Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Apa istimewanya Operasi Midnight Hammer
    Article

    Apa istimewanya Operasi Midnight Hammer

    Chappy HakimBy Chappy Hakim06/29/2025No Comments6 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

    Amerika Serikat tiba tiba saja melancarkan Operasi Midnight Hammer  pada malam hari antara Sabtu, 21 Juni 2025 dan dini hari Minggu, 22 Juni 2025. Serangan udara ini dimulai sekitar tengah malam waktu Iran ketika B‑2 Spirit beserta armada pendukungnya masuk wilayah sasaran dengan dukungan rudal Tomahawk dari kapal selam, semuanya dilakukan tanpa peringatan dan tanpa deteksi oleh sistem pertahanan Iran.  Apa yang menjadi istimewa dari pelaksanaan operasi ini.  Ternyata operasi ini telah memicu kemarahan publik dan kontroversi politik di Amerika Serikat karena dilakukan tanpa persetujuan resmi dari Kongres AS.  Sebenarnya ini bukan pertama kali sebuah operasi militer ofensif dijalankan secara sepihak oleh eksekutif, namun kali ini konteksnya sangat sensitif yaitu pengeboman terhadap instalasi nuklir Iran, yang secara potensial bisa menyeret Amerika ke dalam perang besar di Timur Tengah.

    Berdasarkan Konstitusi AS, hanya Kongres yang berwenang menyatakan perang. Meskipun Presiden memiliki wewenang sebagai Commander-in-Chief, penggunaan kekuatan militer besar di luar negeri tetap membutuhkan otorisasi hukum, terutama jika bukan untuk pertahanan langsung. Dalam kasus Midnight Hammer, serangan dilakukan secara mendadak, tanpa pemberitahuan kepada Kongres terlebih dahulu, bahkan beberapa anggota Senat dari Partai Republik dan Demokrat sama-sama mengaku “dibuat terkejut”.

    Banyak kalangan khawatir bahwa serangan tersebut akan memicu eskalasi balasan dari Iran, memperluas konflik ke negara-negara tetangga seperti Irak, Lebanon, bahkan melibatkan Rusia atau China. Sejumlah pakar kebijakan luar negeri memperingatkan bahwa operasi ini dapat menyeret Amerika ke dalam “another endless war”, mengulang trauma Irak dan Afghanistan.

    Beberapa jam setelah berita serangan tersebar luas di media, gelombang demonstrasi muncul di kota-kota besar seperti Washington D.C., New York, Chicago, dan San Francisco. Slogan seperti “No War Without Consent” dan “Stop Imperial Airstrikes” terdengar di jalanan, menunjukkan kekhawatiran bahwa pemerintahan AS bertindak semaunya tanpa mandat rakyat.

    Pernyataan Tokoh-Tokoh Politik Amerika Serikat menyoroti operai ini datang dari antara lain, Senator Bernie Sanders menyebut operasi ini sebagai “reckless and unconstitutional”.  Sementara itu Alexandria Ocasio-Cortez menyebut tindakan itu “unilateral, illegal, and dangerous”.  Disisi lainnya  di kubu konservatif, Senator Rand Paul juga mengecam langkah ini sebagai “overreach of executive power”.

    Bila ditinjau alam kerangka hukum internasional, serangan sepihak terhadap negara lain tanpa mandat PBB juga bisa dianggap melanggar prinsip non-agresi yang diatur dalam Piagam PBB. Kritik ini juga datang dari sejumlah pengacara hak asasi manusia dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri.

    Pada titik inilah, Operasi Midnight Hammer menunjukkan paradoks kebijakan luar negeri Amerika Serikat: di satu sisi ingin mempertahankan dominasi strategis global, di sisi lain menghadapi resistensi internal ketika keputusan militer besar tidak disertai transparansi dan legitimasi hukum. Seperti kata James Madison, “The executive is the branch most prone to war; therefore the Constitution has with studied care vested the question of war in the legislature.” Operasi ini membuka kembali perdebatan klasik siapa sebenarnya yang berkuasa memulai perang di Amerika Serikat?

    Pada sisi lain, Midnight Hammer adalah kode sandi bagi serangan strategis Amerika Serikat terhadap fasilitas militer Iran , menyusul meningkatnya ketegangan akibat serangan rudal balasan Iran ke Israel. Misi ini menjadi istimewa bukan hanya karena targetnya, tetapi karena alat tempurnya B-2 Spirit, pembom siluman generasi lanjut yang dijuluki “hantu langit” oleh banyak analis pertahanan. Didesain dengan teknologi stealth tercanggih dan mampu menghindari radar paling modern sekalipun, B-2 adalah lambang supremasi udara Amerika Serikat—mampu menembus jantung pertahanan musuh tanpa meninggalkan jejak yang mudah dideteksi.

