Oleh: Chappy Hakim
Pengalaman saya pribadi pada beberapa kesempatan dalam mengikuti pelajaran di kelas ada beberapa guru atau dosen yang selalu membawa beberapa buku referensi pelajarannya ke dalam kelas. Ia tidak hanya membawa slide atau PowerPoint atau catatan presentasi, tetapi justru juga menenteng buku-buku tebal, ada yang tua dan sudah menguning, ada pula yang baru dengan plastik masih melekat. Tentu saja beberapa murid atau mehasiswa merasa heran dengan kelakuan guru atau dosen tersebut. Mengapa di era serba digital ini, mengapa dosen masih bersusah-payah membawa buku-buku berat ke ruang kelas? Sebuah pertanyaan sepintas yang terlihat sederhana, namun sesungguhnya menyimpan makna yang mendalam.
Buku adalah Sumber Otoritatif
Ketika seorang dosen memperlihatkan buku di hadapan mahasiswanya, ia sebenarnya sedang menyampaikan pesan penting: “Inilah sumber asli ilmu pengetahuan.” Buku bukan sekadar alat bantu, melainkan fondasi dari setiap gagasan, teori, dan prinsip ilmiah yang ia ajarkan. Dalam dunia akademik, buku adalah sumber otoritatif yang selalu menjadi rujukan dalam menyusun argumen dan merumuskan kebenaran ilmiah.
Membangun Kebiasaan Membaca
Sebenarnya lebih dari itu, membawa buku adalah bentuk ajakan simbolik. Seolah-olah sang dosen sedang berkata, “Kalian tidak akan pernah menjadi intelektual sejati jika hanya mengandalkan slide presentasi.” Ia mendorong mahasiswa untuk menyentuh halaman, mencium aroma kertas, dan menemukan sendiri pengetahuan di balik lembar demi lembar buku. Ini bukan nostalgia, tapi pendidikan karakter akademik.
Menjadi Alat Peraga Ilmu
Dalam banyak kasus, buku juga berfungsi sebagai alat peraga. Ada dosen yang memperlihatkan struktur teori dalam bab tertentu, menunjukkan catatan kaki, atau menjelaskan bagaimana menyusun kajian pustaka dari buku rujukan. Buku menjadi objek nyata yang menunjukkan cara berpikir ilmiah. Ketika mahasiswa melihatnya, mereka belajar tidak hanya isi, tetapi juga metode dan pendekatan ilmiahnya.
Simbol Kredibilitas Akademik
Dosen yang membawa buku juga sedang memperlihatkan bahwa dirinya tidak mengajar berdasarkan opini atau asumsi pribadi, melainkan atas dasar referensi yang sahih. Ia membangun kredibilitasnya sebagai seorang akademisi, seorang pembaca yang setia, dan pengajar yang bertanggung jawab.
Pesan Tersirat: Ilmu Tidak Datang dari Shortcut
Membawa buku juga merupakan cara halus untuk mengatakan bahwa tidak ada jalan pintas dalam menuntut ilmu. Dunia digital boleh saja mempercepat akses informasi, namun pemahaman mendalam tetap lahir dari proses membaca, merenung, dan menggali gagasan melalui buku. Slide PowerPoint bisa membantu visualisasi, tetapi kedalaman berpikir lahir dari membaca dan menulis.
Demikianlah, jika Anda melihat dosen membawa buku ke ruang kuliah, jangan anggap itu sebagai tindakan kuno atau tidak efisien. Justru di situlah letak kehormatan seorang pengajar. Ia bukan hanya menyampaikan isi buku, tetapi juga sedang membangun budaya akademik, menyalakan semangat belajar, dan menghidupkan kembali tradisi intelektual yang kini kian langka.
“Buku adalah jembatan antara pikiran besar di masa lalu dan masa depan. Dan dosen, adalah penjaga jembatan itu, yang dengan sabar menuntun generasi baru untuk melintasinya.”.
Ada yang mengatakan bahwa jika ingin melihat dunia, bacalah buku, bila ingin dunia melihat anda maka tulislah buku !
Referensi
- Prensky, Marc. “Digital Natives, Digital Immigrants.” On the Horizon 9.5 (2001): 1–6. Menjelaskan gap antara generasi pembelajar digital dan pendidik yang membawa buku, serta pentingnya menjembatani keduanya.
- Chappy Hakim. Mimpi Demokrasi. Jakarta: Penerbit Obor, 2023.
→ Dalam beberapa esainya, Chappy Hakim menekankan pentingnya “kebiasaan membaca dan berpikir jernih” sebagai fondasi karakter bangsa. - Kompas.id. “Literasi Membaca Mahasiswa Indonesia Masih Rendah.” Kompas, 24 Agustus 2022. Menyajikan data dan analisis mengapa budaya membaca di kalangan mahasiswa Indonesia perlu ditingkatkan.
- The Jakarta Post. “Why We Still Need Books in the Age of Digital Learning.” The Jakarta Post, 15 Mei 2023. Artikel opini yang mengangkat pentingnya buku fisik dan peran dosen dalam membudayakan literasi mendalam.
Jakarta 2 Juli 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia