Ekonom Pejuang yang Tak Pernah Menyerah demi Negeri
Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya. Kwik Kian Gie, ekonom, intelektual publik, dan mantan Menteri Koordinator Perekonomian yang dikenal karena integritas dan keberaniannya menyuarakan kebenaran, wafat pada usia 90 tahun. Kwik dikenal sebagai tokoh yang bersuara lantang menentang ketidakadilan, berpihak kepada rakyat kecil, dan konsisten dalam berpikir kritis terhadap kekuasaan, tak peduli siapa yang berkuasa.
Lahir di Jawa Timur pada 11 Januari 1935, Kwik menempuh pendidikan tinggi di Belanda. Ia merupakan sosok penting dalam sejarah reformasi ekonomi Indonesia, terutama di masa transisi krisis moneter 1997–1998. Pemikirannya tertuang dalam berbagai tulisan tajam, kuliah umum, hingga tertuang dalam berbagai buku. Salah satu di antaranya saya terima khusus dari beliau: tiga buku tebal berjudul Bunga Rampai Pemikiran Kwik Kian Gie.
Kariernya di pemerintahan tidak pernah membuatnya kehilangan kompas moral. Ia tidak serta-merta berubah menjadi seorang feodal, dengan sejumlah ajudan dan pengawal pribadi. Sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan kemudian Menko Perekonomian, ia bahkan sering mengambil posisi yang tidak populer demi membela kepentingan nasional dan kedaulatan ekonomi Indonesia dari dominasi asing dan oligarki.
Namun di balik ketegasannya sebagai ekonom dan politisi, Kwik Kian Gie juga adalah sosok pribadi yang hangat dan penuh warna. Ia memiliki kecintaan besar pada musik dan dansa. Di lingkungan kantornya, ia bahkan membentuk sebuah kelompok band kecil bersama rekan-rekan dekatnya. Secara rutin, mereka berkumpul untuk bernyanyi, berdansa, dan melepas penat. Musik menjadi pelarian sekaligus ekspresi dari sisi humanis seorang Kwik seorang intelektual yang tetap tahu cara menikmati hidup, tanpa kehilangan semangat juangnya.
Kini, sosok bersahaja itu telah pergi, meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah pemikiran ekonomi dan etika publik Indonesia. Di tengah arus besar pragmatisme dan kompromi, Kwik adalah suara jernih yang tak pernah ragu mengatakan “tidak” ketika nuraninya menolak. Ia mengajarkan bahwa keberanian berpikir dan bersikap bukanlah soal retorika, tetapi soal integritas.
Bagi generasi muda yang ingin menapaki jalan pengabdian, warisan Kwik adalah teladan: berpikir merdeka, bersikap jujur, dan tetap berpihak kepada kepentingan rakyat. Ia bukan hanya ekonom, tapi juga seorang guru kehidupan yang mengajarkan keberanian dalam kesunyian dan konsistensi dalam kesendirian. Dalam dunia yang penuh godaan kekuasaan, ia tetap teguh menjaga prinsip.
Selamat jalan, Pak Kwik. Suara Anda mungkin telah hening, tetapi gema pemikiran dan keteladanan Anda akan terus bergema dalam ruang-ruang diskusi, kebijakan publik, dan hati rakyat kecil yang selalu Anda bela. Terima kasih telah menjadi kompas moral di saat bangsa ini kerap kehilangan arah. Indonesia berduka, tetapi juga bersyukur pernah memiliki Anda.
Jakarta 30 Juli 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia
