counter create hit
ArticleDefense and SecurityMedia CoverageMemories

Jayalah Sayap Tanah Airku, Angkatan Udara yang Kucinta!

Angkatan Udara tertua di dunia adalah Angkatan Udara Kerajaan Inggris, RAF, Royal Air Force yang telah dibentuk sebagai angkatan yang mandiri sejak tanggal 1 April 1918. Tiga tahun setelah itu, di bulan Maret 1921 Australia mendirikan Angkatan Udaranya dengan nama RAAF, Royal Australian Air Force.

Sementara Amerika Serikat, pada awalnya, korps dan kekuatan udaranya merupakan bagian dari sebuah divisi di Angkatan Darat. Baru pada 18 September 1947 korps udara yang merupakan bagian dari Angkatan Darat Amerika berpisah dan berdiri sendiri sebagai angkatan dengan nama United State Air Force (USAF).

Sementara itu pada setiap 9 April, Angkatan Udara Republik Indonesia selalu memperingatinya sebagai hari Angkatan Udara. Berawal dari tanggal 9 April 1946 atau kadang dikenal sebagai “9446”.

Tepat 70 tahun yang lalu telah dilaksanakan peningkatan TKR Jawatan Penerbangan menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara melalui Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD tahun 1946 tertanggal 9 April 1946.

Itu sebabnya, setiap tanggal 9 April, Keluarga Besar Angkatan Udara memperingatinya sebagai momentum bersejarah dari berubahnya TKR Jawatan Penerbangan menjadi TRI Angkatan Udara.

Dalam sejarah perjalanannya, tanggal 9 April pernah diperingati sebagai Hari Pengesahan Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara. Pernah pula diperingati sebagai Hari Jadi AURI, kemudian dirayakan sebagai Hari Ulang Tahun AURI. Bahkan pernah dirayakan sebagai Hari Penerbangan Nasional dan setelah itu dirayakan sebagai Hari Angkatan Udara Republik Indonesia.

Keseluruhan rangkaian perubahan sebutan peringatan 9 April tersebut merupakan refleksi perhatian yang besar dari banyak pihak dalam mewujudkan rasa bangga terhadap Angkatan Udara. Angkatan Udara dinilai sebagai salah satu pilar negara untuk mempertahankan sekaligus mengangkat derajat dan martabat bangsa yang berdaulat dengan memiliki “national airpower” yang kuat.

Tanggal magis

Tanggal 9 April, sejatinya memang tanggal yang penuh dengan daya tarik “magis” yang sangat kuat , “barangkali” . Tanggal 9 April 2009, menjadi sedikit “istimewa” karena kembali 9 April telah digunakan serta sekaligus menorehkan sejarahnya karena ditentukan sebagai hari untuk dilaksanakannya pemilihan umum.

Banyak teman, handai taulan, sahabat dan kerabat yang kemudian menanyakan, bagaimana Angkatan Udara memandang hal ini. Pada 9 April telah ditentukan sebagai hari pelaksanaan pemilu, padahal sebenarnya hari itu adalah merupakan hari besar Angkatan Udara?

Seperti diketahui bersama, Keluarga Besar Angkatan Udara, dengan besar hati dan lapang dada serta jiwa besar, kala itu kemudian memundurkan peringatan 9 April nya ke tanggal 15 April.

Sebagaimana biasanya, peringatan dilaksanakan dengan menggelar upacara hikmat yang dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Ini diambil semata-mata untuk memberikan kesempatan 9 April diambil alih sebagai hari dilaksanakannya Pemilu tahun 2009.

Sejatinya, Keluarga Besar Angkatan Udara selalu berpedoman kepada apa yang pernah diucapkan oleh Bapak AURI, Suryadarma: “Pada saat engkau terbang tinggi di angkasa raya, semua berada di bawahmu! Akan tetapi, tempatkanlah hatimu di bawah mereka semua!”

Demikianlah jawaban saya kepada banyak pertanyaan yang datang kepada saya di awal tahun 2009. Semoga ini dapat menjadi jawaban bagi siapa saja yang pernah, tengah dan akan bertanya “Mengapa 9 April di tahun 2009 itu dengan mudah saja digunakan sebagai hari dilaksanakannya Pemilu?”

Sengaja saya mengetengahkan ucapan Bapak AURI Suryadarma, karena beliaulah sejatinya yang bersama-sama dengan para perintis Angkatan Udara membangun kekuatan udara negara ini dari nol besar sampai dengan sekuat saat berperan dalam mengembalikan Irian Barat sebagai wilayah Kedaulatan Republik Indonesia.

AURI di saat itu telah menjadi satu kekuatan Udara yang sangat disegani sebagai sebuah kekuatan super power di belahan selatan permukaan bumi ini.

Perjuangan untuk membangun Angkatan Udara telah dimulai jauh hari sejak awal kemerdekaan. Dengan bermodal pesawat-pesawat bekas peninggalan Jepang, para senior Angkatan Udara telah memulai membangun unsur kekuatan udara di tanah air.

Tidak itu saja, Marsekal Suryadarma pada bulan November tahun 1950 telah melakukan terobosan yang mengejutkan dengan satu langkah strategis, mengirim 60 pemuda Indonesia ke Taloa, California Amerika Serikat untuk belajar menjadi penerbang.

Di bidang teknik, para perintis Angkatan Udara juga telah memberdayakan kembali bengkel pemeliharaan pesawat terbang terlengkap di Pangkalan Udara Andir, Bandung. Bengkel ini dikenal sebagai pusat pemeliharaan piston engine terbesar di Asia Tenggara dari sejak sebelum perang dunia kedua.

Tercatat Maharaja Yodhpur dari India pernah memanfaatkan bengkel pemeliharaan ini bagi pesawat terbang miliknya di tahun 1939. Bahkan salah satu tokoh dunia penerbangan yang tersohor Amelia Earhart pernah singgah di Andir pada tahun 1937 pada penerbangannya yang terakhir, sebelum lenyap di lautan Pasifik.

Marsekal Suryadarma telah merintis tentang betapa pentingnya keberadaan sebuah Angkatan Udara bagi negara kepulauan terbesar di dunia untuk menjaga kehormatan dan kedaulatan bangsa.

Salah satu bahan studi kasus yang dapat didalami untuk mendapatkan pelajaran berharga dalam konteks ini adalah tentang pertempuran di Laut Arafuru tahun 1962 yang terkenal dengan nama Peristiwa Aru.

Kemampuan Angkatan Udara dalam melaksanakan operasi gabungan dengan kekuatan laut dan pasukan darat di wilayah perairan Nusantara adalah mutlak dimiliki sebagai sebuah Angkatan Perang Republik Indonesia.

Peristiwa Aru memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kita semua, betapa koordinasi dan kerjasama antar angkatan merupakan kata kunci bagi suksesnya upaya memenangkan pertempuran.

Nah, di sinilah peristiwa Aru telah memberikan satu pelajaran mahal tentang perlunya memiliki armada Angkatan Udara yang dapat melindungi jajaran armada laut yang akan beroperasi di perairan wilayah kedaulatannya.

Peristiwa Aru mirip dengan kejadian Pearl Harbor dalam konteks “combat readiness” dari sebuah kekuatan udara yang disebut sebagai “The Origin of American Military Failure along the history”.

Dalam konteks ini, Angkatan Udara sudah terbukti sebagai bagian yang tidak bisa tidak harus hadir sebagai kekuatan utama dalam menyelenggarakan Air Superiority dan Air Supermacy.

Kedaulatan dan kehormatan Republik Indonesia memang menuntut kehadiran Angkatan Udara yang kuat. Angkatan Udara yang merupakan bagian integral dari Angkatan Perang Negara Kepulauan.

Sekali lagi, kinilah saat yang tepat untuk menyongsong tantangan ke depan. Indonesia sebagai negara kepulauan dituntut memiliki angkatan perang yang kuat, dimana peran kekuatan laut dan terutama kekuatan udara harus lebih dominan.

Pada tanggal 9 April 2016 ini, saat genap Angkatan Udara Republik Indonesia memasuki usianya yang ke 70, kiranya peran Bapak AURI Marsekal Suryadarma dan para perintis Angkatan Udara lainnya, patut direnungkan.

Mereka adalah pahlawan yang memiliki andil sangat besar dalam menyadarkan akan pentingnya sekaligus membangun sebuah kekuatan Udara yang ternyata hingga kini masih menghadapi banyak tantangan ke depan.

Sekali lagi, dengan segala kerendahan hati saya sangat yakin kiranya Angkatan Udara akan tetap senantiasa berupaya hadir sebagai garda paling depan dan paling luar penjaga kedaulatan negara di udara wilayah kedaulatan Negera Kesatuan Republik Indonesia.

Jayalah Sayap Tanah Airku, Angkatan Udara yang Kucinta!

Salut to the Daring Young Officer and Their Flying Machine !

Dirgahayu Angkatan Udara !
Jakarta 9 April 2016

 

Sumber : Kompas.com – Editor : Wisnu Nugroho

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Check Also
Close
Back to top button