counter create hit
Article

Penerbang sama dengan sopir angkot ?

Baru-baru ini ada beberapa kalangan mengutarakan pendapatnya tentang profesi seorang penerbang.. Ada yang mengatakan bahwa penerbang itu ya sama saja dengan sopir angkot. Ada lagi seorang yang baru saja belajar terbang barangkali, menebar pendapatnya yang mengatakan bahwa ternyata nyetir pesawat itu sama saja dengan menyetir bajay. Banyak lagi pendapat-pendapat yang disampaikan berkenaan dengan profesi penerbang.

Saya ingin menanggapi sedikit tentang pendapat-pendapat yang seperti tersebut itu. Keterampilan terbang atau menerbangkan pesawat memang bukanlah sesuatu yang sangat istimewa sekali sifatnya. Saya masih ingat salah satu dari instruktur saya pernah mengatakan, monyet pun bisa dilatih untuk menjadi penerbang.

Tidak untuk mendramatisasi bahwa penerbang itu hebat dan lain sebagainya, akan tetapi perlu disampaikan bahwa untuk menjadi seorang penerbang ada beberapa persyaratan fisik, intelektual dan mental yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Benar sekali, bahwa ada dan banyak juga orang yang mengatakan setelah belajar terbang beberapa minggu saja, lalu mengatakan bahwa terbang itu gampang. Biasanya mereka ini sampai pada kesimpulan yang seperti ini karena pengetahuannya tentang penerbangan sangat terbatas. Sekali lagi saya perlu tegaskan, bahwa bagi beberapa orang yang memang berbakat dan terampil, dapat saja belajar terbang dalam waktu yang singkat, kemudian , menyatakan diri sudah menjadi penerbang yang terampil dan juga menyatakan bahwa terbang itu gampang.

Secara singkat, saya dapat uraikan, bahwa terbang itu bukan sesuatu yang sulit sekali. Begitu juga untuk menjadi penerbang pun bukan sesuatu yang sukar dicapai. Akan tetapi, bila orang yang hanya kursus kilat saja untuk menjadi penerbang, kemudian menjalankan tugasnya menjadi penerbang, maka akan banyak sekali kesulitan yang akan dihadapinya. Lebih-lebih bila kita berbicara sebagai penerbang profesional, atau terbang sebagai profesi. Bekal pengetahuan yang dibutuhkan tidak sedikit dan tidak pula sederhana. Mulai dari pengetahuan tentang pesawat terbangnya sendiri seperti mempelajari berbagai macam sistem yang digunakan dalam pesawat sampai dengan ketentuan dan limitasi tentang pengoperasiannya.

Disisi lain ada beberapa pengetahuan yang mutlak untuk diketahui pada batas tertentu yang berkait dengan keudaraan. Mengenal keadaan cuaca pada umumnya, mempelajari ”air-ways”, mengenal tentang ”aerodinamika”, radio telefoni dan masih banyak lagi. Pengetahuan ”air navigation” tidak bisa tidak haruslah dipelajari dengan seksama, belum lagi keharusan mengenal peralatan navigasi yang tersedia di Pangkalan Udara serta yang tersedia dalam perjalanan suatu rute penerbangan tertentu.

Menerbangkan pesawat adalah satu hal, namun untuk menjadi penerbang profesional adalah hal lain yang sangat berbeda. Suatu penerbangan harus dilakukan dalam format yang tunduk dan taat kepada aturan-aturan yang berlaku, serta juga kepada kaidah-kaidah yang memagarinya. Disiplin yang tinggi adalah merupakan kata kuncinya. Rangkaian dari aturan yang cukup banyak itu harus dipelajari terlebih dahulu. ”Airmanship” menjadi salah satu tolok ukur utama dari kualitas seorang penerbang. Etika dalam menjalankan profesi sebagai penerbang setiap saat menjadi sorotan dan penilaian dilingkungannya. ”Jam Terbang” menjadi tolok ukur lainnya dalam melihat keterampilan seorang penerbang. Karena keterampilan seorang penerbang hanya akan diperoleh dengan baik melalui latihan dan pengalaman yang membutuhkan jam terbang.

Ada persyaratan khusus dan lagi-lagi tertuang dalam aturan, sampai berapa jam terbang seseorang itu baru dapat diberi kepercayaan untuk dapat ditingkatkan posisinya menjadi ”captain pilot” misalnya. Itu semuanya harus menjadi bekal utama yang harus dimiliki oleh seorang penerbang. Itu pula sebabnya standar waktu yang diperlukan untuk mencetak seorang penerbang adalah lebih kurang 18 bulan. Setiap sekolah penerbang selalu diawali dengan program ”ground school” untuk pembekalan pengetahuan, dan kemudian dilanjutkan dengan pengetahuan yang khusus berkait dengan pesawat terbang yang akan digunakannya. Pengenalan ”cockpit”, bukanlah sesuatu yang mudah. ”cockpit drill”, dalam mengenal peralatan yang ada di cockpit akan termasuk didalamnya bagaimana menghafal semua panel dan ”switch” yang terdapat di ruang kemudi. Belum lagi prossedur keadaan darurat yang sebagian besarnya harus hafal diluar kepala, dan ini memerlukan tingkat kecerdasan tertentu. Sebelum terbang masih ada lagi sesi latihan di simulator, yang mencakup banyak hal antara lain prosedur keadaan darurat serta pola untuk ”take off” dan ”landing”. Keterampilan berkomunikasi yang merupakan bagian yang utuh dari proses pelaksanaan satu penerbangan akan menjadi beban ekstra dalam latihan di simulator . Setelah semua itu berjalan dengan hasil evaluasi yang memuaskan, barulah seorang siswa penerbang diperkenankan untuk memulai latihan terbang dengan menggunakan pesawat terbang sebenarnya.

Sebagai seorang penerbang yang aktif, maka sesuai dengan regulasi yang ada , pada setiap 6 bulan sekali mereka harus melakukan tes kesehatan dan juga ”proficiency check” untuk keterampilan terbangnya.

Bagi penerbang karbitan, akan segera terlihat bedanya pada saat menghadapi keadaan darurat.. Merka pada umumnya kemudian akan bertindak yang sangat keliru dalam mengatasinya, karena bekal pengetahuan sebagai penerbang tidak ada. Katakanlah misal nya pengetahuan tentang aerodinamik, hal ini akan sangat menuntun penerbang untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat menghadapi mesin pesawat mati. Yang tidak memiliki pengetahuan aerodinamik, sudah dapat dipastikan akan mengambil keputusan yang salah, karena tindakannya tidak didukung pengetahuan yang cukup.

Demikianlah, sekedar gambaran , bahwa untuk menjadi penerbang yang profesional, bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi yang sering mengatakan bahwa terbang itu mudah dan penerbang itu sama dengan sopir angkot, patut kita maklumi dan juga fahami bersama , karena ( tanpa bermaksud untuk merendahkan) pendapat tersebut pasti keluar dari seseorang yang pengetahuannya memang baru sampai pada tingkatan sopir angkot. Mohon Maaf dan Terimakasih.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button