counter create hit
ArticleFlight

Menerjunkan bantuan logistik di Timtim !

logisticPada kesempatan melaksanakan tugas di Timtim, saya yang didampingi oleh seorang Pilot dengan status buddy ride (status Capten Pilot sebelum di release terbang dengan Copilot) dan disupervisi oleh seorang Instruktur Penerbang yang berstatus sebagai Captain Pilot senior dan bertugas selaku “supervisor”.

Kami mendapat tugas khusus untuk menerjunkan dukungan logistik bagi pasukan kita yang telah satu minggu terjebak di tengah- tengah kedudukan musuh. Posisi pasukan yang terjebak itu berada pada tempat yang kurang menguntungkan, yaitu di satu lembah yang dikelilingi oleh pegunungan yang cukup tinggi. Lokasi tersebut adalah di Laclubar.  Laclubar adalah sebuah kota kecil yang merupakan atau terletak di subdistrik Manotuto, Timor Timur. Sekarang bernama Timor Leste.

Laclubar, menurut sensus yang dilakukan pada tahun 2004, berpenduduk sebanyak 8.034 orang. Untuk melaksanakan misi ini, kami, satu set crew Dakota yang akan ditugaskan menerjunkan dukungan logistik di lokasi tersebut, terlebih dahulu mendapatkan briefing intelijen serta mendiskusikan teknik dan taktik pelaksanaan penerjunan dengan beberapa staf perwira di Satuan Tugas Udara (Satgasud) di Dili. Diskusi yang agak lebih teknis sifatnya diadakan khusus antara penerbang dengan Staf Satgasud yang diwakili oleh Letkol Penerbang Moersanto.

Pak Moersanto ini terkenal sebagai penerbang yang handal, pemegang ATPL (Airline Transport Pilot License). Beliau memiliki keterampilan tinggi termasuk dalam menerbangkan Dakota, dan memiliki reputasi yang dihormati dikalangan penerbangan sipil, serta merupakan satu dari sedikit penerbang di Indonesia yang berstatus sebagai “Government Check Pilot”. Tidak heran bila briefing berlangsung singkat, efisien dan dilanjutkan dengan keinginan beliau yang akan langsung memberi contoh pelaksanaan penerjunan pada sorti pertama sebelum nantinya dilanjutkan oleh kami bertiga (saya beserta satu pasangan buddy ride dan sang Instruktur).

Briefing meliputi kedudukan musuh yang harus diwaspadai, terrain dan contour di sekitar tempat lokasi penerjunan dan rute yang dianjurkan dalam pelaksanaan terbang dukungan logistik ini agar kesemuanya dapat terlaksana dengan baik.

Setelah semuanya persiapan berjalan dengan lancar dan diskusi tentang perencanaan telah matang, maka dimulailah misi ini.

Hari itu, tanggal 15 Oktober 1977, penerbangan dengan sorti pertama, berangkat dari Dili diterbangkan Pak Moersanto yang duduk di Right Seat dan saya sendiri Left Seat. Kami berangkat, take off dengan normal dan sesuai dengan briefing, kami segera menempuh rute yang telah kami rencanakan bersama, yaitu menghindar dari perkiraan kedudukan musuh dan juga menyesuaikan dengan ketinggian gunung-gunung di sekitarnya. Ini agak sulit untuk ditempuh karena selain perkiraan posisi musuh yang harus dipertimbangkan, kondisi medan sekitar yang bergunung-gunung juga menyebabkan penerbangan menjadi tidak sederhana. Beberapa lintasan di lereng gunung yang ruangnya tidak begitu luas untuk bermanuver dengan belokan-belokan normal, ternyata harus dilaksanakan dengan belokan yang tajam. Selain cukup berbahaya dalam melaksanakan manuver, kami juga masih harus mempertimbangkan perkiraan posisi kedudukan musuh di beberapa tempat di lereng gunung tersebut. Belum lagi tiupan angin yang berhembus cukup kencang, terutama pada siang hari. Selesai menerjunkan logistik pasukan di lembah pegunungan Laclubar tersebut, kami pun kembali ke Dili. Sebelum kembali ke kantornya, Pak Moersanto masih menyempatkan diri untuk melaksanakan debriefing dengan kami bertiga para penerbang dan mendiskusikan ulang apa yang telah dibahas tadi, ditambah dengan pengalaman terbang pada sorti pertama, agar dapat disimpulkan dan dituangkan dalam perencanaan penerbangan berikutnya hari itu dan beberapa hari kemudian. Saya sendiri sudah merasa sangat mengerti dengan penjelasan beliau serta contoh-con- toh yang diberikannya pada saat terbang karena memang saya sendiri yang melaksanakannya dengan beliau yang memberikan instruksi-instruksi sepanjang jalan. Rekan saya dan Sang Instruktur pun tampaknya sama dengan saya, puas dengan segala sesuatu yang telah diterangkan oleh Pak Moersanto.

