counter create hit
ArticleLifeMemories

Gaharudin Gunawan in Memoria

Selamat Jalan Sahabatku

          Pagi Hari Selasa tanggal 20 September 2022 saya berangkat dari rumah jam 09.30 wib menuju ke Kantor Kiroyan Partners di Menara Karya Jl H.Rasuna Said Kuningan.   Ditengah jalan saya menerima WA kabar duka bahwa Marsda TNI Purn Gaharudin Gunawan telah meninggal dunia pagi hari tadi.   Belum sempat saya ingin menghubungi beberapa rekan, telepon saya berdering dari no hp Gaharudin Gunawan.   Mbak Enny , isteri Gaharudin Gunawan mengabarkan dengan suara terbatabata bahwa suaminya baru saja meninggal dunia, sekarang masih di Rumah Sakit dan rencana akan segera dikebumikan siang nanti.   Setelah berusaha memperoleh informasi lanjutan, diperoleh kabar bahwa almarhum akan dikebumikan di TMP Kalibata lebih kurang pukul 15.00 wib.   Waktu berjalan begitu cepat, saya sudah mengetahui bahwa Gaharudin Gunawan belakangan ini memang tidak begitu baik kondisi kesehatannya, namun tetap saja , saya sama sekali tidak menyangka ia pergi secepat ini.

          Gaharudin Gunawan adalah sahabat dekat saya di Akabri Udara kelas 71 (lulus pada tahun 1971).   Siang menjelang sore itu saya menghadiri upacara pemakaman almarhum di TMPN Utama Kalibata.   Makamya tepat bersanding dengan makam Prof.Dr.Azyumardi Azra , MA, CBE yang baru saja dikebumikan pada pagi harinya.  Beliau wafat dalam perjalanan ke Kuala Lumpur pada tanggal 18 September 2022.  Hari itu saya mengantar 2 sahabat saya Pak Azyumardi dan Gaharudin Gunawan ke tempat peristirahatannya yang terakhir.  

          Persahabatan saya dengan Gaharudin Gunawan bermula di tahun 1967 saat bersama sama mendaftar Akabri Udara dari Jakarta.   Ketika itu kami mendaftar di Kodau V di bilangan Tanah Abang Bukit dan test kesehatan di laksanakan di Jalan Sabang Jakarta Pusat.   Gaharudin Gunawan lulusan  SMA Negeri 1 Budi Utomo Jakarta dan saya sendiri lulus dari SMA Negeri 9 Bulungan Kebayoran Baru.   Kami bersahabat sepanjang perjalanan sejak pendaftaran Akabri Udara, menempuh karier di Angkatan Udara hingga menjalani masa purna tugas alias pensiun.   Tentu saja banyak sekali kenangan indah dalam perjalanan persahabatan kami sejak masih bujangan, menikah sampai kemudian telah memiliki cucu cucu.   Perjalanan panjang pertemanan yang kemudian berakhir di hari selasa siang menjelang sore dengan cuaca mendung di Kawasan Kalibata.

          Banyak sekali suka duka pengalaman saya bersama Gaharudin Gunawan selama berdinas di Angkatan Udara, diantaranya adalah ketika kami berdua selesai dari sekolah penerbang Angkatan 18 tahun 1973.   Kebetulan saya dan Gaharudin Gunawan masuk ke Skadron 2 Wing Operasi 001 Kopatdara (Komando Paduan Tempur Angkatan Udara) di Lanud Halim.   Sebagai perwira paling Junior, maka tugas kami antara lain adalah menjadi “Duty Pilot”, semacam tugas piket yang mengatur operasi penerbangan di Skadron.   Dengan mobil Gaz butut yang kerap mogok kami bekerja 24 jam sehari mondar mandir kesegenap penjuru pangkalan Halim.   Memberitahukan awak pesawat yang akan berugas, menjemput dan mengantar Kapten Pilot dan Ko Pilot yang akan berangkat terbang atau baru pulang tugas terbang.   Gaharudin orang baik yang disiplin sekali, agak pendiam, tetapi pintar dan cekatan.   Di Skadron 2 dia berhasil menjadi Captain Pilot lebih dulu dari pada saya.

Pada tahun 1978 sampai dengan 1981, kami berdua ditugaskan terbang di Mandala Airlines.  Entah apa sebabnya, 3 pesawat Dakota bersama 3 setting crew nya ketika itu ditugaskan untuk terbang di Mandala Airlines.   Kami bertiga dengan Bachrum Rasir terlempar keluar Skadron 2 ditengah proses peremajaan pesawat Dakota yang akan berganti dengan armada baru Pesawat Fokker 27 yang brand new.   Nasib, karena kami hanya sempat mengikuti ground school F-27 dan setelah itu bertugas terbang Dakota Kembali, namun kali ini di luar Angkatan Udara.   Tidak ada penyesalan sama sekali, karena ketika itu kami bertiga senang senang saja menjalankan tugas.  Pengalaman yang cukup menarik, karena terbang di penerbangan sipil jauh berbeda dengan pelaksanaan terbang di Angkatan Udara.   Di Mandala Airlines inilah, kami berkesempatan memperoleh ATPL (Airlines Transport Pilot License), lisensi tertinggi Pilot penerbangan sipil komersial.   Di Mandala Airlines ini pula kami bertiga berkesempatan terbang dengan pesawat  Vickers Viscount VC – 8.   Pesawat terbang sipil komersial buatan Inggris dengan 4 mesin turboprop berkapasitas membawa penumpang lebih kurang 75 orang.

Tahun 1981 kembali ke Angkatan Udara atas budi baik Kolonel PNB. Damanik Asisten Personil Kopatdara, kami ditarik dari penugasan sebagai Pilot Mandala Airlines dan diperintahkan mengikuti pendidikan SEKKAU (Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara) di Lanud Halim karena sudah tertinggal 1 angkatan dengan teman teman lulusan Akabri Udara 1971.  Selesai SEKKAU kami bertiga mengikuti ground school pesawat Hercules.   Mulailah saya bertugas di Skadron 31 lanud Halim dan Gaharudin Gunawan di Skadron 32 Lanud Abd, Saleh Malang.   Alhamdulilah pada tahun 1988 atau mungkin 1989 , saya diangkat menjadi Komandan Skadron 31 dan Gaharudin Gunawan menjadi Komandan Skadron 32 di Malang.   Gaharudin orang nya lurus . disiplinnya kuat sekali sehingga terlihat  menjadi rada kaku, lebih lebih tentang sikap yang dikenal ABS, dia sama sekali tidak berbakat.   Gaharudin memang orang yang konsisten untuk tampil dengan apa adanya saja, beda tipis dengan saya.  Kemungkinan besar itulah yang menyebabkan kami  berdua tidak bertahan lama menjabat sebagai Komandan Skadron , konon katanya dia kurang mampu untuk menyenangkan atasan, maka langsung di copot.   Diangkat sebagai Komandan Skadron dengan SKEP yang sama dan diberhentkan juga dengan Surat Keputusan yang sama. Nasib, dan kami juga langsung tidak berhasil lolos dalam bersaing untuk menjadi Attache.   Gaharudin dan saya tidak pernah menyesali nasib bahkan sering kami menjadikannya bahan gurauan dalam banyak kesempatan.

Selesai bertugas sebagai Komandan Skadron kami berdua pindah ke MabesAU menjadi staf di Direktorat Operasi dan Latihan yang ketika itu Diropslatnya Marsekal Pertama Rilo Pambudi.   Kami berdua baru saja menjalankan tugas sebagai komandan skadron dengan anak buah ratusan orang dilengkapi mobil dinas komandan, masuk ke MabesAU mengalami Cultural Shock.   Di Staf OpslatAU kami berdua tidak kebagian mobil dinas. alias  berangkat dan pulang kantor nebeng nebeng orang lain.   Sementara bekerja tidak punya anak buah satu pun selain OB sementara  komandannya banyak sekali.   Ketika itulah saya dan Gaharudin belajar mengetik menggunakan komputer untuk mengejar selesaikan pekerjaan yang bertumpuk tumpuk di meja.  Ketika itu saya banyak belajar kepada Gaharudin karena dia sudah lebih dahulu menguasai mengetik menggunakan komputer.   Gaharudin lebih pintar dan lebih cekatan dari pada saya.  Pada banyak hal Gaharudin adalah tempat saya bertanya, sebagai orang pintar Gaharudin bukan orang yang banyak omong dan bahkan cenderung pendiam.   Tetapi pada waktu waktu tertentu  ternyata dia suka juga bercanda.   Benar benar kenangan manis bersama Gaharudin terutama mengenai  cultural shock dari seorang Komandan menjadi Perwira Staf di jajaran MabesAU.   Selama bertugas di MabesAU kami berdua selalu datang paling pagi di kantor dan yang tidak pernah lupa adalah selalu  pesan nasi uduk betawi yang berbungkus daun pisang di kantor sebagai sarapan kedua. 

 

Beberapa tahun sebelumnya, saya berdua dengan Gaharudin Gunawan sempat mengikuti Latihan Simulator C-130 di Pabrik Pesawat Lockheed di Atlanta Georgia USA.   Pengalaman yang mengesankan karena ketika itu kita berdua baru pertamakali ke Amerika dan di Atlanta, pihak pabrik Lockheed tidak menyediakan driver , hanya mobil saja yang siap pakai.   Pihak pabrik sudah meng-endorse SIM Indonesia untuk dapat dipergunakan di negara bagian Georgia.   Demikianlah di luar waktu training kami berdua terpaksa jalan jalan berdua saja dengan modal peta yang tersedia di mobil.   Bisa dibayangkan mengendarai mobil di Amerika yang hanya bermodal peta saja.   Untuk diketahui jalan di Amerika adalah jalur kanan (right hand traffic) dan dengan sendirinya semua mobil konstruksinya adalah setir kiri.   Kita berdua berani mengemudikan sendiri, karena mendengar cerita cerita dari para senior yang pernah ke Atlanta bahwa mengendarai mobil di Amerika mudah sekali.   Petunjuk jalan sangat jelas dan peta road traffic sangat membantu sekali.   Di hari pertama kami berdua tersesat beberapa kali yang akhirnya sempat bertanya di pinggir jalan kepada warga setempat, karena sudah putus asa tidak berhasil pulang ke hotel, akibat kesalahan membaca peta.   Ternyata kami berdua salah menggunakan peta.   Di mobil tersedia segepok peta yang ternyata terdiri dari peta jalan raya dan peta tujuan wisata.   Mengapa selalu tersesat ternyata kami membaca peta tujuan wisata yang agak sedikit berbeda dengan peta road traffic.   Sebuah pengalaman yang sangat mengesankan dan tidak terlupakan.

Kini Gaharudin Gunawan telah meninggalkan kita semua pada tanggal 20 September 2022.  Saya dan teman teman semua kehilangan 1 lagi kerabat seperjuangan senasib sependeritaan.   Kami semua mendoakan agar Almarhum diterima disisi YME pada tempat yang terbaik, diampuni dosa dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan menerima kenyataan ini dengan ikhlas.   Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberkati kita semua.   Selamat Jalan sahabatku, Selamat Jalan Gaharudin Gunawan.

Teriring Salam Sehat buat mbak Enny, Abi, Dito dan Mogi, wish you all the best !

Jakarta 23 September 2022

Chappy Hakim – Pusat Studi Air Power Indonesia

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button