Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • Home
    • Biography
    • Photo
    • Books CH
    • Video
    • Around The World
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest Vimeo
    Chappy HakimChappy Hakim
    Subscribe
    Chappy HakimChappy Hakim
    Home»Article»Refleksi dari Battle of Britain
    Article

    Refleksi dari Battle of Britain

    Chappy HakimBy Chappy Hakim07/18/2025No Comments4 Mins Read
    Share Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Oleh: Chappy Hakim

    Perang tidak pernah muncul dengan tiba tiba. Ia lahir dari akumulasi ketegangan, ambisi, dan kesalahan strategi. Battle of Britain, yang terjadi antara Juli hingga Oktober 1940, merupakan kelanjutan logis dari ekspansi militer Jerman Nazi di awal Perang Dunia II. Setelah menggulung Polandia, Belanda, Belgia, dan akhirnya Prancis hanya dalam hitungan bulan, Adolf Hitler mengarahkan pandangannya ke satu-satunya kekuatan besar di Eropa Barat yang tersisa: Britania Raya. Rencana invasi darat ke Inggris diberi sandi Operation Sea Lion. Namun, Hitler dan para jenderalnya memahami bahwa sebelum tentaranya bisa menyeberangi Selat Inggris, mereka harus terlebih dahulu menguasai udara. Royal Air Force (RAF) harus dihancurkan agar Luftwaffe angkatan udara Jerman bisa memberikan perlindungan udara penuh bagi armada invasi. Dengan pemikiran ini maka dimulailah Battle of Britain perang udara terbesar dan paling menentukan di abad ke-20.  Disisi lain tentu saja Jerman juga sangat menyadari tentang kekuatan Inggris di laut yang sangat terkenal dengan jargon Great Britain rules the waves sejak tahun 1740.  Pertempuran ini adalah konfrontasi ideologis dan militer antara totalitarianisme dan demokrasi, antara dominasi daratan Eropa dan pulau yang menolak tunduk. Dalam sejarah kekuatan udara, ini menjadi momen pertama ketika eksistensi suatu bangsa dipertaruhkan sepenuhnya di wilayah udara kedaulatannya.

    Wilayah Udara Menjadi Teater Perang

    Pada pertengahan September 1940, langit di atas Inggris bukan lagi sekadar bentangan awan dan burung-burung beterbangan. Ia menjelma menjadi panggung pertarungan hidup dan mati antara dua kekuatan udara besar  RAF Inggris dan Luftwaffe Jerman. Dalam artikel Brett Holman, tergambar betapa pertempuran ini bukan hanya tentang duel di udara, tapi juga tentang bagaimana sebuah bangsa mengalami perang bukan hanya dari parit dan gorong gorong menggunakan tank, melainkan dari atap rumah mereka. Jejak asap putih dari pesawat membentuk lingkaran-lingkaran dramatis di langit menjadi metafora yang kuat. Di bawahnya, rakyat Inggris menyaksikan pertempuran seperti menonton panggung raksasa, kadang bersorak, kadang diam membisu, terguncang oleh ledakan dan serpihan.

    Judul-judul koran kala itu seperti “Million cheer London battle” atau “Bomber wreckage rains on city” memperlihatkan betapa media mencoba membingkai tragedi ini dalam semangat kompetisi. Bahkan jumlah pesawat yang jatuh dilaporkan seperti skor pertandingan kriket. Holman menulis, “It felt like a game,” terasa dan terlihat seperti sebuah permainan. Tapi ini bukan pertandingan. Ini adalah pertarungan eksistensial yang menuntut nyawa pilot-pilot muda, membakar rumah-rumah warga, dan mencabik kepercayaan diri musuh.

    Warga Sipil yang Menjadi Penonton dan Korban

    Banyak warga Inggris di luar kota besar memang tidak melihat langsung duel udara ini. Namun, mereka mendengar laporan BBC yang disiarkan layaknya siaran langsung pertandingan olahraga. Di London, orang-orang menatap ke langit, menyaksikan para “Few” julukan bagi pilot RAF bertarung mempertahankan tanah air mereka. Ketika kota Croydon dibom pada 15 Agustus, publik mulai sadar bahwa mereka bukan hanya penonton. Mereka juga merupakan bagian dari sasaran musuh. Ironisnya, meskipun bom-bom dijatuhkan oleh Jerman, kemarahan publik tidak langsung meledak. Baru setelah dimulainya Blitz serangan udara besar-besaran atas London dan kota-kota lain pada awal September rakyat benar-benar merasakan dampak penuh dari perang ini.

    Narasi, Moral, dan Kemenangan Udara

    Holman mencatat bahwa istilah Battle of Britain baru mengemuka secara resmi setelah pidato Winston Churchill pada 18 Juni 1940. Ia menyadari bahwa pertempuran ini bukan hanya soal pertahanan teritorial, tetapi soal identitas nasional dan moral. Jika Inggris kalah di udara, maka daratan akan terbuka lebar bagi invasi. Tapi jika menang, maka itu akan menjadi pembuktian bahwa demokrasi mampu bertahan menghadapi kekuatan totaliter. Secara strategis, kemenangan Inggris dalam Battle of Britain mengubah arah perang. Ini adalah kegagalan pertama Jerman dalam ekspansi militer mereka dan kemenangan pertama bagi Sekutu. Keberhasilan ini diraih bukan hanya karena kualitas pesawat seperti Spitfire dan Hurricane, tapi juga karena kecanggihan sistem radar, efisiensi logistik, dan tentu saja, keberanian para pilot muda yang sebagian besar bahkan belum genap 20 tahun.

    Sebagai purnawirawan TNI AU, saya melihat Battle of Britain bukan hanya sebagai studi militer, tetapi sebagai pelajaran strategis dan kemanusiaan. Ia membuktikan bahwa kekuatan udara bukan pelengkap tetapi justru sebagai penentu. Dan lebih dari itu, ia mengingatkan kita bahwa pertahanan sejati tidak hanya dibangun di pangkalan militer, tetapi juga dalam hati rakyat yang percaya dan mendukung para pembela tanah air mereka. Langit memang bisa menjadi teater pertempuran. Tapi seperti yang ditunjukkan dalam peristiwa ini, langit juga bisa menjadi cermin memperlihatkan keberanian, keteguhan, dan semangat tak kenal menyerah sebuah bangsa.

    Jakarta 18 Juli 2025

    Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleMengapa Banyak Maskapai Menunda Penggunaan Boeing 777X
    Next Article Kapten AI171 dan Psikologi di Balik Kecelakaan Udara
    Chappy Hakim

    Related Posts

    Article

    Kapten AI171 dan Psikologi di Balik Kecelakaan Udara

    07/18/2025
    Article

    Mengapa Banyak Maskapai Menunda Penggunaan Boeing 777X

    07/18/2025
    Article

    Kenapa dan Bagaimana Stres

    07/15/2025
    Add A Comment
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    © 2025 Dunia Penerbangan Chappy Hakim. All Rights Reserved. Dev sg.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.