counter create hit
Education

Short Course on Leadership dari JK

Malam tadi saya mengikuti, kursus singkat tentang kepemimpinan dari JK.   Hal ini adalah merupakan intisari dari sambutan JK saat menerima Life Time Achievement Award 2010 dari Charta Politika di Nikko Hotel (19 Januari 2011)

Saya menyebutnya dengan Kursus singkat, karena memang hanya dalam waktu yang tidak lebih dari 1 jam saja, dan isinya sarat dengan prinsip-prinsip kepemimpinan.   Berikut butir-butir yang menarik dari ihwal kepemimpinan JK.   Tidak persis sekali, akan tetapi lebih kurang maknanya adalah sebagai berikut :

JK, memulai dengan penjelasan tentang mengapa ia tidak pernah menggunakan “jubir”, alias juru bicara, terutama sekali saat menjabat sebagai Wapres.   Ditegaskan oleh JK bahwa : Jurubicara yang paling baik adalah dirimu sendiri !   Salah satu sebabnya adalah, dia tidak akan disalah tafsirkan , yang berakibat harus repot-repot membetulkannya.   Semua masalah akan menjadi lebih mudah.

Beberapa saat setelah JK turun panggung dari kursi Wapres, beliau diundang ke Australia, untuk memberikan ceramah di salah satu perguruan tinggi terkemuka disana.   Bertemu dengan salah seorang guru besar , JK langsung mendapatkan pertanyaan tentang mengapa berita tentang JK masih lebih banyak bertengger di media masa Indonesia dibanding dengan liputan berita SBY.   Jawaban JK, adalah karena beliau punya hubungan yang sangat bagus dengan Media .

Menjelaskan tentang hubungan yang bagus dengan media, menurut JK adalah karena dia tidak pernah berbohong, seraya menguraikan rasa saling percaya adalah merupakan kunci dari bagaimana kita bisa berhubungan dengan harmonis.

Tentang Kepemimpinan, diutarakan oleh JK bahwa Seorang pemimpin adalah seorang yang dapat menyuruh orang lain bekerja sesuatu yang sebenarnya tidak disukai, itulah pemimpin, katanya menegaskan.  (mungkin orsinilnya adalah seperti yang dikatakan Harry Truman bahwa “A Leader is a man who had the ability to get other people to do what they don’t want to do and like it “)  Kalau seorang pemimpin menyuruh orang lain bekerja sesuatu yang memang mereka sukai, maka itu namanya bukan pemimpin, akan tetapi tidak lebih dari  “koordinator”  belaka, alias ketua kelas.   Khusus untuk ini JK mencontohkan bagaimana dia menaikkan harga BBM  dengan tanpa gejolak yang berarti.   Sesuatu yang tidak disukai banyak orang.   Yang dikerjakannya adalah memberikan penjelasan yang terang benderang kepada semua pihak terkait.   Penjelasan yang dapat dengan mudah dimengerti.   Tentu saja disini dibutuhkan penggunaan bahasa yang mudah dicerna.   Dengan penjelasan yang baik, walaupun keputusan itu tidak disukai, orang lalu mengerjakannya dengan baik.   Itu namanya Pemimpin !   Tidak takut mengambil keputusan.   Tidak ada satu keputusan yang disukai oleh semua orang dan tidak mungkin terjadi.   Yang dapat dilakukan adalah meminimalisirnya.

JK, mengatakan pula tiga hal penting berkait dengan pengalamannya sebagai orang yang pernah bergelut sebagai orang bisnis, seorang birokrat dan terakhir di Palang Merah Indonesia.   Orang bisnis dalam bekerja  selalu mengutamakan keuntungan, “result oriented”.   Yang penting adalah hasilnya yaitu untung.   Proses menjadi prioritas nomor dua.   Sementara di birokrasi, ternyata orang lebih mengutamakan proses.   Proses yang benar, yang sesuai aturan dan lain sebagainya, karena, antara lain  takut kepada KPK.   Soal hasil?  nggak begitu penting, nggak berhasil juga nggak apa-apa, yang penting proses nya saja.   Lihat saja, bagaimana orang birokrasi mengatasi macetnya kota Jakarta.   Yang penting prosesnya saja.    Monoril terbengkalai, jalanan tetap macet, angkutan umum tetap amburadul, nggak apa-apa, yang penting kan prosesnya benar.   Proses dengan teori-teori dan aturan aturan yang berkepanjangan tanpa hasil, ya nggak apa-apa.   Iya kan , Nggak apa-apa Kan?

Terakhir, di PMI dia mengatakan, ternyata hal yang paling penting adalah “keselamatan” manusia, lain-lainnya menjadi nomor dua dan seterusnya.

Berikutnya JK memberikan penjelasan atas pertanyaan tentang riwayatnya saat menjabat sebagai Wapres, yang sering berperan sebagai gas, karena Bos nya adalah Rem.   Apakah ia pernah melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan dalam salah satu kebijakan yang harus diambil?   Dijelaskan oleh JK, pemimpin bisa saja salah menentukan kebijakan dan itu dapat dimaafkan.   Akan tetapi pemimpin yang tidak mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan itu yang tidak bisa dimaafkan, katanya.

Itulah sekilas butir-butir dari  Short course on Leadership dari JK.   Saya bukan juru kampanye JK, akan tetapi saya melihat salah satu kunci sukses JK sebagai pemimpin adalah cara penampilan diri yang “apa adanya” membuat JK jauh lebih bisa diterima masyarakat dibanding dengan lainnya.    Para pemimpin pada umumnya, selalu tampil “jaim” alias dengan muka yang di-buat-buat, di serem-serem-in, yang justru mengesankan air muka yang tidak “apa-adanya”,   air muka yang tidak jujur.

Pada titik ini, saya pikir saya harus berbagi, sayang bila ini tidak saya bagikan kepada orang lain.   Ini  adalah bagian dari tanggung jawab saya dalam hidup bermasyarakat.   Semoga bermanfaat.

Sekian dan Terimakasih.

Chappy Hakim

Jakarta 20 Januari 2011

Related Articles

6 Comments

  1. Om Chappy, saya copas ke blog saya ya om….inspirasi lagi buat saya..terimakasih banyak om…

    Oh ya…pertemanan saya di facebook tolong di konfim om..terimakasih sekali lagi…

  2. Saya suka sekali dengan gaya kepemimpinan bapak ini, walaupun saya tidak tahu apakah ini bentuk pencitraan dirinya, tapi yg saya lihat dari Pak JK adalah spontanitasnya.. trims sudah berbagi Pak Chappy

  3. JK walau bukan dari militer tapi lebih tegas ketimbang SBY yang dari militer yach
    kok bisa ??

  4. wow, menggairahkan NOTE ini.
    senangnya bs mendapat kesempatan langsung berada dan ikut langsung Short Course on Leadership dari JK di next course – di jkt kabari dan ajak ajak yah Om, trims

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Check Also
Close
Back to top button