Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Ketika Wilayah Udara di Teheran dan Tel Aviv Tidak lagi Aman.
    Article

    Ketika Wilayah Udara di Teheran dan Tel Aviv Tidak lagi Aman.

    Chappy HakimBy Chappy Hakim06/17/2025No Comments3 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh Chappy Hakim

    Konflik udara antara Iran dan Israel yang meletus pertengahan Juni 2025 bukan hanya kisah pertempuran dua negara, tetapi cerminan dari wajah perang modern—penuh dengan teknologi canggih, namun tetap menyisakan penderitaan manusia yang purba: ketakutan, kehilangan, dan kehancuran.  Sebuah tanda yang sangat nyata dari betapa rawannya wilayah udara sebuah negara yang tidak mampu dijaga ketat.

    Di Teheran, ibukota Iran yang biasanya padat dengan lalu lintas dan kehidupan urban yang dinamis, kini berubah menjadi kota yang dicekam. Serangan udara Israel menghantam markas Garda Revolusi, fasilitas komunikasi, dan bahkan permukiman sipil. Dalam hitungan jam, gelombang eksodus warga mengular ke luar kota. Gilan, Mazandaran, dan Alborz menjadi tujuan pelarian. Di tengah panas musim panas, ribuan keluarga meninggalkan rumah, bukan untuk liburan, tetapi demi bertahan hidup.

    Teheran seperti menghadapi dua musuh sekaligus: rudal dari langit dan kekeringan dari tanah. Krisis air bersih kian parah. Cadangan menipis, pemadaman bergilir berlangsung 12 jam sehari. Dalam satu pekan, kota itu berubah dari ibukota negara menjadi bayang-bayang kota perang.

    Namun jangan salah, Israel pun tak luput dari dampak. Rudal-rudal balasan Iran—yang diluncurkan dalam operasi bernama True Promise III—membombardir Tel Aviv, Haifa, dan wilayah sekitarnya. Sistem pertahanan Iron Dome, David’s Sling, hingga Arrow-3 bekerja ekstra keras untuk menangkis gelombang serangan. Sebagian berhasil, sebagian lainnya menembus. Beberapa apartemen runtuh, sekolah rusak, korban jiwa pun tak terelakkan.

    Pemerintah Israel mengeluarkan peringatan darurat, menutup akses publik, dan mengerahkan unit-unit cadangan. Warga Tel Aviv kini hidup di antara bunyi sirine dan langkah tergesa menuju tempat perlindungan. Meski sistem pertahanan mereka terbukti efektif, namun perang tak pernah benar-benar bisa ditahan agar hanya mengenai target militer.

    Perang udara ini menunjukkan satu hal: superioritas teknologi memang menentukan, tetapi bukan segalanya. Dalam konflik udara modern, yang diuji bukan hanya kekuatan alutsista, melainkan kecepatan keputusan, kesiapsiagaan sipil, dan kemampuan bertahan sebagai bangsa.

    Lebih dari itu, perang ini mengajarkan bahwa menguasai langit adalah prasyarat mutlak dalam menjaga kedaulatan. Bukan sekadar membeli pesawat tempur tercanggih, tetapi membangun sistem pertahanan udara yang menyeluruh, berbasis sensor, radar, komunikasi, dan command & control. Langit tidak bisa dibela dengan simbol. Ia hanya bisa dijaga dengan sistem.

    Krisis di Teheran dan Tel Aviv adalah pengingat keras. Bahwa perang modern, meski dikemas dalam jargon presisi dan teknologi tinggi, tetap saja akan berujung pada reruntuhan, luka, dan kehilangan. Dan bahwa dalam setiap perang, yang paling dulu dan paling lama menderita adalah rakyat biasa.

    Ketika langit sudah tak aman, maka bumi di bawahnya pun kehilangan arah dan berantakan total.  Itulah memang arti dan makna strategis dari wilayah udara teritori sebuah negara.

    Referensi:

    • The Guardian, Explosions heard over Tel Aviv – live updates, 15 Juni 2025.
    • Reuters, Iranian broadcaster hit as Tehran urges de-escalation, 16 Juni 2025.
    • Al Jazeera, Iran launches Operation True Promise III, 14 Juni 2025.
    • Chappy Hakim, Menjaga Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa, Penerbit Buku Kompas, 2021.
    • Defense News, Arrow-3 intercepts hypersonic missile in combat, Juni 2025.

    Jakarta 17 Juni 2025

    Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleDunia Siber: Sebuah Peringatan untuk Bangsa
    Next Article Membaca Kecelakaan AIR INDIA AI171: Antara Spekulasi, RAT, dan Keniscayaan Investigasi
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Kasus McChrystal dan Retaknya Strategi Global Amerika

    06/17/2025
    Article

    Bagaimana Hanud RI ?

    06/17/2025
    Article

    Upaya AS Menjaga Balance of Power di Pasifik

    06/17/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.