difokuskan di koridor selatan, mengindikasikan bahwa MH370 berakhir di laut lepas setelah kehabisan bahan bakar.²
Beberapa serpihan pesawat yang dikonfirmasi berasal dari MH370 ditemukan di pantai timur Afrika, seperti di Pulau Réunion, Mozambik, dan Tanzania. Penemuan-penemuan ini memperkuat hipotesis bahwa pesawat jatuh di Samudra Hindia.³
Namun demikian, penyebab pasti hilangnya pesawat tidak pernah dipastikan. Laporan akhir tahun 2018 oleh Malaysian ICAO Annex 13 Safety Investigation Team menyimpulkan bahwa tidak cukup bukti untuk menentukan mengapa MH370 menyimpang dari rute, dan siapa yang bertanggung jawab.⁴
Pendekatan Teori Konspirasi: Antara Kecurigaan dan Spekulasi
Ketidakpastian dan kurangnya informasi konkret membuka ruang luas bagi berbagai teori konspirasi. Beberapa di antaranya menjadi sangat populer di kalangan publik dan media, meski tidak didukung bukti kuat.
- Teori Perampasan oleh Agen Asing atau Teroris
Salah satu teori menyebut bahwa pesawat dibajak oleh kelompok teroris atau agen negara asing. Dugaan muncul karena dua penumpang menggunakan paspor curian.⁵ Namun Interpol menyatakan tidak ada bukti bahwa dua orang itu terkait dengan aksi teror.⁶
Teori lainnya yang lebih kompleks menyebut bahwa MH370 mengangkut muatan rahasia, berupa komponen teknologi militer atau bahkan senjata rahasia AS yang hendak diselundupkan. Menurut versi ini, pesawat diduga dibajak oleh agen rahasia atau dibelokkan secara paksa untuk mencegah muatan tersebut sampai ke tangan asing, misalnya dalam hal ini pemerintah China. - MH370 Ditembak atau Diamankan Secara Rahasia
Ada teori yang menyebut bahwa MH370 ditembak jatuh oleh kekuatan militer asing (AS atau China) karena alasan strategis. Beberapa bahkan mengklaim bahwa pesawat diam-diam diamankan dan disembunyikan di pangkalan militer seperti Diego Garcia, pangkalan AS di Samudra Hindia.⁷ Teori ini diperkuat oleh keberadaan pangkalan tersebut di dekat lintasan satelit pesawat.
Namun teori ini tidak pernah dapat dibuktikan. Pemerintah AS telah membantah keterlibatan mereka dan menegaskan bahwa MH370 tidak pernah mendekati Diego Garcia.⁸ - Teori Kecelakaan yang Direkayasa Pilot
Teori ini menyebut bahwa kapten Zaharie Ahmad Shah dengan sengaja membawa pesawat menjauh dan menjatuhkannya sebagai aksi bunuh diri. Beberapa analis mengutip simulator di rumah sang kapten yang menunjukkan rute ke Samudra Hindia.⁹ Namun tidak ada bukti konklusif bahwa tindakan tersebut direncanakan, dan pihak keluarga serta beberapa penyelidik menolak teori ini karena dianggap tidak manusiawi dan spekulatif.¹⁰ - Antara Misteri dan Ketidakpastian
Hingga hari ini, MH370 tetap menjadi simbol dari batas kemampuan manusia dalam menghadapi kompleksitas teknologi dunia penerbangan modern. Di era teknologi tinggi, ketidakmampuan menemukan pesawat selama bertahun-tahun menimbulkan rasa frustrasi, skeptisisme, dan ketidakpercayaan terhadap otoritas penerbangan global. Fakta bahwa lebih dari 200 keluarga korban masih belum mendapatkan jawaban menambah beban psikologis dari tragedi ini.
Penelusuran bawah laut oleh Ocean Infinity pada tahun 2018 pun tidak menemukan jejak baru. Banyak ahli menyerukan agar pencarian dilanjutkan, sementara lainnya menyatakan bahwa kemungkinan penemuan kini sangat kecil.
Demikianlah, Hilangnya MH370 menciptakan ruang hampa dalam sejarah penerbangan yang hingga kini belum mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan modern. Penjelasan resmi menyatakan bahwa pesawat jatuh di Samudra Hindia setelah menyimpang dari rute, namun tidak mampu menjawab mengapa itu terjadi. Di sisi lain, teori konspirasi yang marak berkembang menjadi cerminan dari keresahan publik terhadap transparansi dan komunikasi krisis oleh dan dari negara-negara besar.
Misteri MH370 bukan hanya tragedi teknis, tetapi juga tragedi epistemologis: hilangnya kepercayaan terhadap kemampuan kita memahami dan mengendalikan dunia di sekeliling kita. Untuk sementara waktu para pencinta dunia penerbangan harus puas dengan jawaban yang tersedia pada platform resmi yaitu AAIB UK dan ATSB.
Catatan Kaki - Australian Transport Safety Bureau (2017), The Operational Search for MH370 – Final Report, Canberra.
- AAIB UK (2014), MH370 – Definition of Underwater Search Areas, Inmarsat Analysis.
- CNN (2015), “MH370 Debris Found on Réunion Island Confirmed”.
- Malaysian ICAO Annex 13 Safety Investigation Team (2018), Safety Investigation Report MH370.
- BBC News (2014), “Malaysia Plane: Two Passengers Using Stolen Passports”.
- Interpol (2014), “No Terrorist Link to MH370 Passport Holders”.
- The Guardian (2014), “MH370: The Conspiracy Theories”.
- Pentagon Press Briefing, 2014, “Diego Garcia Not Involved in MH370 Incident”.
- The Atlantic (2019), “What Really Happened to Malaysia’s Missing Airplane”, by William Langewiesche.
- New York Times (2016), “MH370: The Pilot and the Mystery”.
Referensi Tambahan
• Langewiesche, W. (2019). What Really Happened to Malaysia’s Missing Airplane, The Atlantic.
• Wise, J. (2018). The Taking of MH370, New York Magazine.
• Godfrey, R. (2021). MH370 Flight Path Analysis Using Weak Signal Propagation Report (WSPR) Technology.
• ICAO. (1944). Convention on International Civil Aviation (Chicago Convention).