Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Tragedi Tejas di Dubai
    Article

    Tragedi Tejas di Dubai

    Chappy HakimBy Chappy Hakim11/23/2025No Comments6 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Pada 21 November 2025, Sebuah pesawat tempur ringan HAL Tejas milik Angkatan Udara India (IAF) jatuh dan terbakar saat melakukan demonstrasi pada Dubai Airshow 2025 di Al Maktoum International Airport, Dubai. Tejas  adalah nama pesawat tempur buatan HAL berasal dari bahasa Sanskerta yang lebh kurang artinya  kekuatan/tenaga/kilat atau energi. Pesawat Tejas menghunjam tanah sekitar pukul 14.10 waktu setempat, memunculkan bola api besar dan kepulan asap hitam di depan ribuan penonton. Pilot  seorang perwira berpangkat Wing Commander setara Letnan Kolonel gugur dalam tugas.  Dunia penerbangan berduka.

    Kebanggaan Program Kemandirian Pertahanan India

    Tejas bukan sekadar sebuah pesawat tempur, karena ia adalah juga sudah merupakan simbol kebanggaan dari ambisi India untuk mandiri di bidang alutsista. Dirancang sebagai Light Combat Aircraft (LCA) oleh Hindustan Aeronautics Limited (HAL), Tejas diproyeksikan menggantikan MiG-21 buatan Soviet yang sudah menua dan menjadi tulang punggung upaya modernisasi kekuatan udara India. Pesawat ini berkonfigurasi sayap delta, bermesin tunggal General Electric, dan diklaim sebagai fighter generasi antara 4 dan 4,5 dengan kemampuan multi role yaitu berkemampuan  air to air, air to ground dan juga melaksanakan misi maritim.  Dalam kerangka kebijakan “Make in India”, Tejas ditempatkan sebagai ikon kemandirian industri pertahanan, sekaligus alat diplomasi pertahanan India di kawasan yang kompetitif, terutama dalam konteks persaingan dengan Tiongkok serta dukungan Beijing terhadap program penerbangan militer Pakistan.

    Detik-detik Kecelakaan di Dubai Airshow

    Pada hari terakhir Dubai Airshow 2025, Tejas tampil dalam rangkaian aerobatik yang menonjolkan kelincahan dan power to weight ratio pesawat. Sejumlah saksi dan rekaman video menunjukkan pesawat melakukan beberapa manuver berenergi tinggi, high-speed pass, roll, dan looping, sebelum memasuki manuver negatif G pada ketinggian rendah. Tak lama kemudian, pesawat tampak kehilangan kendali dan masuk ke sudut hidung turun yang sangat curam, lalu menghantam tanah dan meledak.  Kepulan asap hitam segera membubung, sirene meraung, dan tim pemadam serta layanan darurat bandara bergegas ke lokasi. Pihak IAF mengumumkan bahwa pilot mengalami kondisi fatal dan gugur dalam kecelakaan tersebut, seraya menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan.  Menarik untuk dicatat, pertunjukan terbang lain di Dubai Airshow dihentikan sementara dan baru dilanjutkan sekitar dua jam setelah area kecelakaan dinyatakan aman. Hal ini menggambarkan bagaimana event besar seperti airshow sudah membangun standar respon darurat yang sangat ketat, tetapi tetap tidak dapat sepenuhnya menghilangkan risiko inheren dari demonstrasi aerobatik.

    Antara Spektakel dan Risiko di Airshow

    Airshow internasional adalah panggung etalase kemampuan teknologi, sekaligus arena “unjuk gigi” politik dan industri. Negara seperti India berkepentingan menunjukkan bahwa produk dalam negerinya , dalam hal ini Tejas , mampu tampil sejajar dengan fighter dari Amerika, Eropa, maupun Rusia. Manuver-manuver agresif di ketinggian rendah dipilih karena paling dramatis dan paling impresif bagi publik dan calon pembeli. Namun di titik itulah margin keselamatan menjadi sangat tipis. Manuver negatif-G pada ketinggian rendah, seperti yang diduga dilakukan Tejas sesaat sebelum jatuh, menuntut disiplin energi dan ketinggian yang sangat presisi ruang untuk koreksi apabila terjadi sedikit saja loss of control menjadi hampir tidak ada.  Bagi pilot, terlebih seorang demonstration pilot yang berpengalaman, tekanan bukan hanya teknis tetapi juga psikologis, keinginan menampilkan performa terbaik di depan publik internasional, kamera media global, dan bahkan pejabat tinggi pertahanan yang hadir di tribun kehormatan. Kombinasi tuntutan teknis dan psikologis inilah yang selalu membuat display flight menjadi pekerjaan yang berada di ujung spektrum risiko operasi udara.

    Menunggu Investigasi, Menghindari Spekulasi

    Segera setelah kejadian, IAF menyatakan bahwa sebuah court of inquiry dibentuk untuk menyelidiki penyebab kecelakaan. Otoritas Uni Emirat Arab juga terlibat dalam proses investigasi, mengingat lokasi kejadian berada di wilayah kedaulatan mereka.  Pada fase awal seperti ini, media dan publik cenderung tergoda untuk langsung menunjuk “biang keladi”: apakah pilot error, kerusakan mesin, masalah flight control, atau kelemahan desain pesawat. Sejumlah analis di televisi maupun media sosial segera berspekulasi dengan mengutip cuplikan video amatir yang beredar. Padahal, dalam tradisi keselamatan penerbangan, kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan hanya lahir dari badan investigasi resmi yang menganalisis, data rekaman penerbangan (FDR), rekaman percakapan (jika ada), catatan perawatan pesawat, kondisi lingkungan (angin, suhu, densitas udara), serta kultur operasi dan training yang melatarbelakanginya.

    Kasus Tejas ini tampaknya akan mengikuti pola yang sama: butuh waktu bagi tim investigasi gabungan untuk mengurai rangkaian faktor  teknis, manusia, prosedural, hingga mungkin faktor desain yang berkontribusi pada kecelakaan. Hingga laporan sementara dan laporan akhir resmi diterbitkan, semua analisis sejatinya harus diberi label jelas sementara dan belum konklusif, bahkan cenderung spekulatif.

    Pukulan terhadap Program Tejas.

    Bagi India, insiden di Dubai ini adalah pukulan reputasi terhadap program Tejas yang selama ini digadang-gadang sebagai simbol kemandirian strategis. Apalagi, kecelakaan ini tercatat sebagai crash kedua yang melibatkan Tejas sejak pesawat tersebut dioperasikan  yang pertama terjadi pada 2024 dalam latihan di India.  Insiden Dubai juga terjadi hanya sehari setelah pemerintah India menandatangani kontrak besar untuk pengadaan tambahan puluhan unit Tejas, melengkapi pesanan sebelumnya, sehingga wajar jika kemudian muncul pertanyaan tentang dampak terhadap kepercayaan publik dan pasar ekspor.  Namun sejarah penerbangan militer menunjukkan bahwa hampir semua program fighter modern mengalami fase “goncangan” berupa rangkaian kecelakaan pesawat seperti F-16, F-18, Rafale, bahkan Sukhoi  sebelum mencapai kematangan operasional. Yang membedakan satu bangsa dengan bangsa lain adalah bagaimana mereka merespons apakah dengan menutup diri dan menyalahkan pihak lain, atau dengan menjadikan tragedi sebagai momentum untuk memperbaiki desain, training, dan doktrin operasi.

    Jika hasil investigasi kelak mengarah pada faktor teknis, maka produsen dan otoritas India akan dipaksa melakukan redesign, retrofit, atau pembaruan prosedur maintenance. Jika mengarah pada faktor manuver yang terlalu agresif di ketinggian rendah, maka doktrin display flight dan flight envelope untuk airshow kemungkinan besar akan direvisi. Dalam kedua kasus, pelajaran yang didapat akan melampaui batas negara India sendiri dan bermanfaat bagi komunitas penerbangan global.

    Manusia di Balik Mesin

    Di balik semua pembahasan tentang desain pesawat, flight envelope, dan kebijakan pertahanan, ada satu fakta yang tidak boleh tenggelam bahwa seorang pilot berpengalaman, Wing Commander dari Angkatan Udara India, kehilangan nyawanya dalam kecelakaan ini. Media India mengidentifikasinya sebagai Wing Commander Namansh Syal, seorang perwira yang dihormati di lingkungan IAF dan berasal dari Himachal Pradesh.  Ia berangkat ke Dubai untuk menjalankan misi yang di permukaan tampak “seremonial”, tetapi sejatinya sarat beban strategis, menunjukkan kemampuan negara, membangun citra industri, dan menguatkan diplomasi pertahanan. Tragedi yang menimpanya kembali mengingatkan bahwa setiap penerbangan militer, bahkan di panggung airshow, tetaplah sebuah operasi berisiko tinggi yang disangga oleh profesionalisme dan keberanian individu-individu seperti dirinya.

    Pelajaran dari Langit Dubai

    Kecelakaan Tejas di Dubai Airshow 2025 akan tercatat sebagai salah satu momen kelam dalam perjalanan program fighter domestik India. Namun, jika direspons dengan kedewasaan , melalui investigasi transparan, perbaikan sistemik, dan keterbukaan untuk belajar maka ia juga dapat menjadi batu loncatan menuju tingkat keselamatan dan keandalan yang lebih tinggi lagi. Bagi komunitas dirgantara dunia, pesan dari langit Dubai sebenarnya sama dan sederhana: teknologi boleh semakin canggih, avionik boleh semakin pintar, tetapi kerendahan hati untuk menghormati batas-batas fisika, disiplin prosedur, dan pentingnya investigasi berbasis data tidak pernah boleh luntur. Di atas semua itu, setiap angka di statistik kecelakaan selalu berarti satu nyawa manusia yang kembali ke bumi lebih cepat dari seharusnya  dan dari sanalah kesadaran kita seharusnya bermula.

    Jakarta 22 November 2025, (Disusun dari berbagai sumber).

    Chappy Hakim Pusat Studi Air Power Indonesia

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleBand Timutiwa di California
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Band Timutiwa di California

    11/23/2025
    Article

    KNKT dan NTSB dalam Kasus SilkAir 185

    11/23/2025
    Article

    SilkAir 185

    11/23/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.