Pendahuluan
Istilah Unidentified Flying Object atau UFO telah lama mengundang rasa ingin tahu, kegelisahan, bahkan juga ketakutan umat manusia. Fenomena benda terbang tak dikenal ini bukan hanya soal cahaya aneh di langit malam, melainkan juga menjadi titik temu antara sains, militer, geopolitik, dan imajinasi kolektif manusia. Sepanjang abad ke-20, laporan tentang penampakan UFO meledak di berbagai belahan dunia, memicu penyelidikan oleh lembaga resmi seperti militer Amerika Serikat hingga badan antariksa NASA. Namun, di balik sorotan publik yang luar biasa, tersimpan pula fakta-fakta kontroversial—termasuk keputusan NASA untuk menghentikan riset formal terkait UFO.
Di Indonesia, isu ini juga tidak asing, namun kerap dihadapi dengan campuran rasa penasaran, skeptisisme, dan spiritualisme khas Nusantara. Entah mengapa belakangan ini kabar tentang piring terbang atau UFO sudah menjadi jauh menurun. Akan tetapi tidak berarti orang sudah melupakannnya, UFO tetap saja masih menyimpan misteri yang menarik.
Awal Kemunculan dan Kepopuleran UFO
Fenomena UFO sebenarnya telah terekam dalam catatan sejarah manusia sejak zaman kuno. Relief Mesir Kuno, lukisan era Renaissance, hingga legenda dalam berbagai kebudayaan sering menggambarkan cahaya atau kendaraan aneh di langit. Namun, istilah “UFO” baru populer setelah insiden tahun 1947 ketika pilot Kenneth Arnold melaporkan melihat sembilan objek terbang misterius di atas Pegunungan Cascade, Washington, yang bergerak “seperti piring terbang yang memantul di air.” Media segera menciptakan istilah flying saucers atau “piring terbang,” dan sejak itu, publik mulai mengaitkan benda aneh dilangit dengan keberadaan makhluk dari luar angkasa.
Penelitian oleh Pemerintah dan NASA: Dari Proyek Blue Book hingga UAP
Dari 1952 hingga 1969, Angkatan Udara AS menjalankan Project Blue Book, sebuah program resmi untuk menyelidiki laporan UFO. Dari lebih 12.000 laporan, sekitar 700 kasus tetap tidak terjelaskan. Meskipun demikian, proyek tersebut dihentikan karena dianggap tidak ada ancaman keamanan nasional dan tidak ada bukti ilmiah bahwa UFO berasal dari luar angkasa..
NASA sendiri tidak secara aktif menyelidiki UFO sejak pembatalan proyek Blue Book, tetapi tetap mencermati laporan dari luar. Namun, pada 2022–2023, NASA membentuk kelompok studi independen untuk menyelidiki fenomena UAP (Unidentified Anomalous Phenomena), sebuah istilah baru yang menggantikan “UFO” karena dianggap lebih netral secara ilmiah. Laporan akhirnya menyatakan bahwa sebagian besar fenomena bisa dijelaskan oleh faktor alam atau teknologi manusia, dan ternyata tidak ada bukti kuat bahwa benda tersebut berasal dari peradaban luar angkasa.
Mengapa NASA Menghentikan Riset Tentang UFO?
Ada beberapa alasan mengapa NASA dan lembaga resmi lain mengurangi atau menghentikan riset terbuka tentang UFO:
1. Kurangnya Bukti Ilmiah yang Konsisten.
2. Isu Keamanan Nasional dan Kerahasiaan Militer.
3. Menghindari Sensasionalisme dan Konspirasi Publik.
4. Prioritas Anggaran dan Fokus Misi.
UFO di Indonesia: Campuran Sains, Mitos, dan Politik
Di Indonesia, laporan tentang penampakan UFO juga ada, meskipun tidak setinggi di negara-negara Barat. Salah satu laporan paling terkenal adalah insiden di Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), yang dikaitkan dengan “kerajaan laut” Nyi Roro Kidul dan makhluk gaib. Ada juga laporan penampakan cahaya misterius di kawasan Gunung Lawu, Merapi, dan Kalimantan, yang sering dikaitkan dengan dunia spiritual.
Namun, minimnya dokumentasi, rendahnya penggunaan radar sipil-militer secara terintegrasi, serta lemahnya pendekatan ilmiah membuat isu UFO di Indonesia lebih banyak masuk dalam wilayah kepercayaan dan cerita rakyat. Media sosial sempat heboh saat seorang pilot melaporkan benda aneh melintas di atas langit Sumatera pada 2022, namun laporan itu tak pernah dikonfirmasi otoritas resmi.
Di sisi lain, Indonesia sebenarnya bisa mengambil peran lebih aktif dalam isu ini, terutama dengan membangun sistem pemantauan ruang udara (aerospace awareness) yang lebih komprehensif, bukan hanya untuk UFO, tetapi juga sebagai bagian dari penguatan kedaulatan negara di udara .
Fenomena UFO atau UAP tetap menjadi wilayah abu-abu antara sains dan spekulasi. Meskipun sebagian besar laporan bisa dijelaskan secara teknis, tetap ada sejumlah kecil insiden yang belum terpecahkan. Keputusan NASA untuk mengakhiri riset formal bukan berarti kebenaran sudah ditemukan, melainkan karena tidak ditemukan cukup dasar ilmiah untuk terus mendanai penyelidikan dengan metode konvensional. Di Indonesia, urgensi riset semacam ini belum muncul secara strategis. Namun dalam konteks pertahanan dan kedaulatan wilayah udara, kemampuan untuk mengidentifikasi benda terbang anomali—apapun itu—menjadi bagian penting dari sistem nasional yang berdaulat. UFO mungkin tidak selalu soal alien. Tapi ia bisa menjadi cermin dari keterbatasan sains, bias politik, dan betapa luasnya wilayah pengetahuan yang masih belum kita kuasai. Betapa banyaknya misteri tentang kehidupan di dunia ini yang masih belum juga terungkap. Sebuah tantangan bagi kita semua yang hidup di dunia yang fana ini. UFO masih menjadi misteri yang menarik.
Jakarta 1 Mei 2025
Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia.