Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Mencermati AUKUS dan QUAD
    Article

    Mencermati AUKUS dan QUAD

    Chappy HakimBy Chappy Hakim09/23/2025No Comments5 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Pengaruhnya terhadap Indonesia

    Dalam beberapa tahun terakhir, dunia memasuki fase yang kerap disebut sebagai global disorder, yaitu kondisi di mana tatanan internasional pasca Perang Dingin yang semula diharapkan stabil di bawah kepemimpinan unipolar Amerika Serikat justru kini dipenuhi turbulensi dan ketidakpastian. Perang Rusia Ukraina yang berkepanjangan tanpa titik terang perdamaian, konflik berkepanjangan di Timur Tengah, ketegangan di Laut Cina Selatan, hingga rivalitas teknologi dan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan rapuhnya sistem multilateral global. Bersamaan dengan itu, ancaman non-tradisional seperti perubahan iklim, pandemi, krisis energi, dan keamanan siber semakin memperberat beban dunia. Institusi internasional yang semestinya menjadi penopang stabilitas, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, sering kali dinilai lamban, tidak efektif, atau bahkan lumpuh oleh tarik-menarik kepentingan negara besar. Dalam atmosfer yang penuh ketidakpastian inilah, muncul berbagai forum dan aliansi baru, seperti AUKUS dan QUAD, yang mencerminkan upaya negara-negara untuk mencari keseimbangan baru dalam menghadapi dinamika geopolitik kontemporer. Konstelasi geopolitik di kawasan Indo-Pasifik dalam satu dekade terakhir mengalami perubahan dramatis. Rivalitas strategis antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi panggung utama yang memengaruhi dinamika keamanan, diplomasi, hingga ekonomi negara-negara di kawasan. Dua inisiatif keamanan yang menonjol adalah AUKUS (Australia, United Kingdom, United States) dan QUAD (Quadrilateral Security Dialogue, terdiri dari AS, Australia, Jepang, dan India). Kehadiran kedua forum ini tidak hanya mempertegas garis kompetisi strategis, tetapi juga membawa implikasi langsung terhadap stabilitas kawasan, termasuk bagi Indonesia sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara yang terletak di jantung Indo-Pasifik.


    AUKUS: Aliansi Baru dengan Dimensi Teknologi Militer

    AUKUS diluncurkan pada September 2021 dengan tujuan memperkuat keamanan kawasan melalui peningkatan kemampuan pertahanan Australia, khususnya dengan transfer teknologi kapal selam bertenaga nuklir dari AS dan Inggris. Selain itu, AUKUS juga mencakup kerja sama dalam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, siber, sensor bawah laut, dan rudal hipersonik.

    Bagi Indonesia, AUKUS memunculkan dilema strategis. Di satu sisi, keberadaan kapal selam nuklir Australia dapat meningkatkan stabilitas kawasan dengan memperkuat kemampuan deterensi terhadap ekspansi Tiongkok di Laut Cina Selatan. Namun, di sisi lain, hal ini juga berpotensi memicu perlombaan senjata (arms race) yang justru meningkatkan ketegangan di kawasan. Kekhawatiran Indonesia terlihat dari respons awal pemerintah yang menekankan perlunya transparansi, penghormatan terhadap rezim non-proliferasi nuklir, serta keseimbangan keamanan regional.


    QUAD: Forum Dialog yang Bermetamorfosis Menjadi Mini-Alliance

    QUAD pertama kali digagas tahun 2007, sempat tenggelam, lalu bangkit kembali sejak 2017. Awalnya QUAD berfungsi sebagai forum dialog informal untuk membahas isu kemanusiaan dan keamanan maritim. Namun, dalam perjalanannya, QUAD semakin dipersepsikan sebagai upaya untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok, meski tidak secara eksplisit disebut demikian.

    QUAD berfokus pada isu-isu luas: keamanan maritim, infrastruktur, kesehatan global, rantai pasok, hingga teknologi digital. Bagi Indonesia, kehadiran QUAD relatif lebih diterima dibanding AUKUS, karena forum ini menekankan kerja sama non-militer yang lebih inklusif. Meski demikian, peran QUAD sebagai “semi-aliansi” tetap menimbulkan pertanyaan: apakah forum ini akan mempersempit ruang manuver Indonesia dalam memainkan politik luar negeri bebas aktif?


    Implikasi terhadap Indonesia

    1. Dilema Politik Luar Negeri
      Indonesia selama ini berpegang pada prinsip bebas aktif, yakni tidak memihak blok kekuatan manapun, tetapi tetap aktif berkontribusi bagi perdamaian. Dengan munculnya AUKUS dan QUAD, Indonesia harus berhati-hati agar tidak terseret dalam rivalitas AS–Tiongkok, sembari tetap menjaga hubungan baik dengan kedua pihak.
    2. Keamanan Maritim di Laut Cina Selatan
      Letak geografis Indonesia yang berdekatan dengan Laut Natuna Utara menjadikan isu Laut Cina Selatan sangat relevan. AUKUS dan QUAD berpotensi membantu menjaga kebebasan navigasi (freedom of navigation), yang sejalan dengan kepentingan Indonesia. Namun, keterlibatan mereka juga dapat meningkatkan intensitas konflik jika dianggap provokatif oleh Tiongkok.
    3. Peluang Ekonomi dan Teknologi
      QUAD menawarkan kerja sama di bidang infrastruktur, digital, energi bersih, dan kesehatan. Indonesia dapat memanfaatkan forum ini untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional. Di sisi lain, AUKUS yang menekankan teknologi militer canggih dapat memberi inspirasi bagi Indonesia untuk mempercepat modernisasi pertahanan, meskipun transfer teknologi langsung ke Indonesia tidak masuk dalam agendanya.
    4. Risiko Polarisasi Regional
      Kehadiran AUKUS dan QUAD berpotensi memecah solidaritas ASEAN. Beberapa negara anggota mungkin cenderung mendukung inisiatif tersebut, sementara yang lain khawatir terhadap eskalasi dengan Tiongkok. Indonesia sebagai pemimpin de facto ASEAN harus memainkan peran penting dalam menjaga sentralitas ASEAN agar tidak terpinggirkan oleh forum-forum baru ini.

    Strategi Indonesia ke Depan

    Menghadapi realitas geopolitik ini, Indonesia perlu mengedepankan beberapa strategi:

    • Memperkuat Sentralitas ASEAN dengan memastikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) tetap relevan sebagai payung kerja sama yang inklusif.
    • Modernisasi Pertahanan secara terukur, termasuk penguatan sistem pertahanan udara dan maritim untuk menjaga kedaulatan di perairan strategis.
    • Diplomasi Preventif dengan memperkuat peran sebagai mediator, bukan pihak yang berpihak, untuk menjaga stabilitas kawasan.
    • Pemanfaatan Ekonomi dan Teknologi dari inisiatif QUAD dalam bidang infrastruktur digital, energi terbarukan, dan kesehatan untuk mendukung pembangunan nasional.

    Kesimpulan

    AUKUS dan QUAD adalah simbol dari persaingan geopolitik besar yang sedang berlangsung di Indo-Pasifik. Kehadiran keduanya menambah kompleksitas lingkungan strategis Indonesia. Bagi Indonesia, tantangan utamanya adalah bagaimana tetap memelihara prinsip bebas aktif, menjaga kedaulatan, sekaligus memanfaatkan peluang kerja sama yang muncul. Dengan diplomasi cerdas, modernisasi pertahanan, dan komitmen pada sentralitas ASEAN, Indonesia berpeluang tidak hanya bertahan di tengah rivalitas global, tetapi juga tampil sebagai kekuatan penyeimbang yang penting bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePerkembangan Mutakhir Boeing Versus Airbus
    Next Article Gross Domestic Product (GDP) dan Implikasinya terhadap Pembangunan Nasional
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Magna Charta

    09/23/2025
    Article

    Kerja Sama Alutsista Indonesia China

    09/23/2025
    Article

    Perkembangan Produksi Pesawat Tempur

    09/23/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.