    Keistimewaan pertama terletak pada konsep operasinya: sebuah penetrasi udara strategis jarak jauh, dilaksanakan dari pangkalan udara Whiteman, Missouri, Amerika Serikat langsung ke atas wilayah Iran. Dengan jarak pulang-pergi lebih dari 20.000 kilometer, misi ini menuntut ketahanan luar biasa baik dari mesin pesawat, sistem avionik, hingga fisik dan psikis pilotnya. Dalam satu penerbangan yang berlangsung hingga 18 jam, para awak B-2 harus menjaga kewaspadaan dalam tingkat tertinggi, melewati sistem pertahanan udara Rusia buatan S-300 dan S-400 yang tersebar di sekitar wilayah Iran.

    Di tengah kondisi tersebut, operasi ini tidak hanya menguji kecanggihan teknologi, tetapi juga kemampuan logistik dan manajemen tempur Amerika Serikat. Dalam pelaksanaannya, setidaknya dua unit B-2 Spirit diterbangkan, dikawal oleh beberapa jet tempur F-22 Raptor dan didukung oleh pesawat tanker KC-135 dan KC-46 yang melakukan pengisian bahan bakar di udara secara bergantian. Ini adalah bentuk air campaign multi-dimensi: senyap, presisi, dan mematikan. Setiap gerakan dihitung, setiap detik dikendalikan dengan koordinasi jaringan pusat komando berbasis satelit yang menjangkau dari markas STRATCOM hingga stasiun ruang angkasa militer AS.

    Apa yang dibidik dalam operasi ini bukan hanya target fisik, tapi juga pesan strategis: bahwa Amerika Serikat masih memegang kendali penuh atas akses udara global, dan tidak akan segan melakukan operasi presisi tinggi untuk menjaga stabilitas yang mereka definisikan sendiri. Midnight Hammer menjadi penegasan ulang dari doctrine of air supremacy yang pernah diikrarkan sejak Operation Desert Storm dan kini kembali diperagakan dalam format yang lebih halus namun tetap garang.

    Bahkan dari sisi psikologis, operasi ini memukul balik kepercayaan diri Iran yang selama ini merasa unggul dengan arsenal rudal balistiknya. Dalam waktu singkat, beberapa situs strategis yang diduga menjadi basis peluncuran rudal Fattah dan Kheibar Shekan dilumpuhkan, tanpa peringatan, tanpa dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara domestik Iran. Dalam dunia peperangan modern, ini disebut sebagai shock and awe, tapi dengan intensitas yang dibungkus senyap.

    Keistimewaan lainnya terletak pada sinyal diplomatik yang dibawa operasi ini. Tanpa mengumumkan perang secara resmi, Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka bisa menyerang tanpa harus berteriak. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada Teheran, tetapi juga kepada Moskow dan Beijing: bahwa supremasi udara Amerika, meskipun tanpa pengumuman resmi, tetap mampu mendikte arah konflik kawasan.

    Dari sudut pandang strategi udara, Midnight Hammer adalah studi kasus tentang keunggulan teknologi, keberanian operasi jarak jauh, dan kecerdikan diplomatik yang disisipkan dalam aksi militer. Ia membuktikan bahwa dalam dunia kontemporer, pertempuran tidak selalu membutuhkan armada besar yang mencolok. Cukup satu pesawat siluman di malam hari, dan seluruh konstelasi kekuatan bisa berubah. Itulah operasi Midnight Hammer yang menjadi istimewa karena penuh kontroversi sekaligus sebuah pameran kekuatan AS ditengah konflik Timur Tengah.

    Referensi:

    1. Defense News, “USAF’s B-2 Stealth Bombers Launch Long-Range Precision Strike on Iran”, April 2025.
    2. Air & Space Forces Magazine, “Inside Operation Midnight Hummer: B-2’s Longest Combat Flight Since Kosovo”, Mei 2025.
    3. The Drive – Warzone, “Why the B-2 Spirit Remains America’s Stealth Symbol in Global Strike Operations”, 2024.
    4. RAND Corporation, The Future of Air Dominance, 2023.
    5. Federation of American Scientists (FAS), “Iran’s Air Defense Network: Capabilities and Weaknesses”, 2024.
    6. The Aviationist, “Air-to-Air Refueling and the Strategic Reach of Stealth Bombers”, 2023.

    Jakarta  24 Juni 2025

    Pusat Kajian Indonesia Center for Air Power Studies

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleCatatan Penting dari Konflik Iran–Israel dan Posisi Indonesia
    Next Article Yang menarik dari serangan Jepang ke Pearl Harbor
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Mantan KSAU ingatkan, Israel Bangkitkan Singa Tidur. Tapi Langit Indonesia Pun Sudah Lama Direbut Asing

    06/29/2025
    Article

    Yang menarik dari serangan Jepang ke Pearl Harbor

    06/29/2025
    Article

    Catatan Penting dari Konflik Iran–Israel dan Posisi Indonesia

    06/29/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.