Oleh: Chappy Hakim
Tanggal 4 Juli bukan sekadar hari libur nasional di Amerika Serikat. Ia adalah momentum historis yang melambangkan lahirnya sebuah bangsa baru. Suatu bangsa yang memutuskan untuk berdiri di atas kakinya sendiri, bebas dari kekuasaan kolonial Inggris, dan bersumpah untuk membangun negara berdasarkan prinsip kebebasan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Inilah yang disebut sebagai Independence Day Hari Kemerdekaan Amerika Serikat.
Pada hari itu di tahun 1776, Declaration of Independence disahkan oleh Continental Congress. Sebuah dokumen revolusioner yang mengumandangkan prinsip bahwa semua manusia diciptakan setara, dan bahwa mereka memiliki hak yang tidak dapat dicabut termasuk hak untuk hidup, merdeka, dan mengejar kebahagiaan. Dokumen ini bukan sekadar pernyataan politik, tetapi juga pernyataan moral yang mengguncang dunia kala itu.
Sebuah Revolusi Melawan Kolonialisme
Kelahiran Amerika Serikat tidak terjadi dalam suasana damai. Ia lahir dari konflik panjang antara koloni-koloni di benua Amerika dengan pemerintahan Kerajaan Inggris. Perang kemerdekaan Amerika bukan semata perebutan wilayah, melainkan perjuangan ideologis tentang hak warga untuk menentukan nasib sendiri.
Inilah titik tolak penting yang kemudian menjadi inspirasi global. Banyak bangsa lain yang kemudian terilhami oleh keberanian rakyat Amerika dalam menolak penindasan dan memperjuangkan kedaulatan. Termasuk bangsa kita, Indonesia, yang berpuluh tahun kemudian menggenggam semangat serupa dalam menolak penjajahan dan menegaskan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Makna Strategis di Balik Hari Kemerdekaan
Ketika kita berbicara tentang Hari Kemerdekaan Amerika Serikat, kita juga sedang berbicara tentang bagaimana sebuah negara meneguhkan jati dirinya. 4 Juli bukan sekadar perayaan kembang api dan parade bendera, melainkan bentuk penegasan atas pilihan kolektif sebuah bangsa untuk merdeka dan berdaulat.
Di sinilah letak nilai strategisnya. Kemerdekaan bukan hadiah, tetapi hasil perjuangan. Ia lahir dari pengorbanan, keberanian, dan kesadaran penuh akan pentingnya menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu, setiap bangsa yang telah merdeka sejatinya memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan itu dengan segala daya.
Refleksi untuk Indonesia
Sebagai bangsa yang juga pernah dijajah, kita memahami benar nilai sebuah kemerdekaan. Tapi yang lebih sulit dari merdeka adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan itu. Bung Karno pernah berkata “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Kini, ketika Indonesia telah lama berdiri sebagai negara merdeka, kita perlu bertanya: sudahkah kita menggunakan kemerdekaan itu untuk membangun keadilan, menegakkan kedaulatan, dan memperkuat kemandirian nasional? Apakah sistem hukum, politik, dan pertahanan kita benar-benar berdiri di atas semangat kemerdekaan? Ataukah kita malah terjebak dalam bentuk-bentuk kolonialisme baru—entah dalam rupa ketergantungan ekonomi, ketundukan diplomatik, atau kelemahan strategis dalam menjaga wilayah udara dan laut kita?
Demikianlah, Hari Kemerdekaan Amerika Serikat mengajarkan kita bahwa kebebasan harus diperjuangkan, bukan diberikan. Ia juga mengingatkan bahwa kekuasaan asing, sebesar apapun, pada akhirnya bisa dikalahkan oleh kekuatan moral dan tekad rakyat. Namun, seperti halnya api yang harus terus dijaga agar tidak padam, kemerdekaan pun harus dirawat. Ia perlu dilindungi oleh sistem hukum yang adil, kekuatan pertahanan yang tangguh, dan pemimpin-pemimpin yang jujur serta berorientasi pada kepentingan bangsa. 4 Juli bukan milik Amerika saja. Ia adalah simbol universal dari perjuangan untuk merdeka. Dan bagi bangsa manapun yang masih percaya pada arti kedaulatan sejati, semangat 4 Juli adalah cermin bahwa hanya bangsa yang berani bermimpi dan bertindaklah yang bisa benar-benar merdeka.
Dirgahayu hari kemerdekaan 4 Juli
Jakarta 5 Juli 2025
Chappy Hakim