Sorti berikut siang harinya dan beberapa hari ke depan telah menjadi jatah kami untuk melaksanakannya.  Setelah beristirahat sejenak sambil memberi kesempatan crew lainnya mengisi kembali bahan bakar dan dukungan logistik yang akan diterjunkan, kami bertiga membahas rencana penerbangan berikutnya, sesuai dengan informasi yang telah diterima dan pengalaman pada penerbangan pertama tadi. Setelah pesawat siap kamipun berangkat.   Saya tetap di Left Seat, rekan saya di Right Seat dan Instruktur mengawasi dari belakang sambil turut membaca peta yang sudah dilengkapi dengan rute dan plotting perkiraan posisi musuh di sekitar tempat penerjunan.   Agak aneh, dalam perjalanan menuju dan pada pelaksanaan penerjunan di lokasi, Sang Instruktur menentukan sendiri rutenya serta pola pelaksanaan penerjunan yang dilaksanakan dengan pola normal, dalam arti tidak mempertimbangkan daerah kedudukan musuh, sehingga penerbangan dilakukan dengan manuver-manuver yang tidak begitu berbahaya, tanpa belokan-belokan yang tajam karena memang tidak memperhitungkan perkiraan kedudukan musuh yang beberapa diantaranya terdapat di lereng-lereng gunung sekitar tempat penerjunan. Kendala yang diperhitungkan hanyalah tiupan angin yang cukup kencang dan medan yang berbukit karena “kedudukan musuh” kemudian diabaikan oleh Sang Instruktur agar penerbangan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah. Padahal, menurut briefing yang kita peroleh dan merupakan data intelijen, beberapa lokasi tersebut dipercaya sebagai tempat kedudukan musuh yang cukup membahayakan penerbangan. Tetapi apa boleh buat, penguasa pesawat ada di tangan supervisor yaitu Sang Instruktur. Saya dan rekan saya hanya dapat melaksanakan sesuai perintah beliau dan tentu saja kami melaksanakan dengan hati yang berdebar-debar, karena apabila benar briefing data intelijen yang kami peroleh maka sebenarnya rute penerbangan kami benar-benar melintas tidak jauh dari kedudukan musuh dan ini sangat berbahaya bagi pesawat kami yang tidak bersenjata.   Setelah selesai melaksanakan beberapa run penerjunan barang, kami pun kemudian kembali ke Dili untuk mempersiapkan penerjunan dukungan logistik berikutnya.

Dalam debriefing atau kaji ulang yang dilaksanakan untuk evaluasi penerbangan sorti kedua ini, saya dan rekan saya mempertanyakan kepada Instruktur berkenaan dengan rute dan manuver yang dilaksanakan yang tidak sesuai dengan yang telah dianjurkan dan dicontohkan oleh Pak Moersanto.Masalahnya adalah kami merasa tidak nyaman dengan penerbangan tersebut terkait dengan rute dan manuver yang mengabaikan posisi-posisi perkiraan kedudukan musuh. Diluar dugaan Instruktur kami dengan enteng menjawab pertanyaan. Sekalilagi jauh dari dugaan kami akan antisipasi jawaban beliau.Instruktur hanya mengatakan: “Jalankan saja sorti penerbangan berikutnya seperti yang baru saja kalian laksanakan.Tidak usah takut terhadap kedudukan musuh, karena kadang-kadang kan dropping dukungan logistik yang kita terjunkan jatuhnya salah dan bahkan kadang-kadang jatuh di tempat musuh.Jadi mereka kan juga memperoleh keuntungan dari dropping logistik kita. Jadi dengan demikian amanlah, tidak mungkin kita ditembak!”.   Setengah terperangah, tetapi apa boleh buat, tidak ada respon apapun dari kami berdua selain dari harus menjawab: “Siap Pak, Kerjakan!”

Demikianlah kisah tak terlupakan di Laclubar, Timor Timur.

Related Articles

One Comment

  1. Membaca tulisan Pak Chappy diatas yang bercerita tentang C47 Dakota dan Operasi Seroja, tiba tiba saya teringat akan monumen berupa baling baling pesawat Dakota yang terletak di dalam kompleks Lanud Eltari, Kupang. Sewaktu SMP dulu saya sempat tinggal beberapa saat di Lanud Eltari, dan sering sekali menghabiskan waktu utk bermain di seputaran monumen peringatan tersebut. Jika Pak Chappy ada waktu mohon kisah tentang musibah tersebut diceritakan ulang di situs bapak ini, terima kasih. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button