Pesawat terbang komersial terbesar saat ini adalah pesawat Airbus A-380. Pesawat super Jumbo, yang bila susunan kursinya dibuat persis seperti susunan kursi dipesawat Jumbo biasa untuk keperluan mengangkut Jemaah Haji, maka kapasitas nya dapat mencapai hampir 1000 kursi.
Pesawat ini sekarang beroperasi dibawah bendera Singapore Airlines, Emirates dan Qantas serta Air France. Pada umumnya, mereka mendisain interiornya, hanya untuk kapasitas penumpang sekitar 600 an orang. Singapore Airlines, misalnya membuat interior kabin penumpangnya dengan gaya dan nuansa yang “luxurious” dan “glamour”. Menyajikan kemewahan yang luar biasa dengan menyediakan 6 Kamar super mewah sekelas hotel bintang 6, kemudian sebanyak 60 seat untuk kelas bisnis yang kursinya dapat di sulap menjadi tempat tidur yang nyaman dan sisa ruangnya diperuntukkan bagi penumpang “kelas ekonomi plus”, yaitu dengan tempat duduk “lega” seperti layaknya kelas bisnis Singapore Airlines di pesawat biasa.
Dengan tingkat kebisingan suara mesin yang paling rendah dibanding dengan suara mesin pesawat terbang manapun di dunia, maka terbang dengan Airbus A-380 dapat membuat penerbangan menjadi suatu pengalaman yang berbeda.
Pelahan tetapi pasti, maka penerbangan “long haul” atau jarak jauh akan berganti dengan pesawat A-380 atau sekelasnya. Penerbangan yang lebih dari 12 atau 13 jam dan bahkan 16 jam, telah menjadi tidak terasa melelahkan.
Jumat lalu, 20 Nopember 2009, perusahaan penerbangan Perancis “Air France”, untuk pertamakali nya melakukan terbang perdana dari Paris melintasi lautan Atlantik ke Amerika Serikat dan landing dengan mulus di New York. Sebanyak 538 penumpang berangkat dari Charles de Gaulle International Airport, Paris, dan mendarat dengan wajah-wajah ceria di International Airport JF Kennedy di New York pada siang hari yang cerah.
Airbus A-380 sebuah pesawat badan lebar berlantai dua dengan empat buah mesin yang super irit dan “sangat tidak berisik”, adalah merupakan produk kebanggaan Eropa yang merupakan musuh bebuyutannya Boeing Amerika. Dibuat oleh korporasi Airbus Eropa dibawah bendera EADS.
Hal menarik disini , justru Singapura dan Emirat Arab adalah merupakan pengguna utama dan pertama dari pesawat Airbus A-380 ini. Singapura sudah melakukan terbang komersial perdananya pada bulan Oktober 2007 dari Changi ke Sydney. Itu berarti mendahului negara pembuatnya 2 tahun lebih. Ini tidak hanya menunjukkan keunggulan dibidang finansial, akan tetapi juga dibidang rencana strategis angkutan udara komersial. Lebih dari itu, menunjukkan pula keunggulan teknologi dalam mengoperasikan pesawat terbang secara komersial yang basis utamanya adalah “keselamatan” atau “safety”. Sesuatu yang dinegeri ini telah menjadi “samar-samar” bentuknya, karena disinyalir ada juga orang-orang yang sejenis “Anggodo” berkeliaran di ranah penerbangan nasional. Itu sebabnya, sampai dengan hari ini pula, penerbangan Indonesia masih berada di kategori 2 FAA, yang berarti “un-safe” dan masih di ban oleh Uni Eropa kecuali, Garuda,Airfast,Mandala dan Premi Air.
Kembali ke Airbus A-380, konon pabriknya memang di Eropa, akan tetapi pemiliknya adalah orang Singapura dan orang Arab. Singapore Airlines dan Emirates adalah pembeli dan pengguna terbesar dari Airbus A-380. Mengapa kedua negara tersebut bisa maju dan dapat menangkap dengan mudah kemajuan teknologi, maka jawabnya adalah : ternyata di kedua negara itu tidak ada “Anggodoisme”. Itu saja ternyata “kuncinya”. Very Simple !
Penang 21 Nopember 2009