counter create hit
Education

Mengadu Untung ke Curug

Selesai sekolah di SMA, saya memang sudah berketetapan untuk tidak kuliah.   Selain dukungan finansial dari orang tua yang memang tidak memungkinkan, saya juga sudah bertekad untuk mencoba menjadi Pilot.   Pada waktu itu sekolah Pilot yang dikenal hanyalah API, yaitu Akademi Penerbangan Indonesia.   Di tahun 1960-an, Akademi Penerbangan Indonesia  selalu memasang iklan penerimaan siswanya di surat-surat kabar yaitu saat berdekatan dengan akhir tahun pelajaran.   API, tidak hanya mendidik para calon penerbang, akan tetapi juga teknisi pesawat dan tenaga pengatur lalu lintas udara atau ATC, Air Traffic Control dan lain-lain.

Akademi Penerbangan Indonesia kini bernama STPI, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.    Sejarahnya, API didirikan pada tanggal 1 Juni tahun 1952 di Gempol Kemayoran Jakarta dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan  sdm penerbangan nasional kala itu yang baru saja menggeliat bangun sebagai salah satu sektor andalan dibidang transportasi.   Dalam perkembangannya kemudian, sesuai dengan tuntutan jaman, maka pada tahun 1954, API dipindahkan ke Curug Tangerang, Banten.   Selanjutnya pada tahun 1969 API berubah nama menjadi lembaga pendidikan perhubungan udara (LPPU) dibawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Pada tahun 1978 ,LPPU berubah lagi menjadi satu lembaga yang bernama Pendidikan dan Latihan Penerbangan (PLP) yang statusnya kemudian berada dibawah Badan Pendidikan dan Latihan Perhubungan, Departemen Perhubungan Republik Indonesia.   Demikian selanjutnya tahun berganti, sampailah kemudian di tahun 2000, tepatnya pada tanggal 10 Maret, PLP berubah lagi, dan hingga sekarang dikenal sebagai STPI atau Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Seperti diketahui lokasi dari Kampus STPI  sendiri sebenarnya adalah terletak di dalam kompleks bandar Udara Budiarto yang meliputi empat desa yaitu Serdang Wetan, Rancagong, Kamuning dan Palasari Kecamatan Legok Kawedanan Curug Kabupaten Tangerang Propinsi Banten yang luas keseluruhannya adalah sekitar 545 hektar.Tujuan dari didirikannya lembaga pendidikan ini dapat dilihat dari visi dan misi STPI yaitu berupaya untuk dapat menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan interasional untuk menuju pusat unggulan yang berstandar internasional dengan misi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian teknologi terapan di bidang penerbangan dalam rangka mencerdaskan bangsa dengan menciptakan SDM penerbangan yang memiliki iman dan taqwa, berkualitas internasional, mampu bersaing, mandiri dan profesional.   Bila kita ingin mengetahui lebih jauh lagi, misalnya tentang program studi di STPI,  maka program studi yang diselenggarakan di STPI terdiri atas dua kelompok utama yaitu diklat awal  yang dikenal sebagai program diploma dan diklat khusus, disebut juga sebagai program  keahlian.

Diklat awal dilaksanakan berdasarkan satuan kredit semester mulai dari satu tahun sampai dengan empat tahun sedangkan diklat khusus  yaitu program non diploma, mulai dari beberapa hari sampai beberapa minggu atau bulan saja.    STPI yang dulunya adalah API, memiliki sarana yang sangat memadai untuk penyelenggaraan pendidikan bidang penerbangan.   Sarana umum antara lain terdiri  dari gedung perkantoran utama; laboratorium bahasa; asrama berkapasitas 1117 taruna; ruang makan berkapasitas 450 kursi; perpustakaan; rumah sakit berkapasitas 20 tempat tidur; fasilitas olahraga yang meliputi gedung serbaguna, lapangan bola voli, bola basket, sepak bola, tenis lapangan, kolam renang,dll; masjid berkapasitas 600 orang; gereja berkapasitas 50 orang; tenaga listrik berkapasitas 700 kV dan perumahan sebanyak 139 plus mess/wisma berjumlah 48 kamar.

Kini STPI , mungkin sudah tidak seperti dulu lagi di era tahun 1960-an semasa masih bernama API.    Pada tahun-tahun itu API hanya menerima sedikit calon siswa setiap tahunnya.   Penerimaan dilakukan di Kemayoran dan tes masuk antara lain tes kesehatan dilaksanakan di klinik Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang juga terletak di  kawasan Kemayoran.   Saya beserta beberapa teman selepas SMA di tahun 1966 ,mendaftar di API ini,  sementara saya sendiri sangat bersemangat  untuk dapat diterima masuk di API, karena selain memang bercita-cita sejak kecil ingin menjadi Pilot, juga API ini tidak memungut biaya pendidikan.   Dengan demikian maka saya sekaligus dapat meringankan beban orang tua dalam membesarkan adik-adik saya yang masih kecil-kecil.   Beberapa teman yang saya masih ingat mendaftar sama-sama adalah Muhardjono, Syamsudin, Mardianto dan Purnomo Basuki.    Pelaksanaan tes seleksi dalam proses pendaftaran calo siswa API berjalan  dengan lancar selama hampir 1 minggu lamanya, meliputi antara lain pengetahuan umum, bahasa Inggris dan Kesehatan.   Banyak sekali yang mendaftar saat itu sedangkan yang akan diterima, kabarnya hanya sekitar 25 hingga 30 orang saja.   Sebagaian tes dilakukan dengan sistem gugur, dan yang tidak lulus langsung diumumkan pada hari itu juga.    Syukur Alhamdullilah, saya dengan beberapa teman dapat lolos hingga  tes pada hari terakhir.    Pada hari terakhir itu juga  diumumkan bahwa bagi yang lulus akan dilakukan pemberitahuan sekaligus pemanggilan untuk mengikuti pendidikan.

Singkat cerita, kemudian pengumuman tidak kunjung muncul , menurut teman yang berusaha memperoleh keterangan ke Departemen Perhubungan mereka mendapat penjelasan, bahwa API tengah menghadapi kesulitan keuangan sehingga pengumuman bagi siswa yang diterima sekaligus pemanggilan akan  tertunda sekitar 3 atau 4 bulan mendatang.

Demikianlah, sambil menunggu panggilan yang tidak kunjung tiba, kemudian saya diajak oleh  seorang teman mendaftar ke Akabri Udara.   Selanjutnya, tentu saja momen mendaftar di API Curug telah menjadi sekedar cerita yang melengkapi riwayat hidup saya.   Momen dari adegan mencari kehidupan masa depan dengan “mengadu untung ke Curug”.

Jakarta 6 Januari 2011

Chappy Hakim

Related Articles

2 Comments

  1. Walau tidak masuk API Curug…akhirnya Pak Chappy Hakim tetap bisa menjadi Pilot, khan. Sehingga berkesempatan mengemudikan Hercules yang khusus ditumpangi MENHANKAM/PANGAB Jenderal M. Jusuf.
    Itu yang saya baca dalam buku Jenderal M. Jusuf; Panglima Para Prajurit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button