Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Resensi Buku  Keamanan Nasional dan Penerbangan
    Article

    Resensi Buku  Keamanan Nasional dan Penerbangan

    Chappy HakimBy Chappy Hakim12/24/2025No Comments6 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Penulis: Chappy Hakim

    Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia (bekerja sama dengan Pusat Studi Air Power Indonesia/PSAPI)

    Terbit: Desember 2025

    Tebal/Ukuran: xiv + 410 hlm; 16 x 24 cm

    ISBN: 978-623-321-405-6 (cetak); 978-623-321-406-3 (PDF/digital)

    Buku Keamanan Nasional dan Penerbangan karya Chappy Hakim ini mengajak kita untuk melihat ruang udara diatas teritori NKRI.  Wilayah Udara yang penuh berisi kepentingan,  risiko,  peluang, dan pada saat yang sama berisi martabat sebuah negara. Penerbangan, dalam kacamata buku ini, bukan urusan  take off dan landing semata, melainkan urusan kedaulatan negara dan antisipasi dari nasib masa depan bangsa. Kita sering salah kaprah menempatkan penerbangan hanya sebagai cabang transportasi dengan setumpuk masalah mengenai tiket mahal, jadwal molor, bagasi hilang, atau antrean panjang di terminal. Keluhan-keluhan itu valid, tetapi bila berhenti di sana, kita melewatkan inti persoalan yang jauh lebih penting. Di balik tiket dan boarding pass, ada persoalan strategis yang menyangkut kedaulatan wilayah udara, kesiapsiagaan nasional, ketahanan ekonomi, hingga kemampuan sebuah bangsa mengelola sistem kompleks bernama keselamatan. Penerbangan adalah salah satu cermin paling jujur untuk menilai apakah sebuah negara benar-benar berfungsi dengan baik. Apakah regulasinya tegas, institusinya rapi, koordinasinya berjalan, disiplin warganya terpelihara, dan kepemimpinannya mampu memutuskan dengan akal sehat, bukan sekadar dengan pandangan sempit dari visi 5 tahunan.

    Buku ini terbit pada Desember 2025, tebalnya lebih dari empat ratus halaman, diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia bersama Pusat Studi Air Power Indonesia. Ia hadir sebagai jilid lanjutan dari dua jilid sebelumnya, yang menandai konsistensi penulis, menulis bukan hobi, melainkan tanggung jawab. Menulis dalam kata pengantar buku ini ditegaskan sebagai bukan aktivitas mengisi waktu. Menulis adalah cara mengabdi, cara berbagi perspektif, cara menguji gagasan di ruang publik, dan pada akhirnya cara merawat akal sehat bersama. Di zaman serba bising dengan hiruk pikuk medsos, buku yang lahir dari tradisi menulis berkala seperti ini terasa penting, ia bukan sekadar dokumentasi opini, tetapi arsip kegelisahan yang dibingkai menjadi  sebuah refleksi.  Salah satu daya tarik utama buku ini adalah luasnya cakupan isu. Di dalamnya terkumpul puluhan tulisan yang bergerak dari satu tema ke tema lain mulai dari soal maskapai sebagai instrumen kedaulatan, relasi penerbangan sipil dan militer, total kekuatan nasional di udara, sampai pada pelanggaran wilayah udara dan tugas mengelola ruang udara nasional. Ada pula pembahasan yang melompat ke geopolitik dan perang modern, termasuk dinamika Rusia–Ukraina, konsep no fly zone, sistem pertahanan udara, dan konsekuensi teknologi terhadap strategi perang. Penulis seolah ingin mengatakan bahwa dunia penerbangan tidak hidup di ruang yang steril. Ia hidup di  dalam dunia yang sedang berubah cepat, tidak linear, dan penuh kejutan. Satu konflik di satu kawasan bisa memengaruhi jalur udara, harga energi, logistik global, dan pada akhirnya keamanan nasional negara lain yang jauh sekalipun. Yang membuat buku ini terasa khas bukan sekadar daftar topiknya. Khasnya ada pada cara pandang mengenai penerbangan yang dibaca sebagai “urusan negara” dalam arti paling konkret. Penerbangan adalah infrastruktur kedaulatan, sama pentingnya dengan pelabuhan, jalan, dan sistem komunikasi. Ia juga merupakan infrastruktur ekonomi, karena logistik dan mobilitas manusia tak bisa bertumpu pada satu moda saja dalam negara kepulauan. Dan ia sekaligus infrastruktur pertahanan, karena tanpa kendali udara, sebuah negara rentan dibaca orang lain sebagai wilayah yang bisa diperlakukan sesuka hati. Dengan cara pandang seperti itu, penerbangan tidak lagi bisa dikelola hanya dengan logika administratif. Ia menuntut logika strategis tentang apa konsekuensi sebuah keputusan regulasi, bagaimana dampaknya terhadap daya saing, bagaimana efeknya terhadap kesiapsiagaan, dan bagaimana ia memengaruhi posisi tawar negara di ruang regional maupun global.

