Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Menerima Hidup Sebagaimana Adanya “When Things Don’t Go Your Way”
    Article

    Menerima Hidup Sebagaimana Adanya “When Things Don’t Go Your Way”

    Chappy HakimBy Chappy Hakim08/05/2025No Comments5 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh : Chappy Hakim

    Di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan, ketergesaan, dan ekspektasi yang terus melambung, muncul kebutuhan akan ruang hening, ruang untuk kembali bernapas, merenung, dan berdamai dengan kenyataan. Buku When Things Don’t Go Your Way karya Haemin Sunim, seorang biksu Zen asal Korea Selatan yang telah dikenal luas melalui karya-karyanya yang menyejukkan, adalah salah satu sumber hening itu. Buku ini bukan hanya bacaan, melainkan sebuah pelukan bagi jiwa yang lelah.

    Seni Menyambut Ketidaksempurnaan

    Judul buku ini menyiratkan pernyataan yang sangat manusiawi bahwa hidup tak selalu sesuai harapan. Dalam budaya yang sering kali menekankan pencapaian, kesuksesan, dan kontrol, Haemin menawarkan sesuatu yang radikal yakni penerimaan. Ia mengajak pembaca untuk menanggalkan keinginan untuk selalu mengatur hasil, dan sebagai gantinya, menyambut kenyataan, betapapun pahitnya, dengan hati yang lembut. Dengan gaya tulisan yang sederhana namun dalam, buku ini menyentuh berbagai momen universal dalam kehidupan,  patah hati, kehilangan, penolakan, kegagalan, kekecewaan, serta pergulatan batin yang kerap tak terlihat oleh orang lain. Namun tidak memberikan solusi instan, Haemin memilih untuk menemani, mendengarkan, dan menyentuh hati pembaca melalui refleksi dan cerita-cerita pribadi yang penuh kasih.

    Struktur Buku yang Seperti Meditasi

    Buku ini dibagi dalam bagian-bagian tematik yang bisa dibaca secara acak maupun berurutan, sebagaimana hidup itu sendiri yang tak selalu linear. Setiap bagian menyajikan renungan pendek, pengamatan kehidupan sehari-hari, dan kutipan bijak yang berfungsi seperti mantra kontemplatif. Struktur ini membuat buku terasa seperti sesi meditasi yang tenang, tidak terburu-buru, tidak menuntut, hanya hadir menemani.  Haemin Sunim menulis bukan untuk menggurui, melainkan untuk berbagi. Ia tidak berdiri di atas menara gading spiritualitas, tetapi duduk di lantai kehidupan yang sama dengan pembacanya, mengakui bahwa ia pun masih belajar. Dalam salah satu bagian, ia menulis tentang betapa ia pun kadang terjebak dalam emosi, namun justru dari situ ia belajar melihat dirinya sendiri dengan lebih jujur. Kesederhanaan ini membuat pesannya begitu kuat dan tulus.

    Dari Ketenangan Zen ke Kehidupan Modern

    Sebagai seorang biksu Zen yang juga memiliki latar belakang akademik Barat (ia pernah belajar di Harvard dan Princeton), Haemin mampu menjembatani dua dunia tradisi Timur dan dinamika kehidupan modern. Ia membahas isu-isu kontemporer seperti burnout, media sosial, kecemasan akan masa depan, serta tekanan untuk selalu tampil baik. Namun semua itu ditanggapi dengan kebijaksanaan Zen, kita tak perlu menjadi sempurna untuk merasa damai, cukup menjadi hadir, cukup menjadi sadar. Haemin juga menekankan pentingnya memperlambat ritme hidup. Di dunia yang sibuk, ia mengingatkan bahwa beristirahat bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri. Dalam satu kutipan yang mengena, ia menulis, “Saat kamu merasa hidupmu gelap, bukan berarti cahaya tidak ada. Mungkin kamu hanya sedang menutup mata.” Kalimat ini mengajak kita membuka mata batin dan menyadari bahwa cahaya bisa ditemukan di dalam, bukan di luar.

    Menjadi Teman Bagi Diri Sendiri

    Salah satu kekuatan utama buku ini adalah ajakannya untuk menjadi teman bagi diri sendiri. Haemin menunjukkan bahwa sumber penderitaan sering kali datang bukan dari kejadian luar, melainkan dari cara kita memperlakukan dan menghakimi diri sendiri. Ketika kita gagal, kita tidak hanya menderita karena kegagalan itu, tetapi juga karena kita menyalahkan diri sendiri secara kejam. Haemin mengajak kita untuk merangkul kelemahan, menyapa luka, dan memberi ruang bagi kesedihan untuk hadir tanpa diusir. Dalam bab-bab yang menyentuh tema kesendirian dan kehilangan, pembaca seolah diajak duduk bersama seorang sahabat bijak yang tidak terburu-buru menenangkan, tapi bersedia mendengar. Buku ini tidak menawarkan “jalan keluar”, melainkan cara berada di dalam situasi sulit itu dengan hati yang terbuka.

    Relevansi di Tengah Krisis Global dan Pribadi

    Buku ini sangat relevan dalam konteks zaman sekarang di mana banyak orang merasa cemas, tertekan, dan kehilangan arah. Pandemi, krisis ekonomi, ketidakpastian masa depan, serta berbagai masalah pribadi membuat buku ini seperti oase spiritual. Dalam situasi seperti ini, ajaran Zen yang menekankan pada kehadiran saat ini menjadi sangat penting. Haemin tidak memberikan janji-janji palsu. Ia tidak berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Ia hanya berkata bahwa kita akan mampu melewatinya jika kita bisa hadir penuh kasih, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dan kadang, itu jauh lebih menenangkan daripada optimisme kosong.

    Buku yang Perlu Dirasakan, Bukan Hanya Dibaca

    “When Things Don’t Go Your Way” adalah lebih dari sekadar buku motivasi atau pengembangan diri. Ia adalah karya kontemplatif yang mengajak kita menata ulang cara pandang terhadap hidup, terutama terhadap penderitaan dan harapan. Buku ini mengajarkan bahwa jalan menuju kedamaian bukanlah dengan menghindari kesulitan, melainkan dengan melewatinya dengan kesadaran dan cinta kasih.  Dalam dunia yang terus menuntut kita untuk “baik-baik saja,” buku ini datang sebagai pengingat bahwa tidak apa-apa jika kita tidak baik-baik saja. Dan dalam ketidaksempurnaan itulah, kita bisa menemukan kedalaman diri yang sesungguhnya. Bagi siapa pun yang sedang mengalami masa sulit, buku ini bisa menjadi teman yang setia. Bukan untuk memberi nasihat, tetapi untuk berjalan bersama. Dan mungkin itu yang paling kita butuhkan hari ini seseorang atau sesuatu yang hadir tanpa syarat.

    Jakarta 5 Agustus 2025

    Chappy Hakim

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleMiliter dan Pusaran Kekuasaan Politik
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Militer dan Pusaran Kekuasaan Politik

    08/05/2025
    Article

    Membangun Sinergi Pusat-Daerah

    08/05/2025
    Article

    Obituari: Marsma TNI Fadjar

    08/04/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.