Demokrasi, belakangan ini diterjemahkan sebagai bebas segala-galanya. Semua diinginkan “bebas”, sampai-sampai rancangan undang-undang kerahasiaan Negara, kandas di awal jalan. Semua mengatakan , setelah reformasi maka semuanya bebas, dan atas nama politik, maka semuanya adalah “halal”.
Mari kita lihat tentang proses keadilan. Saat ini, sidang pengadilan yang dinyatakan terbuka, ternyata benar-benar terbuka, tidak ada lagi pembicaraan tentang keadilan dibanding dengan semangat untuk “terbuka”. Begitu terbukanya sidang pengadilan sehingga terjadilah, “siaran langsung” oleh pihak Televisi.
Hasil siaran langsung televisi ini, kemudian di ulang-ulang disiarkan dan kemudian disajikan dalam satu “talk show” dengan menghadirkan para pakar hukum yang antara lain adalah para senior dan bahkan para eks dosen dari jaksa dan hakim serta pembela yang sedang melaksanakan tugasnya di pengadilan itu. Apakah itu nanti menjadi satu faktor yang mempengaruhi kinerja para sarjana hukum yang tengah melaksanakan tugasnya sebagai Jaksa, Hakim dan Pembela? Ini harus dipertimbangkan.
Di Amerika, negara “mbah” nya demokrasi, pengadilan dinyatakan terbuka. Akan tetapi apa yang terjadi? Orang hanya boleh secara terbatas, mendengarkan saja jalannya sidang pengadilan di luar sidang melalui “speaker” yang disediakan diluar ruangan. Ruang sidang yang sedang berlangsung, dilarang keras untuk di potret, apalagi diambil “video”nya, apalagi “disiarkan langsung” !
Itu sebabnya, kita dapat mengetahui perkiraan jalannya sidang, hanya dari “lukisan” atau “sketsa”yang dibuat petugas pengadilan yang ,mengabadikan jalannya sidang. Para “Juri”, bahkan di karantina untuk beberapa waktu menjelang sidang, agar tidak terpengaruh oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan jalannya sidang pegadilan.
Jadi itulah upaya-upaya memperoleh keadilan di negara “mbah” nya demokrasi. Demokrasi tidak identik dengan “kebebasan”. Semua aspek kehidupan di alam demokrasi justru diberlakukan aturan-aturan yang ketat.
Tidak ada yang salah, mungkin, akan tetapi ya “aneh” aja menyaksikan demokrasi di negeri ini ! Demokrasi artinya “bebas”, semuanya bebas, sehingga sidang pengadilan pun akhirnya ditempatkan sebagai “infotainment”, sebagai bagian dari “adegan” yang bisa dijual dalam siaran Televisi, yang apalagi kalau bukan bertujuan menaikkan “rating” karena ujung-ujung nya ya duit !
Khawatir nya Demokrasi ternyata artinya Demo Crazy, atau artinya “duit”?
Mudah-mudahan bahasan ini “keliru”