Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Mencermati human factor dalam kecelakaan pesawat terbang modern
    Article

    Mencermati human factor dalam kecelakaan pesawat terbang modern

    Chappy HakimBy Chappy Hakim11/16/2019Updated:02/22/2021No Comments3 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Afbeeldingsresultaat voor lion air crash pictures

    (Gambar Google)

             Dalam dua sampai tiga dekade belakangan ini, angka kecelakaan pesawat terbang sudah jauh menurun sebagai akibat dari kemajuan teknologi penerbangan yang sangat pesat.   Akan tetapi, sejak 10 tahun belakangan telah terjadi beberapa kecelakaan tragis  pesawat terbang produk teknologi mutakhir yang sulit dipercaya.   Dua kecelakaan fatal terakhir yang dialami Lion Air dan Ethiopian Airlines telah mengundang tanda tanya besar dari konsumen pengguna jasa angkutan udara diseluruh dunia.   Ternyata kemajuan teknologi dalam dunia penerbangan yang berjalan sangat cepat itu telah memperlihatkan betapa peran human factor menjadi sangat dominan dalam hal terjadinya kecelakaan.

     

    .Afbeeldingsresultaat voor ethiopian airlines flight 302 pictures

    (Gambar : Google)  

           Tiga kecelakaan pesawat terbang modern sebelum tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines menunjukkan fenomena menarik dari hasil investigasi yang telah dilakukan tentang penyebab dari terjadinya kecelakaan fatal pada pesawat terbang produk teknologi mutakhir. Ketiga kecelakaan tersebut adalah peristiwa Turkish Air yang crashed saat menjelang mendarat di Schippol Amsterdam, Air France 447 yang masuk laut di perairan Atlantik dan Asiana Airlines yang menabrak dinding landasan saat akan mendarat di San Fransisco.   Dari hasil penyelidikan tentang penyebab ketiga kecelakaan tersebut terdapat benang merah sama yang menyebutkan mengenai gejala automation addiction dan lack of knowledge Pilot terhadap Computer Flight Management system.

             Khusus mengenai Pilot Automation Addiction, telah dilakukan riset cukup mendalam antara lain di IOWA University yang disponsori oleh NASA.   Riset menyebutkan tentang ketergantungan yang berlebihan dari Pilot terhadap system kendali otomatis pesawat terbang telah berakibat turunnya keterampilan Pilot dalam menerbangkan pesawat terbang secara manual.   Pilot telah berkurang basic flying skill nya dalam hal terbang manual karena terlalu menggantungkan kepada sistem otomatis kendali pesawat terbang modern.

             Tentang lack of knowledge Pilot terhadap Computer Flight Management system, belum terdengar ada studi yang mendalam untuk menganalisisnya.   Kesimpulan sementara dari ketiga kecelakaan yang terjadi dapat dikatakan bahwa kecepatan laju modernisasi teknologi penerbangan telah membuat metoda education and training bagi awak yang akan mengoperasikannya tertinggal.   Muncul gap atau kesenjangan dari kecepatan laju kemajuan teknologi dengan penyesuaian metoda pendidikan dan latihan bagi sdm yang akan mengawakinya.   Kesenjangan inilah yang telah membuka peluang terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pesawat terbang.

             Pada kasus dua kecelakaan pesawat Boeing 737-8 Max, terbukti bahwa selain terjadi gap atau kesenjangan dari laju kemajuan teknologi penerbangan dengan metoda pendidikan dan latihan sdm yang akan mengawakinya, ternyata  terdapat faktor lain yang muncul belakangan.   Faktor itu adalah kurang adanya komunikasi antara pabrik pembuat pesawat dengan operator dan atau Maskapai Penerbangan dalam hal ini para Pilot dan Teknisi calon pengguna di lapangan.   Kasus Boeng 737 Max 8 pada akhirnya telah memaksa pihak pabrik dan juga otoritas penerbangan untuk melakukan komunikasi yang lebih intens dengan user dalam hal ini para Pilot dan Teknisi yang akan mengawakinya di lapangan.  Pola laju kemajuan teknologi yang diterapkan dalam dunia penerbangan terutama pada sistem kendali pesawat terbang, mau tidak mau memang harus dikomunikasikan jauh lebih awal pada sebelum pesawat terbang beroperasi.   Kiranya kasus B-737 Max 8 telah memberikan pelajaran yang sangat mahal untuk dibayar dalam proses modernisasi teknologi pesawat terbang.  Realitanya, perlombaan untuk menerapkan mesin pesawat terbang yang irit bahan bakar telah menelan korban ratusan nyawa.   Semoga kedepan hal tersebut tidak terulang kembali.

     

     

    Seattle 15 November 2019

    Chappy Hakim

    Pusat Studi Air Power Indonesia  

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePusat Studi Air Power Indonesia – Pertemuan Bulanan ke 11
    Next Article Upaya Boeing untuk menerbangkan kembali B-737-8 MAX
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Mengapa Dunia Masih Memilih Demokrasi, Meski Tahu Risikonya?

    05/05/2025
    Article

    UFO: Misteri Yang Masih Menarik

    05/05/2025
    Article

    Hickam Air Force Base: Jejak Strategis Amerika di Pasifik Barat

    05/05/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.