Sejak memasuki masa purna bakti, maka saya berusaha untuk tetap melaksanakan kegiatan untuk mengisi waktu. Membaca dan Menulis , mengajar , ceramah, kuliah umum, menjadi naras umber pada berbagai seminar, workshop, FGD, symposium dan lain lain. Disisi lain saya tetap berusaha mengembangkan hobi dan berilah raga. Khusus hobi, sudah lebih kurang 5 tahun saya bermain musik dengan teman teman Band The Playsets di Qi Lounge Hotel Sultan Jakarta. Kegiatan ini terpaksa harus berhenti total sejak Pandemi Covid 19 muncul di permukaan. Baru pada awal tahun 2022 Band The Playset bisa manggung lagi. Tidak seperti sebelumnya, maka penampilan kali ini pada siang hari, karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Band The Playsets manggung setiap hari Sabtu siang dari jam 13.00 sampai dengan 17.00 wib. Jam 15.00 wib sampai dengan 16.00 wib adalah waktu jeda yang di isi dengan berbagi pengetahuan dengan tajuk “Storytelling Session”. Beberapa waktu lalu sesi bercerita kisah inspiring diisi oleh beberapa mantan Duta Besar Indonesia, kemudian minggu sebelum ini didiskusikan tentang tragedi Kanjuruhan yang menghadirkan mantan Perwira Tinggi Kepolisian Negara dan mantan pejabat tinggi Indonesia di FIFA.
Khusus pada Sabtu kemarin tanggal 22 Oktober 2022 kami kedatangan tamu istimewa Guntur Soekarno Putera. Seperti diketahui putera sang Poklamator yang biasa dipanggil Mas Tok ini adalah juga seorang musisi. Guntur dimasa lalu memiliki Group Band dengan nama Aneka Nada. Selain turut bernyanyi dengan Band The Palysets, Guntur juga mengisi waktu jeda dengan beberapa cerita menarik. Guntur bercerita antara lain pengalaman ketika ikut perjalanan ayahnya, Bung Karno ke Amerika Serikat.
Guntur bercerita bahwa dia sempat bertemu dengan bintang film koboy tenar di tahun 1950-an Roy Rogers. Pada pertemuan itu Guntur diberi uang 300 USD oleh Sang Bintang film Koboy itu, yang kemudian digunakannya untuk membeli piringan hitam Elvis Presley. Yang menarik lainnya adalah cerita Guntur saat ikut serta jamuan makan malam kenegaraan dalam rangka kunjungan resmi Bung Karno sebagai Presiden Republik Indonesia. Karena tidak begitu biasa menggunakan pisau garpu untuk makan, yang ketika itu hidangannya adalah Beefsteak istimewa favorit Presiden Kennedy, maka melejitlah daging yang tengah dipotong Guntur terbang ke dekat piring makan Presiden Kennedy. Sambil tertawa lebar Bung Karno menyampaikan maaf kepada Presiden Kennedy karena puteranya telah mengirim RUDAL- peluru kendali ICBM (Inter Contnental Ballistic Missile) ke piring Presiden Amerika Serikat. Dalam jamuan makan itu Presiden Kennedy sempat menanyakan kepada Guntur akan masuk kemana selepas sekolah SMA. Guntur dengan polosnya mengatakan bahwa ia berkeinginan untuk menjadi Perwira Angkatan Laut dengan mendaftar ke Akademi Angkatan Laut (AAL). Bila tidak bisa diterima menjadi Taruna Laut, Guntur mengatakan dia ingin masuk ke ITB – Institute Teknologi Bandung, mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi seorang Insinyur. Mendengar keinginan Guntur untuk menjadi Insinyur, Presiden Kennedy langsung memberi tawaran agar Guntur melanjutkan sekolah di MIT (Massachusetts Institute of Technology). MIT adalah tidak hanya kebanggaan Amerika Serikat, akan tetapi juga kebanggaan Kennedy sebagai pribadi, antara lain karena Massachusetts adalah tempat kelahiran Sang Presiden. Untung tidak dapat diraih, malang tidak pula dapat ditolak, pada tanggal 22 November 1963 di Dallas Texas pukul 12.30 Presiden Kennedy tewas ditembak. Presiden Amerika Serikat ke 35, John Fitzgerald Kennedy, dikenal luas sebagai JFK meninggal dunia dengan mengenaskan. Tidak kalah mengenaskan hilang pulalah sebuah kesempatan emas, impian Guntur Soekarno untuk masuk ke MIT. Itulah sekelumit kisah Guntur, ICBM dan MIT yang dituturkan oleh Mas Tok di Sabtu siang itu.
Acara berakhir dengan sesi foto bersama sekaligus dengan antrian untuk selfie dari para pengunjung yang hadir.
Jakarta 24 Oktober 2022
Chappy Hakim