Makna Sandi dalam sebuah operasi militer berteknologi Tinggi
Tanggal 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan ugal ugalan terhadap sasaran strategis di berbagai lokasi di Iran. Sasaran utama biasanya adalah lokasi dari instalasi nuklir, unit unit basis militer, kedudukan pusat komando dan pengendalian dan bahkan juga sasaran padat penduduk. Perang masa kini memang sudah bukan lagi Angkatan Perang melawan Angkatan Perang tetapi meluas Negara melawan negara. Perang yang total dan cerdas, total and smart war. Dalam kesempatan ini Israel melaksanakannya dengan nama sandi Operasi Rising Lion. Banyak yang bertanya apa makna dan arti dari kata sandi ini.
Dalam dunia militer, tak ada yang sepenuhnya kebetulan. Termasuk ketika sebuah operasi diberi nama sandi tertentu—apalagi jika operasi itu dilakukan oleh negara sekelas Israel dalam konstelasi konflik tingkat tinggi dengan Iran. Nama sandi “Rising Lion” yang digunakan oleh Israel dalam serangan besar ke wilayah Iran baru-baru ini, bukan sekadar rangkaian kata yang gagah. Ia membawa makna historis, simbolik, dan bahkan spiritual.
Kata “Rising Lion” atau “Singa yang Bangkit” diambil dari kitab suci, tepatnya Bilangan 23:24, yang menggambarkan bangsa yang bangkit layaknya seekor singa besar yang tak akan tenang sebelum menaklukkan mangsanya. Kutipan itu bukan hanya dibacakan, tetapi juga ditulis oleh Perdana Menteri Netanyahu dan ditempelkan di Tembok Ratapan menjelang operasi militer tersebut digelar. Sebuah simbol yang kuat dan jelas—bahwa mereka tidak sedang meluncurkan serangan biasa, tetapi sebuah pernyataan strategis yang dibalut keyakinan ideologis dan keagamaan.
Namun yang menarik, dalam era teknologi tinggi seperti sekarang, nama sandi operasi tak hanya dipakai sebagai penanda misi di lapangan. Nama seperti “Rising Lion” juga menjadi password utama dalam pengoperasian sistem-sistem digital, software tempur, bahkan kendali drone dan platform senjata otonom yang dilibatkan dalam operasi. Sistem komputer militer—baik yang dipasang di pesawat tempur, pusat kendali rudal, maupun ruang perang digital (cyber ops)—biasanya memerlukan autentikasi berlapis. Salah satunya, menggunakan codeword atau sandi operasi untuk membuka akses ke dalam sistem perintah dan kendali. Dalam konteks inilah, nama sandi bukan hanya simbol, tetapi juga menjadi bagian dari “tombol” yang memulai perang.

Operasi Rising Lion sendiri diluncurkan pada 13 Juni 2025, dengan melibatkan lebih dari 200 pesawat tempur, puluhan drone siluman, serta sistem peperangan elektronik. Serangan ini menyasar lebih dari 100 target strategis di Iran, mulai dari fasilitas nuklir di Natanz dan Fordow, pusat pengembangan rudal balistik, hingga markas pasukan elite dan pos komando penting. Dalam waktu kurang dari 12 jam, berbagai fasilitas militer Iran porak poranda, dan langit Timur Tengah kembali berubah menjadi panggung api dan kepulan asap.
Nama singa, bagi Israel, bukanlah sembarang hewan. Ia melambangkan suku Yehuda—simbol kekuatan dan keberanian dalam tradisi Yahudi. Dalam banyak literatur militer Israel, kekuatan singa juga sering dipakai untuk menggambarkan semangat “tidak mundur sebelum menang”. Bahkan, sebagian analis melihat bahwa istilah “Rising Lion” diam-diam juga menyentuh simbol kuno Iran sendiri: Lion and Sun—lambang negara Persia pra-revolusi 1979. Jika dugaan ini benar, maka pemilihan sandi ini pun membawa nuansa psikologis yang dalam: pesan kepada Iran bahwa kekuatan lama mereka telah bangkit, tapi bukan dari Teheran, melainkan dari pihak musuhnya.
Di balik kekuatan simbol dan senjata itu, terdapat pula pelajaran penting. Bahwa dalam peperangan modern, penguasaan atas langit dan ruang siber menjadi kunci. Dan untuk menguasai langit, bukan hanya dibutuhkan pesawat-pesawat tempur canggih, tapi juga sistem yang saling terhubung—networked warfare—yang tidak bisa dijalankan tanpa sandi, kata kunci, dan perangkat lunak rahasia. Dalam satu sandi “Rising Lion” tersembunyi ribuan algoritma, perintah kendali, hingga sistem koordinasi lintas matra.
Maka dalam peperangan hari ini, kata sandi operasi bukan lagi sekadar tradisi militer, tetapi bagian dari sistem kendali digital dan cybernetic warfare. Ia adalah kunci untuk membuka sistem komando, mengaktifkan jaringan senjata, hingga menjadi akses login bagi operator drone di pusat kendali jauh di gurun Negev atau bunker bawah tanah. Satu sandi, bisa berarti hidup dan mati bagi ribuan orang di medan perang.
Dan inilah wajah baru dari pertempuran masa kini: perpaduan antara kitab suci, kekuatan simbol, sistem senjata berteknologi tinggi, dan… sebuah sandi rahasia yang diketik di layar komputer. Kata sandi untuk memicu kerja dari sekian banyak software yang telah di program jauh sebelumnya. Sebuah rangkaian serangan yang di tata dengan akurat dalam sebuah sistem yang rumit namun terkendali, mengandung implementasi yang cepat , kekuatan besar dan akurasi tinggi. Speed Power and Accuracy. Semua terbungkus dalam satu kemasan yang terpadu : The Rising Lion !
Referensi:
- Times of India, “Israel and Iran clash for fourth day: Missiles ignite the night sky” (2025).
- Economic Times India, “Operation Rising Lion unleashed: How Israel used deception, drones, and 200 fighter jets to cripple Iran’s nuclear ambitions” (2025).
- The Jerusalem Post, “Netanyahu quotes Bible at Western Wall before air strike” (2025).
- Chappy Hakim, Menjaga Ibu Pertiwi dan Bapak Angkasa, Kompas, 2024.
Jakarta 17 Juni 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia