Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) periode 2002 – 2005, Chappy Hakim, menilai, saat ini sudah terjadi perkembangan dunia penerbangan sipil dan angkutan komersil yang cukup pesat di Indonesia.
Namun, di tengah-tengah perkembangan tersebut, menurut Chappy, justru belum diikuti dengan penambahan infrastruktur dan sumber daya manusia di bidang angkutan udara.
“Pertumbuhan penumpang udara pertahunnya juga sangat tinggi. Namun, perkembangan ini tidak diiringi dengan penyiapan dan penambahan infrastuktur penerbangan dengan baik,” kata Chappy Hakim saat peluncuran buku “Sengketa di Lanud Halim Perdanakusuma”, Jumat (28/7).
Diingatkan, perkembangan angkutan udara sipil dan komersil jangan sampai mengorbankan perkembangan penerbangan militer. Dicontohkan, pemindahan penerbangan angkutan komersil ke Bandara Halim Perdanakusuma sudah mempersempit ruang gerak pesawat militer di Bandar Halim.
Menurutnya, masih belum hilang dalam ingatan, bagaimana tragedi kecelakaan tabrakan dua pesawat terbang sipil di Bandara Halim pada 4 April 2016 lalu. Semua sebagai akibat dari padatnya jadwal penerbangan.
Akibat padatnya jalur penerbangan, belum lama ini juga malah direncanakan akan digunakannya jalur penerbangan pantai selatan Pulau Jawa untuk jalur penerbangan komersil. Padahal, selama ini di jalur tersebut merupakan jalur lalu lintas pesawat militer dan merupakan bagian dari pertahanan udara nasional.
“Di sekitar kawasan Pulau Jawa, bagian selatan biasanya digunakan jalur militer juga mulai terpojok dengan diterapkannya penerbangan sipil di wilayah tersebut. Apabila rencana tersebut yakni membuka wilayah selatan Jawa, maka upaya pertahanannya udara yang sudah dibangun puluhan tahun akan porak poranda,” ucap Chappy.
SumberĀ : Suara Pembaruan
Yeremia Sukoyo/PCN