Oleh: Chappy Hakim
Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia
Israel sebuah nama sangat terkenal dari sebuah negara di Timur Tengah yang tercatat sebagai musuh bebuyutan dari bangsa Arab. Dari mana asal usul bangsa Israel dan apa yang terkandung atau makna dari nama Israel.
Dalam pusaran sejarah panjang umat manusia, ada nama yang terus bergema sejak ribuan tahun lalu hingga hari ini yaitu Israel. Nama itu tak hanya mewakili satu bangsa dan satu negara, tetapi juga memuat warisan spiritual, pertarungan identitas, dan tekad untuk bertahan di tengah badai zaman. Namun, dari mana sebenarnya nama Israel berasal? Mengapa pula bangsa itu begitu kukuh menyandang nama tersebut dalam ranah geopolitik modern?
Segalanya berawal dari satu tokoh dalam kitab suci, seorang lelaki bernama Yakub, cucu dari Abraham, bapak bangsa Ibrani. Dalam sebuah malam sunyi yang dicatat dalam Kitab Kejadian (Genesis 32:28), Yakub bergulat dengan sosok misterius yang dalam tafsir keagamaan diidentifikasi sebagai malaikat atau utusan Tuhan. Pertarungan itu bukan pertarungan biasa tetapi itu adalah simbol pergulatan spiritual, eksistensial, bahkan nasional. Dan ketika fajar merekah, Yakub tidak hanya menang, ia juga mendapatkan nama baru: Israel.
“Engkau tidak akan disebut Yakub lagi,” ujar sosok itu, “melainkan Israel, karena engkau telah bergumul dengan Tuhan dan manusia, dan engkau menang.” Dari sinilah nama Israel lahir. Dalam bahasa Ibrani, “Yisra’el” secara harfiah berarti dia yang bergulat dengan Tuhan, sebuah nama yang menandakan kekuatan, keteguhan hati, dan panggilan ilahi. Bukan sekadar nama pribadi, Israel kemudian menjadi simbol identitas kolektif keturunan Yakub: anak-anak Israel, atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai Bani Israil.
Dari dua belas anak Yakub, lahirlah dua belas suku Israel, yang kemudian berkembang menjadi bangsa yang menetap di tanah Kanaan. Seiring berjalannya waktu, bangsa ini mendirikan kerajaan, menyusun hukum, dan membangun peradaban. Ketika kerajaan itu mencapai puncaknya di bawah Raja Daud dan Salomo, nama Israel tidak hanya menjadi panggilan identitas, tetapi juga bendera politik dan simbol kekuasaan. Pada sisi lainnya, orang Yahudi dikenal sebagai berasal dari anak-anak Yakub, atau Bani Israel. Yakub sendiri dalam kisah kitab suci mendapat nama baru dari Tuhan, Israel, yang berarti dia yang bergulat dengan Tuhan. Dari dua belas anak Yakub, lahirlah dua belas suku, dan dari suku Yehuda lah kemudian muncul identitas Yahudi (Jew dalam bahasa Inggris berasal dari Judah).
Sejarah tidak selalu berpihak. Setelah berabad-abad mengalami penjajahan, diaspora, dan penindasan, bangsa Yahudi tercerai-berai ke berbagai belahan dunia. Selama ribuan tahun mereka kehilangan tanah air, tetapi tidak pernah kehilangan nama. “Israel” tetap mereka kenang, mereka doakan, dan mereka wariskan dari generasi ke generasi. Hingga akhirnya, pada 14 Mei 1948, dalam satu momen bersejarah di Tel Aviv, David Ben-Gurion memproklamasikan berdirinya Negara Israel. Nama itu dipilih bukan hanya karena akar sejarah dan kitab suci, tetapi juga sebagai pernyataan bahwa bangsa Yahudi telah pulang bukan sekadar kembali secara fisik ke tanah Palestina, tetapi pulang secara spiritual ke identitas mereka yang paling mendalam.
Ada alasan mengapa mereka memilih “Israel” dan bukan “Yehuda” atau “Judea”, yang juga merupakan bagian penting dalam sejarah mereka. “Israel” dianggap sebagai nama yang lebih inklusif, mewakili seluruh dua belas suku, bukan hanya suku Yehuda. Ini adalah upaya untuk menyatukan diaspora Yahudi dari berbagai penjuru dunia dalam satu nama yang mereka anggap suci, historis, dan penuh makna.
Dengan demikian, nama Israel adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia merangkum pergulatan seorang manusia dengan Tuhan, transformasi spiritual sebuah keluarga menjadi bangsa, dan akhirnya menjadi simbol kelahiran kembali sebuah negara modern di tengah medan diplomasi dan konflik geopolitik yang kompleks.
Hari ini, ketika dunia menyebut “Israel”, kita tidak sekadar bicara tentang wilayah di Timur Tengah. Kita sedang menyebut nama yang mengandung ribuan tahun memori sejarah, jutaan doa, dan tak terhitung air mata. Sebuah nama yang lahir dari pergulatan, dan karena itu tak bisa dipisahkan dari konflik dan keteguhan.
Dalam dunia internasional, nama bukan sekadar label geografis. Ia adalah manifestasi identitas, kehendak politik, dan simbol peradaban. Maka tidak mengherankan bila bangsa yang pernah tercerai-berai selama dua milenium, saat kembali ke pangkuan tanah leluhur mereka, memilih nama “Israel” dengan penuh kesadaran historis dan makna strategis. Nama itu adalah pengakuan akan masa lalu mereka, sekaligus penegasan eksistensi mereka di masa kini dan, seperti yang mereka harapkan, untuk selama-lamanya.
(Dirangkum dari berbagai Sumber)
Jakarta 29 Juni 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia