counter create hit
Case

“Nyawa Melayang baru Razia Rem Blong”

Tribun Kaltim terbitan Rabu 1 April 2009, selain menurunkan tulisan saya yang sudah dimuat  berjudul “Bird Strikes”  (seijin saya , setelah diminta oleh pemred nya saudara  Achmad Subechi, yang mengatakan bahwa tulisan saya perlu untuk disebarluaskan agar dibaca banyak orang) di halaman 1, juga  memuat berita sebagai berikut :

Pada tanggal 31 Maret 2009 hari Selasa yang lalu, di Balikpapan Truk KT 8544 LD yang mengangkut semen, mendadak remnya blong.   Truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Samarinda itu, akhirnya menghantam mobil, motor dan angkutan umum yang sedang berhenti di lampu merah.   Sangking kerasnya hantaman itu, sebuah mobil pick-up terbalik lalu menghantam angkot dan para pengendara motor.   Sebuah motor yang dikendarai seorang ibu dan anak serta suaminya, sontak terbakar setelah dihantam kendaraan lain.   Tiga nyawa melayang seketika dan sembilan orang  luka berat.

Ada pula berita dari Makassar rabu 1 April 2009 siang hari, seperti yang dimuat di koran Tribun Timur.   Beritanya adalah tentang  kecelakaan beruntun di Jl Abdullah Dg Sirua.   Truk Tronton Nissan Diesel. DD 9742M, sedang melewati tanjakan, rem blong dan kemudian menabrak motor Yamaha Jupiter MX, kemudian menabrak  Mitsubishi Kuda, selanjutnya melabrak mobil Honda CR -V, terus menabrak Truk Toyota Dyna dan terakhir menabrak Toyota Corolla.

Selanjutnya, Harian Tribun Kaltim, Kamis 2 April memuat berita dengan judul “Seluruh Truk dan Tronton Di Razia”, sebagai berikut :

Pasca kecelakaan maut yang terjadi di simpang lima muara rapak, selasa 31 maret 2009, Dinas Perhubungan Balikpapan dan Polresta Balikpapan akan membentuk tim untuk melakukan razia terhadap seluruh truk dan tronton yang akan masuk ke Balikpapan.   Jadi selama ini apa yang dikerjakan ?

Menyedihkan memang.   Dua kecelakaan terjadi berturut-turut dalam dua hari dengan penyebab yang lebih kurang sama, yaitu tidak berfungainya  rem.   Lalu apa yang dikerjakan selama ini pada proses “kir kendaraan”?   Agak kurang jelas jadinya.

Nah itulah berita yang sangat menarik untuk dicermati.   Pada tanggal 1 bulan 4 yang lalu, saya menurunkan tulisan dengan judul : “Banjir gede, baru bangun jalan, Situ Gintung jebol baru bangun Dam”.   Sekarang saya terpaksa harus menurunkan pula sebuah tulisan dengan judul : “Nyawa Melayang baru Razia”.Itulah gambar besar dari sikap kita yang memang sangat memprihatinkan.   Bila tidak terjadi apa-apa, ya tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengerjakan sesuatu yang seharusnya sudah menjadi tugas pokoknya.   Sudah tidak dikerjakan, nantinya apabila terjadi kecelakaan yang  memakan korban jiwa sebagai akibat ke alpaannya, maka dengan sangat “biasa” tidak ada yang mau maju untuk bertanggungjawab.   Contohnya, sampai dengan detik inipun, tidak diketahui dengan jelas, siapa yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kejadian Situ Gintung.   Apalagi  dengan musibah-musibah kainnya.   Lumpur Lapindo dan lain-lain.   Begitu banyak nyawa melayang, begitu banyak rakyat menjadi sengsara yang sebenarnya bukan salah mereka.   Tidak ada seorang pun yang maju untuk bertanggung jawab.   Bagaimana ini?   Biasa saja.

Sampai kapan kita mau memberikan toleransi terhadap masalah-masalah yang seperti ini?

Related Articles

One Comment

  1. Menyedihkan memang, namun inilah gambaran transportasi di Indonesia.
    Para pemilik/user truck, sangat kurang memperhatikan perawatan unitnya, meskipun ada badan yang memeriksa kelaikan kendaraan, namun tidak jauh dari KUHP (maaf : Kasih Uang bebas perkara). Buktinya : masih banyak beroperasi kendaraan angkutan baik angkutan barang ataupun angkutan umum yang berasap tebal, bahkan di ibukota juga. Dengan melihat itu saja, tentu untuk masalah yang lain seperti Rem dan komponen kendaraan yang lain juga lepas dari pemeriksaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button