    Karena bentuknya kompilasi artikel, buku ini tidak mengunci pembaca pada satu alur lurus. Ia bisa dibaca seperti seseorang membaca peta yakni memilih titik yang ingin didatangi, lalu menghubungkannya dengan titik lain. Bagi pembaca yang bekerja di sektor penerbangan, mungkin akan langsung tertarik pada tulisan-tulisan tentang manajemen, keselamatan, dan industri. Bagi pembaca yang datang dari latar belakang pertahanan dan studi strategis, tulisan tentang penguasaan udara, ancaman, dan geopolitik akan terasa lebih “menggigit”. Sementara pembaca umum bisa menikmati sisi humanisnya seperti kisah-kisah tentang pengalaman, renungan, dan cara penulis yang mengaitkan peristiwa keseharian dengan pelajaran yang lebih luas. Di sini, penerbangan tidak disajikan sebagai materi kuliah yang dingin, melainkan sebagai lanskap kehidupan karena  ada disiplin, ada tanggung jawab, ada moralitas, dan juga ada konsekuensi.

    Kekuatan lain dari buku ini adalah terletak pada keberaniannya menyandingkan tema-tema yang sering dipisah. Ada tulisan tentang teknologi dan sistem pertahanan, lalu bersambung dengan refleksi tentang demokrasi, kepemimpinan, bahkan literasi. Sekilas tampak melompat, tetapi justru di situlah pesan yang lebih dalam seperti keamanan nasional bukan hanya soal senjata, tetapi juga soal kualitas manusia dan kualitas institusi. Negara bisa membeli peralatan tercanggih, tetapi bila budaya disiplin rapuh, koordinasi antarlembaga buruk, dan keputusan dibuat dengan pikiran pendek, maka kecanggihan itu menjadi kosmetik. Penerbangan, yang selalu menuntut presisi dan standar, mengajarkan bahwa keselamatan tidak pernah lahir dari slogan. Ia lahir dari latihan, dari prosedur, dari kepatuhan, dari pemimpin yang memberi contoh, dan dari sistem yang menghukum kelalaian tanpa pilih kasih. Bila pelajaran ini ditarik ke ranah kebangsaan, kita akan memahami mengapa penulis kerap menyinggung moral dan integritas,  karena tanpa integritas adalah mustahil akan memperoleh  aspek keamanan.

    Tentu saja, format kompilasi memiliki konsekuensi. Ada bagian-bagian yang terasa episodik, kadang mengulang gagasan yang sama dengan konteks berbeda. Namun, pengulangan semacam ini bisa dibaca sebagai penekanan. Dalam dunia keselamatan, pengulangan bukan sebuah kesalahan tetapi ia justru cara memastikan sebuah prinsip yang menempel di kepala. Dan dalam dunia kebangsaan, beberapa hal memang perlu diulang terus-menerus sampai menjadi kesadaran publik.  Ruang udara adalah bagian dari kedaulatan, bahwa keselamatan adalah kerja kolektif, bahwa industri penerbangan bukan sekadar bisnis, dan bahwa negara kepulauan membutuhkan tata kelola udara yang serius, rapi, dan berwibawa serta terencana dengan baik. Buku ini lebih dari sekadar kumpulan tulisan tentang penerbangan. Ia adalah ajakan untuk mengubah cara kita memandang langit, wilayah udara Nusantara. Langit bukan dekorasi geografis. Langit adalah domain strategis yang menentukan apakah Indonesia hanya menjadi pasar, atau menjadi pemain. Ia menentukan apakah kita sekadar mengikuti arus, atau mampu mengatur arus. Ia menentukan apakah negara hadir sebagai pengelola yang cerdas, atau menghilang sebagai penonton yang hanya ramai ketika terjadi musibah. Keamanan Nasional dan Penerbangan mengingatkan bahwa menjadi bangsa besar tidak cukup hanya dengan pidato besar. Bangsa besar ditandai oleh kemampuannya mengelola hal-hal yang tampak teknis namun sesungguhnya menentukan nasib dalam hal keselamatan, kedaulatan, tata kelola, dan keberanian mengambil langkah tepat waktu.

    Membaca buku ini, kita seperti diingatkan sekali lagi bahwa di udara, keputusan sekecil apa pun dapat berdampak besar. Dan di negara, keputusan sekecil apa pun, jika menyangkut ruang strategis dapat berdampak lintas generasi. Itulah mengapa buku ini terasa relevan untuk dibaca bukan hanya oleh orang penerbangan, melainkan oleh siapa pun yang peduli pada Indonesia. Sebab, cepat atau lambat, nasib sebuah bangsa akan ditentukan oleh cara ia menjaga ruang hidupnya. Dan bagi Indonesia, ruang hidup itu bukan hanya darat dan laut. Ia juga wilayah udara yang seharusnya kita pandang dengan penuh hormat, penuh kesadaran, dan penuh rasa tanggung jawab.

    Jakarta  21 Desember 2025

    Tim Redaksi Netral News.com

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticlePeradaban Rambut Nusantara
    Next Article Resensi Buku Mamak Pulang
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Obituari Marsma TNI Fajar Adrianto “Red Wolf”

    12/24/2025
    Article

    Resensi Buku Mamak Pulang

    12/24/2025
    Article

    Peradaban Rambut Nusantara

    12/24/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.