Pendahuluan
Pada tahun 1980-an, saya pernah terbang dengan C-130 Hercules ke Fort Worth AFB Dallas di AS dan singgah di Hickam Air Force Base (AFB), yang kini menjadi bagian dari Joint Base Pearl Harbor–Hickam. Untuk diketahui Hickam AFB kini bukan sekadar instalasi militer di Hawaii. Ia adalah simpul utama kekuatan udara Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik, dan sekaligus simbol dari strategi militer global AS yang disebut “Pivot to Asia”. Dalam kajian geopolitik modern, keberadaan dan fungsi pangkalan udara ini tidak dapat dilepaskan dari dinamika kekuasaan, pengaruh, dan perlombaan militer di kawasan yang kini menjadi episentrum pertarungan hegemoni global: Indo-Pasifik.
Letak Geografis dan Keunggulan Strategis
Secara geografis, Hickam AFB terletak di titik sentral antara benua Amerika dan Asia. Lokasinya yang berada di Honolulu, Hawaii, membuatnya menjadi pusat logistik dan operasi strategis untuk proyeksi kekuatan militer ke seluruh kawasan Pasifik dan Asia Timur. Dalam teori geopolitik klasik Halford Mackinder dan Nicholas Spykman, siapa yang menguasai rimland (wilayah pesisir Eurasia), akan mengontrol nasib dunia. Hickam AFB adalah instrumen yang memungkinkan AS menancapkan pengaruh di rimland kawasan Indo-Pasifik.
Peran dalam Proyeksi Kekuatan Udara AS
1. Markas Komando Pacific Air Forces (PACAF)
PACAF adalah komando utama Angkatan Udara AS untuk kawasan Indo-Pasifik. Melalui Hickam, Amerika mengoordinasikan kekuatan udara di Korea Selatan, Jepang, Guam, Filipina, Australia, bahkan sampai ke Diego Garcia dan wilayah Samudra Hindia.
2. Pusat Operasi Mobilitas Strategis
Sebagai pangkalan untuk pesawat C-17 Globemaster III, Hickam berfungsi sebagai simpul utama dalam rantai logistik militer AS di Pasifik—baik dalam operasi militer, bantuan kemanusiaan, maupun respons bencana.
3. Latihan Multilateral dan Diplomasi Pertahanan
Hickam sering digunakan untuk latihan besar seperti RIMPAC (Rim of the Pacific Exercise), menunjukkan kerja sama multilateral dengan negara-negara sekutu seperti Australia, Jepang, Singapura, dan Indonesia. Ini memperkuat “security architecture” AS yang berbasis pada hub-and-spoke system di kawasan.
Geopolitik Indo-Pasifik dan Kepentingan Amerika Serikat
Kawasan Indo-Pasifik mencakup lebih dari separuh populasi dunia, dua pertiga perdagangan global, dan menjadi jalur utama energi dunia. Karena itu, stabilitas dan dominasi di kawasan ini menjadi kunci hegemoni global.
1. Menghadapi Kebangkitan Tiongkok
Dengan meningkatnya kekuatan militer Tiongkok, terutama dalam bentuk modernisasi angkatan udara dan laut (PLA Air Force & Navy), AS semakin bergantung pada pangkalan-pangkalan seperti Hickam untuk mempertahankan keunggulan dan merespons potensi ancaman di Laut China Selatan dan Taiwan.
2. Strategi “Free and Open Indo-Pacific” (FOIP)
Hickam menjadi bagian dari implementasi FOIP—sebuah strategi AS untuk menjamin kebebasan navigasi dan supremasi hukum internasional (UNCLOS), sekaligus menjaga jalur pelayaran dari dominasi kekuatan lain.
3. Deterrence dan Peringatan Dini
Dengan sistem radar dan intelijen terintegrasi, Hickam merupakan early warning hub untuk mendeteksi potensi agresi lintas benua, termasuk peluncuran rudal dari wilayah Asia Timur atau Korea Utara. Ini menjadikannya bagian penting dari sistem pertahanan rudal dan keamanan nuklir AS.
Implikasi terhadap Negara-Negara Kawasan, Termasuk Indonesia
1. Indonesia sebagai Negara Kunci di Selatan
Sebagai negara kepulauan terbesar yang terletak di persimpangan Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia berada dalam posisi strategis. AS melalui jalur-jalur kerjasama pertahanan, seperti GNE (Global Naval Engagement) atau Cobra Gold, ingin memastikan Indonesia tetap berada dalam orbit stabilitas kawasan.
Namun, Indonesia harus cermat menjaga keseimbangan diplomatik agar tidak terjebak dalam rivalitas besar antara AS dan Tiongkok. Sementara Hickam AFB menjadi pilar kekuatan udara AS, negara-negara seperti Indonesia dituntut untuk memperkuat air sovereignty dan memperkuat kontrol wilayah udara nasional agar tidak hanya menjadi obyek pengaruh.
2. Tantangan bagi Kedaulatan Udara Nasional
Dominasi udara AS dari pangkalan-pangkalan luar negeri seperti Hickam dapat menimbulkan dilema strategis. Di satu sisi menjamin keamanan regional, namun di sisi lain, menciptakan ketergantungan keamanan yang mengaburkan batas kedaulatan nasional. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi negara-negara ASEAN.
Demikianlah, Hickam Air Force Base bukan sekadar instalasi militer, melainkan penanda geopolitik tentang siapa yang mengatur langit di kawasan Indo-Pasifik. Dalam konteks pertarungan supremasi global antara kekuatan besar, pangkalan ini memainkan peran sentral dalam menjaga dominasi AS di langit Pasifik. Bagi negara-negara kawasan, termasuk Indonesia, memahami fungsi dan pengaruh pangkalan ini adalah syarat untuk menyusun kebijakan pertahanan dan luar negeri yang cerdas.
Dalam dunia yang semakin multipolar dan penuh ketegangan seperti sekarang, keunggulan udara bukan hanya soal teknologi tempur, tetapi juga tentang kehadiran, kesiapsiagaan, dan pengaruh geopolitik. Dan dalam hal ini, Hickam AFB adalah bukti nyata bahwa kekuatan udara telah menjadi ujung tombak strategi global.
Dengan mencermati ini semua, maka semakin nyata nilai strategis wlayah udara kedaulatan Indonesia ditengah percaturan geopolitik pada kawasan Indo Pasifik.
Jakarta 30 April 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia