Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Catatan Penting dari Konflik Iran–Israel dan Posisi Indonesia
    Article

    Catatan Penting dari Konflik Iran–Israel dan Posisi Indonesia

    Chappy HakimBy Chappy Hakim06/29/2025No Comments6 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh Chappy Hakim

    Konflik antara Iran dan Israel tidaklah terjadi  tiba tiba belakangan ini.  Ia bukan sekadar perbedaan kepentingan politik jangka pendek, melainkan hasil dari benturan ideologi, sejarah, dan strategi kawasan yang telah berlangsung selama lebih dari empat dekade. Sejak Revolusi Islam Iran tahun 1979 yang menggulingkan rezim Shah dan melahirkan pemerintahan teokratis di bawah Ayatollah Khomeini, Iran menempatkan perlawanan terhadap Israel sebagai bagian dari doktrin ideologis negara. Dalam pandangan para pemimpin Iran, Israel bukan hanya musuh politik, melainkan simbol penindasan atas bangsa Palestina dan cerminan dari dominasi Barat di kawasan Timur Tengah. Sejak saat itu, hubungan kedua negara berubah drastis dari netral menjadi permusuhan yang bersifat eksistensial.

    Israel, di sisi lain, memandang Iran sebagai ancaman strategis utama bagi keberlangsungan negaranya. Bukan hanya karena retorika anti-Israel yang konsisten disuarakan Teheran, tetapi juga karena dukungan Iran yang sangat aktif terhadap kelompok-kelompok bersenjata di sekitar perbatasan Israel seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Iran tak hanya menyuplai senjata, tetapi juga pelatihan militer, logistik, bahkan teknologi drone dan rudal yang semakin canggih. Dari sudut pandang Israel, keberadaan Iran di lingkaran luar teritorialnya merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional dan stabilitas kawasan.

    Ketegangan ini semakin mengkristal dalam isu program nuklir Iran. Sejak awal 2000-an, kekhawatiran internasional—terutama Israel dan sekutu-sekutunya di Barat—tertuju pada ambisi nuklir Iran yang dianggap dapat menghasilkan senjata pemusnah massal. Meskipun Iran berkali-kali menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, Israel tidak pernah mempercayainya. Ketakutan Israel bukan tanpa dasar. Bagi negara kecil yang dikelilingi oleh musuh, kemampuan nuklir di tangan pemerintahan ideologis seperti Iran dipandang sebagai ancaman eksistensial. Maka dari itu, serangkaian serangan siber, sabotase, dan pembunuhan ilmuwan nuklir Iran diyakini melibatkan Mossad, sebagai upaya untuk menggagalkan proyek nuklir tersebut.

    Di balik ketegangan yang tampak di permukaan, sesungguhnya konflik ini juga mencerminkan perebutan pengaruh di Timur Tengah. Iran berambisi menjadi kekuatan regional utama yang menantang dominasi AS dan sekutunya, sementara Israel berusaha mempertahankan keunggulan militer dan teknologinya di kawasan. Yang terjadi kemudian adalah proxy war berkepanjangan, bukan hanya dalam bentuk peluru dan roket, tetapi juga lewat pengaruh diplomatik, operasi intelijen, serta adu teknologi pertahanan. Konflik ini telah melampaui batasan militer konvensional dan memasuki era perang asimetris, siber, dan sistem senjata presisi yang dikendalikan dari jarak jauh.

    Dengan latar belakang seperti itu, sulit dibayangkan bahwa rekonsiliasi antara keduanya akan tercapai dalam waktu dekat. Apalagi di tengah dunia yang sedang bergerak menuju tatanan multipolar, di mana kekuatan besar saling bersaing memperebutkan pengaruh, konflik Iran–Israel justru menjadi panggung unjuk kekuatan militer sekaligus ujian terhadap ketahanan diplomasi internasional.

    Eskalasi Terkini

    Beberapa tahun terakhir kita menyaksikan peningkatan dramatis dalam skala dan intensitas serangan. Israel melancarkan serangan udara presisi ke fasilitas nuklir dan pangkalan militer Iran, sementara Iran membalas dengan meluncurkan rudal balistik dan drone berteknologi tinggi ke wilayah Israel, termasuk ke jantung kota Tel Aviv. Sistem pertahanan udara canggih Israel seperti Iron Dome dan David’s Sling memang berhasil mencegat sebagian besar rudal, namun tak sedikit yang lolos, menandai babak baru dalam konflik ini bahwa tidak ada sistem pertahanan yang mutlak sempurna.

    Dimensi Global dan Pemain Besar

    Amerika Serikat secara konsisten berada di belakang Israel, memberikan dukungan militer, intelijen, dan politik. Di sisi lain, Iran mendapat simpati dari Rusia dan Tiongkok, baik dalam bentuk diplomasi di Dewan Keamanan maupun kolaborasi teknologi di belakang layar. Dunia internasional menghadapi risiko nyata eskalasi global, yang bisa menyeret kawasan Teluk dan Mediterania Timur ke dalam jurang perang terbuka.

    Posisi dan Tantangan Indonesia

    Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan tradisi diplomasi non-blok, berada pada posisi yang rumit. Di satu sisi, simpati terhadap perjuangan Palestina dan narasi anti-Israel sangat kuat di kalangan publik. Di sisi lain, Indonesia juga menjaga hubungan baik dengan negara-negara Arab yang cenderung memusuhi Iran karena konflik sektarian Sunni Syiah dan persaingan geopolitik kawasan.

    Secara resmi, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun juga tidak menunjukkan dukungan eksplisit terhadap Iran. Posisi ini membuat Indonesia lebih condong pada sikap netral aktif, walau sayangnya cenderung pasif dalam inisiatif konkret di forum internasional.  Kita harus akui, dalam realitas hari ini, dunia internasional sulit menggantungkan harapan kepada Indonesia untuk memainkan peran besar dalam perdamaian global, jika diplomasi luar negeri kita tidak dibarengi dengan kejelasan sikap, kekuatan ekonomi, dan kredibilitas strategis yang nyata. Indonesia butuh transformasi dari negara yang hanya menyuarakan prinsip ke negara yang mampu membentuk koalisi dan inisiatif perdamaian yang konkret.

    Pelajaran Strategis bagi Indonesia

    Konflik Iran–Israel menjadi cermin penting bahwa kekuatan udara, kemampuan rudal, dan sistem pertahanan canggih akan menjadi penentu dominasi strategis di masa depan. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tak boleh tertinggal. Kita harus segera memperkuat postur pertahanan udara, membangun sistem peringatan dini berbasis satelit, dan membenahi doktrin militer kita agar selaras dengan era perang teknologi mutakhir. Lebih jauh, kita perlu mengevaluasi kebijakan luar negeri agar lebih taktis, progresif, dan mampu memainkan peran sebagai kekuatan diplomatik kawasan. Tidak cukup hanya berteriak soal perdamaian dari podium, sementara dunia melihat kita sebagai negara yang tidak punya leverage.  Negara yang terlihat masih belum mampu mengatasi masalah dalam negerinya sendiri terutama masalah korupsi yang merajalela.

    Demikianlah, maka konflik Iran Israel bukan hanya soal dua negara yang saling berperang. Ini adalah panggung bagi pertarungan ideologi, kepentingan energi, dan supremasi militer. Di balik dentuman rudal dan nyala api perang, sesungguhnya dunia sedang mencari arah baru dalam tatanan global yang berubah cepat. Indonesia, sebagai bangsa besar, harus menentukan: apakah kita hanya akan jadi penonton dalam sejarah, atau memilih menjadi bagian dari mereka yang mempengaruhinya?

    Referensi Sunber Tulisan

    1. Katzman, Kenneth. Iran’s Foreign and Defense Policies. Congressional Research Service Report RL32048, updated 2024.
    2. International Atomic Energy Agency (IAEA). Iran Safeguards Report. IAEA.org, 2023–2024.
    3. BBC News. “Iran-Israel conflict: What you need to know.” https://www.bbc.com/news/world-middle-east, 2024.
    4. The Jerusalem Post. “Iranian Missile Attack Targets Israeli Military Sites.” April 2025.
    5. Al Jazeera English. “Why Iran and Israel are edging closer to war.” March 2024.
    6. RAND Corporation. The Evolution of Proxy Warfare in the Middle East. RAND Research Report, 2022.
    7. Cordesman, Anthony H. Iran, Israel, and Nuclear Deterrence. Center for Strategic and International Studies (CSIS), 2023.
    8. The Times of Israel. “How Iron Dome, David’s Sling, and Arrow 3 Fared Against Iranian Attacks.” April 2025.
    9. Ministry of Foreign Affairs of Indonesia. “Pernyataan Resmi RI tentang Ketegangan Iran–Israel.” Kemlu.go.id, April 2024.
    10. Siregar, Arifin. Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Antara Idealisme dan Realitas Global. Jakarta: LP3ES, 2020.
    11. Djalal, Dino Patti. Indonesia and the World: Navigating a Multipolar Era. Foreign Policy Community of Indonesia, 2022.
    12. Global Firepower Index 2025. “Iran vs Israel Military Strength Comparison.”
    13. Bellingcat & Middle East Eye. “Drone Warfare in the Middle East: Iranian Technology in the Hands of Proxies.”
    14. The New York Times. “After Iranian Strikes, Biden Reaffirms Support for Israel.” April 2025.
    15. Reuters. “UN Security Council Divided Over Iran–Israel Escalation.” April 2025.

    Jakarta  23 Juni 2025

    Chappy Hakim

    Pusat Studi Air Power Indonesia

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleGencatan Senjata Iran dan Israel: Sekadar Jeda, atau Tanda Perang Usai?
    Next Article Apa istimewanya Operasi Midnight Hammer
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Mantan KSAU ingatkan, Israel Bangkitkan Singa Tidur. Tapi Langit Indonesia Pun Sudah Lama Direbut Asing

    06/29/2025
    Article

    Yang menarik dari serangan Jepang ke Pearl Harbor

    06/29/2025
    Article

    Apa istimewanya Operasi Midnight Hammer

    06/29/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.