Judul: Pemilu Nasional Serentak 2019
Editor: Syamsuddin Haris
Buku ini diterbitkan oleh Penerbit: Pustaka Pelajar bekerja sama dengan LIPI & ERI. Tahun Terbit: 2020. Jumlah Halaman: ±181 halaman. Kontributor: Prof. Dr. Ramlan Surbakti, Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Prof. Dr. Saldi Isra, Dr. Kuskridho Ambardi, Dr. Nico Harjanto, Didik Supriyanto, Sri Nuryanti, Dra. Sri Yanuarti, dan Moch. Nurhasim
Membaca Panggung Demokrasi dalam Sekali Tarik Nafas
Demokrasi adalah panggung yang besar, dan pemilu adalah peristiwa puncaknya. Buku Pemilu Nasional Serentak 2019 ini tidak sekadar mencatat pelaksanaan pemilu sebagai prosedur administratif, melainkan menyibak dinamika politik, kelembagaan, serta tantangan sistemik dalam pemilu serentak pertama yang dilakukan Indonesia secara nasional. Disunting oleh pakar politik Syamsuddin Haris dan ditulis oleh para pemikir politik kenamaan Indonesia, buku ini hadir sebagai dokumentasi reflektif dan analitik atas pengalaman elektoral paling kompleks dalam sejarah demokrasi Indonesia.
Pemilu serentak pada 17 April 2019 memang menjadi momen bersejarah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah republik ini, rakyat memberikan suara serentak untuk lima jenis pemilihan: DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, DPD, serta Presiden-Wakil Presiden. Bayangkan beban politik dan informasi yang harus dipikul oleh pemilih. Dalam satu hari, rakyat diminta menentukan arah legislatif dan eksekutif sekaligus. Efisien di atas kertas, tapi rumit dalam praktik.
Isi Buku: Dari Teori ke Realitas Politik
Buku ini terbagi dalam sejumlah bab yang ditulis oleh para kontributor berbeda, namun semuanya mengerucut pada tiga tema besar: sistem pemilu, kelembagaan penyelenggara, dan evaluasi terhadap dampak pemilu serentak.
Kerangka Teoritis dan Desain Pemilu
Bagian awal buku membahas kerangka sistematis pemilu, baik dari sisi hukum, sejarah, maupun teori representasi. Salah satu isu yang banyak dibedah adalah perdebatan antara sistem proporsional terbuka dan tertutup. Para penulis menyajikan argumentasi tajam bahwa sistem terbuka di mana rakyat memilih langsung calon legislatif, bukan hanya partai memang demokratis, tetapi juga membuka ruang kompetisi yang mahal dan penuh intrik. Politik uang, pencitraan berlebihan, dan persaingan internal partai menjadi ekses yang tak terelakkan.
Kelembagaan Pemilu dan Tantangan Etika
Bab-bab berikutnya membedah fungsi dan tantangan yang dihadapi KPU, Bawaslu, dan DKPP. Buku ini menyoroti bagaimana penyelenggara pemilu harus tetap menjaga independensi di tengah gempuran tekanan politik dan ekspektasi publik yang tinggi. Standar etika dan integritas disorot secara tajam, karena keberhasilan pemilu tidak hanya bergantung pada aturan, tetapi juga pada moralitas para pelaksananya.
Evaluasi Pemilu Serentak 2019
Bagian akhir buku lebih bersifat evaluatif. Beberapa kelebihan pemilu serentak diulas, seperti efisiensi anggaran, penguatan sistem presidensial melalui efek “ekor jas” (coattail effect), dan potensi penguatan pemerintahan. Namun, di sisi lain, muncul kritik bahwa pemilu serentak justru membebani pemilih, menurunkan kualitas deliberasi, dan memperbesar kemungkinan terjadinya kesalahan pemungutan dan penghitungan suara.
Kelebihan Buku
Yang paling menonjol dari buku ini adalah pendekatannya yang multidisipliner. Para penulis tidak hanya berasal dari latar belakang politik praktis, tetapi juga akademisi, pengamat hukum, dan praktisi pemilu. Ini membuat narasi dalam buku menjadi berimbang di ranah teoritis namun tetap membumi. Selain itu, buku ini menyuguhkan argumen yang tajam namun tidak menggurui. Gaya tulisannya analitik, namun tetap komunikatif. Setiap bab bisa dibaca secara mandiri, namun jika dirangkai akan membentuk pemahaman yang utuh tentang kompleksitas pemilu serentak.
Kekurangan Buku
Namun demikian, buku ini juga memiliki sejumlah keterbatasan. Beberapa bagian masih terlalu teknokratik, dengan banyak istilah hukum dan politik yang mungkin sulit dipahami oleh pembaca umum. Selain itu, buku ini lebih banyak fokus pada aspek kelembagaan dan normatif, sementara dinamika sosiologis pemilih, seperti peran media sosial dan penyebaran hoaks, belum mendapat porsi pembahasan yang cukup memadai.
Relevansi Buku dalam Konteks Indonesia Kini
Pemilu Nasional Serentak 2019 sangat relevan dibaca di tengah wacana perbaikan sistem pemilu yang terus bergulir di Indonesia. Di tengah wacana kembali ke sistem proporsional tertutup, dan munculnya kembali perdebatan tentang presidential threshold, buku ini menjadi sumber penting untuk memperkaya diskursus publik secara ilmiah. Terutama bagi mahasiswa ilmu politik, pegiat demokrasi, atau siapa pun yang peduli pada masa depan politik Indonesia, buku ini adalah bacaan wajib. Lebih dari sekadar catatan pemilu, buku ini adalah cermin. Ia memperlihatkan kepada kita bahwa demokrasi bukan proses sekali jadi, melainkan proses belajar terus-menerus. Dan dalam proses itu, pemilu bukan hanya soal siapa yang menang, tapi seberapa adil, jujur, dan bermartabat prosesnya.
Demikianlah, Buku Pemilu Nasional Serentak 2019 adalah catatan penting sekaligus pengingat bahwa dalam demokrasi, perubahan prosedur harus disertai kesiapan struktural, kultural, dan moral. Pemilu bukan sekadar teknis, tetapi juga menyangkut nilai dan etika. Buku ini menawarkan refleksi kritis dan saran konkret yang sangat dibutuhkan untuk merancang pemilu masa depan yang lebih bermutu dan bermartabat. Membaca buku ini seperti menyimak suara hati para akademisi dan praktisi yang resah namun tetap optimis. Sebuah sumbangan intelektual yang penting bagi demokrasi Indonesia yang sedang tumbuh menuju kedewasaan.
Jakarta 19 Juli 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia