counter create hit
ArticleCaseOpinion

Freedom to be Free

Hari minggu ini, hari yang santai dan benar-benar hari yang tanpa beban.   Walaupun sebenarnya bagi NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ,saat ini tengah berada  di “turning point”.   Akankah dia segera berubah nama dari NKRI menjadi NKRA ?    Apa itu NKRA?   Jawabannya pastilah : Negara Kesatuan Republik Anggodo?   Tinggal menunggu diproklamasikan saja.   Ini adalah ujud dari bentuk keprihatinan mendalam terhadap realita yang kita saksikan bersama, bagaimana seorang Anggodo yang ternyata dapat dengan mudahnya  mengatur para “pejabat”  di Institusi paling terhormat dinegeri ini.

Bagi NKRI pula, kemarin dan hari ini, banyak harian ibukota mempertanyakan mengapa ditengah-tengah hiruk pikuknya “Anggodo”, justru muncul surat keputusan tentang pergantian para Kepala Staf Angkatan, Darat, Laut dan Udara.   Keputusan yang muncul justru ditengah tuntutan khalayak ramai agar Kapolri dan Jaksa Agung diganti?   Hari ini, di hari yang santai , minggu 8 Nopember 2009  ada pertanyaan besar yang datang menghampiri kita semua.   Dihampir semua media terkesan sekali bahwa pihak berwenang seolah “ngotot” dan setengah memaksa mengatakan bahwa pergantian itu adalah hal yang biasa dan merupakan hal yang sudah lama direncanakan.    Mudah-mudahan memang benar demikian adanya.

Itulah masalah yang tengah melanda negeri ini.   Walaupun saya telah memasuki masa purna tugas, rasanya koq, saya nggak bisa juga untuk bersikap seperti apa yang anak ABG istilahkan dengan EGP.   Kenapa ya?   Mengapa kita tidak bisa terbebas , seperti “Declaration of Independent” nya Amerika yang menurut Bung Karno kurang satu yaitu :  “Freedom to be Free”.

Waktu kita masih anak-anak, jelas sekali kita tidak merdeka, karena harus mengikuti apa saja yang diperintahkan oleh orang tua kita.   (setelah kita jadi orang tua, ternyata kita tidak bebas juga, karena kita harus tunduk pula kepada :”anak” dan “cucu” kita).

Memasuki usia sekolah, maka kita pun menjadi orang yang harus tunduk atas perintah Guru, dan diwaktu kita kuliah, maka kita harus tunduk kepada Dosen.

Selanjutnya kita memasuki era berkarya, dimana sudah menunggu pula orang yang harus kita turuti kemauannya, yaitu atasan kita atau si “bos”!

Begitu perjalanan karier berlangsung, dan kita sudah menduduki kursi sebagai “bos”, maka tetap saja kemudian ada orang yang namanya “sekretaris” yang harus kita turuti semua kemauannya.   Nah setelah memasuki masa pensiun, ya sudah dong, kita harus menikmati “kemerdekaan” untuk “merdeka”, Freedom to be Free !

Disisi lain, pada usia yang terbilang muda maka sebenarnya hidup kita “hanya” mengikuti apa yang dikehendaki oleh “mind” atau Otak kita atau bahkan nafsu kita, karena kita saat itu penuh dengan “energy”.    Dimasa pensiun, ya mau tidak mau kita harus mengikuti saja apa yang menjadi kehendak badan kita.    Bila lelah ya istirahat, ngantuk ya tidur dan seterusnya.   Walaupun harus tetap memiliki semangat yang tinggi dalam menghadapi  “hidup” ini  dalam arti melanjutkan dan terus  berkarya bagi kemaslahatan orang banyak, namun tetap saja siklus yang bersifat “alami” itu akan tetap berjalan tanpa seorang pun dari kita yang dapat menghentikannya.    Namun bagi siapa saja yang dapat mengatur dan me menej/mengelola dinamika perjalanan hidupnya, maka Inya Allah, di masa purna tugasnya akan dapat menikmati hidup dengan penuh kebahagiaan.   Hidup yang kemudian, meminjam istilahnya Bung Karno ; Freedom to be Free !    Merdeka untuk Bebas.

Namun  diminggu yang cerah ini ada satu kebebasan atau Freedom yang harus dilakukan dan diperjuangkan oleh kita semua……. Yaitu Bebas dari “pengaruh”  Anggodo!  Ayo  Bangun ! Kecuali bila kita semua memang  mau (dan mungkin akan menjadi lebih enak dan lebih makmur, kalee) merubah NKRI menjadi NKRA !  Mau?

Jakarta 8 Nopember 2009

Related Articles

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button